MATA INDONESIA, JAKARTA – Vokalis band legendaris The Beatles, John Lennon ditembak dan dibunuh oleh penggemarnya di New York City pada 8 Desember 1980. Peristiwa ini menjadi kabar duka paling berat bagi para penggemarnya yang ada di seluruh dunia.
Mengutip dari Independent pada Selasa 7 Desember 2021, Lennon menjalani pemotretan untuk majalah Rolling Stone dan memberikan wawancara kepada DJ San Fransisco Dave Scholin untuk pertunjukkan musik di RKO’s Radio Network.
Saat Lennon dan Ono pergi untuk menghadiri sesi rekaman lagu tersebut, seorang penggemar bernama Mark David Chapman berupaya meminta tanda tangan John di album Double Fantasy-nya. Antusiasme tersebut membuat vokalis The Beatles ini meminta mobil yang menjemputnya untuk menunggu, sementara ia memberi tanda tangannya kepada Chapman.
Pasca mengurus rekaman Ono, Lennon dan istrinya kembali ke apartemennya di Gedung Dakota pukul 22.50 waktu setempat. Tiba-tiba muncul Chapman, dan ia tanpa ragu menembakkan empat peluru dari jarak dekat yang mengenai punggung Lennon.
Saat dilarikan ke Rumah Sakit Roosevelt, John dilaporkan tewas saat sampai di rumah sakit.
Adapun Chapman adalah mantan penjaga keamanan berusia 25 tahun dari Honolulu, Hawaii dan tidak memiliki catatan pidana sebelumnya. Ia telah merencanakan pembunuhan selama beberapa bulan dan mengklaim bahwa dia terinspirasi oleh karakter Holden Caufield dari novel Salinger.
Mengutip dari History, psikiater menganggap Chapman sebagai psikotik ambang dan dia diinstruksikan untuk mengaku gila. Meski demikian, ia mengaku bersalah atas pembunuhan dan dijatuhi hukuman 20 tahun seumur hidup.
Menyusul peristiwa pembunuhan ini, jutaan penggemar di seluruh dunia berduka. Kematian sang legenda dianggap terlalu dini karena menimbulkan kesedihan mendalam bagi para penggemarnya di seluruh dunia.