Jejak George Soros di Indonesia, Penyebab Krismon 98 dan Skandal Bank Century

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Mayoritas anak muda zaman sekarang pasti tidak terlalu mengenal sosok George Soros. Namun, kalau bicara soal krisis moneter (krismon) yang melanda Indonesia di tahun 1998, nama Soros tak bisa diabaikan begitu saja.

Meski tak terlibat secara langsung, namun kiprahnya di penghujung tahun 90-an ini sukses meluluhlantakan nilai tukar sejumlah mata uang Asia, tak terkecuali rupiah.

Selain sukses mengacak-acak perekonomian kala itu, Soros juga menyimpan rekam jejak filantropi di Indonesia. Berikut kumpulan jejak Soros yang dihimpun Mata Indonesia News dari beragam sumber.

1. Penyebab Krismon 98

Perannya sebagai spekulan kelas wahid tak usah diragukan lagi. Usai menghancurkan kurs poundsterling di tahun 1992, Soros lantas mengulang hal serupa bagi mata uang Bath Thailand yang lantas menjadi efek domino bagi mata uang garuda dan beberapa negara Asia di tahun 1997.

Pada Agustus di tahun yang sama, kebijakan nilai tukar mengambang terkendali menjadi mengambang bebas membuat ekonomi Indonesia ikut terjun bebas. Penurunan cukup drastis dari rata-rata 6 persen menjadi minus 13 persen karena fundamental yang lemah.

Direktur Riset Center of Reform On Economics (CORE) Mohammad Faisal pun mengatakan bahwa langkah Soros dalam berspekulasi merupakan penyebab krisis moneter 1998. Pun dalam kurun Juni 1997 hingga 1998, pelemahan rupiah terhadap dolar AS tercatat 614,8 persen.

2. Terafiliasi dengan Tifa Foundation

Selain piawai dalam memutar uang, Soros juga dikenal sebagai sosok yang dermawan. Ia diketahui sebagai sosok yang menyumbangkan banyak uang kepada sejumlah negara, salah satunya Indonesia.

Alih-alih dengan misinya untuk mendorong demokrasi di berbagai belahan dunia, Soros pun membentuk Open Society Foundations & Soros Foundation Network.

Di Indonesia, ia bebas bergerak lewat Tifa Foundation yang memiliki afiliasi dengan Open Society Foundations. Tepatnya pada 8 Desember 2000, lembaga ini pun resmi berdiri.

Soros pun diduga menjadi salah satu pendonor Yayasan Tifa. Dalam situs resmi Tifa, lembaga ini didirikan oleh 13 orang Indonesia, diantaranya ada nama Goenawan Muhammad, Todung Mulya Lubis hingga Bambang Widjodjanto.

Yayasan ini memiliki visi dan misi untuk membantu pengembangan masyarakat yang terbuka di negeri ini. Fokus kegiatan lebih tertuju pada pembangunan kapasitas, pemerintah daerah, hak asasi manusia, media dan reformasi bidang hukum.

Nama organisasi ini diambil dari nama Tifa, sebuah alat musik pukul serupa gendang yang digunakan masyarakat adat di wilayah timur Indonesia untuk memanggil warga sekitar agar turut serta dalam pertemuan dan/atau acara-acara adat lainnya. Alat musik ini juga digunakan oleh masyarakat adat untuk menyebarkan pesan damai dan keharmonisan.

3. Disinyalir Terlibat Skandal Bank Century

Manuver Soros dalam Bank Century bermula dari kepemilikkan sahamnya sebesar 19 persen di Bank CIC, cikal bakal merger Bank Century. Dengan lihainya, Soros lalu merampok kas Indonesia di pasar modal Indonesia.

Aksi itu dilakukannya lewat Bank Pikko dan Bank Danpac yang disatukan menjadi Bank CIC. Caranya, Bank CIC melakukan transaksi surat-surat berharga (SSB) fiktif senilai 25 juta dolar AS yang melibatkan Chinkara Capital Ltd yang berkantor di Singapura.

Pada 2003, Bank CIC memiliki surat berharga dalam valuta asing sekitar Rp 2 triliun dan US Treasury Strips senilai 185,36 juta dolar AS.

Selanjutnya, Bank Indonesia pada 28 Desember 2004 menyetujui proses merger Bank Pikko dan Bank Danpac ke dalam Bank Century. Anehnya Robert Tantular yang adalah pemilik Chinkara menjadi pemegang saham Bank Century bersama Alwarraq Hesyam Talaat dan Rafat Ali Rizvi tanpa fit and proper test sebagai bankir.

Pasca merger tersebut, Soros dikabarkan lebih banyak berperan di belakang layar, karena Bank Century dianggap sudah mampu dikendalikan Robert Tantular.

Selanjutnya karena bermasalah, pada tanggal 21 November 2008, bank tersebut diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan berubah nama menjadi PT Bank Mutiara Tbk. Kasusnya pun tak pernah selesai. Malahan pada tanggal 20 November 2014, PT Bank Mutiara Tbk diakuisisi oleh J Trust Co. Ltd. Lalu pada tanggal 29 Mei 2015 berubah nama lagi menjadi PT Bank J Trust Indonesia Tbk.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Peran Sentral Santri Perangi Judol di Era Pemerintahan Prabowo-Gibran

Jakarta - Kalangan santri dianggap menjadi salah satu elemen bangsa yang mampu terlibat aktif dalam pemberantasan Judi Online yang...
- Advertisement -

Baca berita yang ini