The Rubaiyat, Buku Berbahasa Inggris Soal Kekaguman terhadap Omar Khayyam

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTAOmar Khayyam merupakan seorang ilmuwan cerdas abad pertengahan. Ia dikenal sebagai penyair besar, filsuf, sufi, ahli astronomi, dan ahli matematika dari Persia (Iran). Kecerdasannya membuat orang Inggris Edward Fitzgerald memuat buku “Rubaiyat of Omar Khayyam.”

Ahli matematika ini mendapat julukan Tent Maker, dari para ilmuwan karena ayahnya seorang pembuat tenda.

Tanpa diduga, kecemerlangan otak Omar Khayyam menarik perhatian Sultan Malik Syah. Dia diangkat sebagai dokter istana yang melayani Berkyaruk, Muhammad dan Sanjar, anak-anak dari sultan Malik Syah.

Sultan itu merupakan penguasa Saljuk pada masa itu. Omar Khayyam juga merupakan pengikut Ibnu Sina dalam hal fisika, obat-obatan, dan musik.

Pada suatu ketika, Sultan Malik menawarkan kedudukan tinggi di istana pada Omar Khayyam, namun ditolaknya dengan sopan. Dia lebih memilih menekuni dunia ilmu pengetahuan dari pada menjadi pejabat.

Rubaiyat Omar Khayyam adalah judul buku yang diterjemahkan Edward Fitzgerald dari bahasa Persia ke Inggris pada tahun 1859. Buku Omar yang disukai banyak orang itu, berisi puisi klasik yang bahasanya sangat indah.

Kini dia terkenal bukan hanya keberhasilan ilmiahnya, tetapi karena karya-karya sastranya. Omar diyakini telah menulis sekitar 100 puisi 400 baris.

Buku sudah diterjemahan dalam bahasa lain. Tetapi terjemahan Fitzgerald lah yang paling terkenal.

Di dalam sejarah sastra Persia, banyak penyair yang telah menggabungkan puisinya dengan menciptakan ramuan puisi dan filsafat yang luar biasa. Tetapi reputasi mereka tak mampu melampaui Khayyam dengan  Rubaiyatnya yang menawan.

Menurut peneliti terkemuka Arberry,  terjemahan Khayyam oleh Fitzgerald diterbitkan dua puluh lima kali antara tahun 1859 hingga akhir abad ke-19 Masehi.

Pada 1929, lebih dari 410 buku Rubaiyat Khayyam dalam terjemahan bahasa Inggris dicetak, dan muncul lebih dari 700 buku dan artikel maupun komposisi musik dan teater yang didasarkan pada puisi Khayyam.

Karya Khayyam ini mengundang kontroversi dalam sastra Persia. Pertanyaannya, apakah Khayyam seorang mistikus dan seorang yang religius atau seorang penentang syariat?

Kontroversi itu muncul dari kesalahan memahami Khayyam. Dia adalah seorang penyair yang menyakini Allah dan Berjiwa saleh.

Diksi dalam karya Khayyam itu menunjukkan kekuatan puitisnya. Ritme awal Rubaiyat Khayyam sangat efektif dalam konsep dan pemikiran Khayyam kepada pembaca.

Karakteristik yang dimiliki buku ini sangat sederhana dan menghindari pemujaan yang puitis, tetapi pada fasih dalam penyampaian maknanya. Seluruh puisinya tak menggunakan bahasa yang berlebihan.

Mari, di bawah pohon dengan sepotong roti
Sebotol anggur, buku puisi dan Engkau ini
Di sampingku bernyanyi-nyanyi di padang gurun
Dan padang gurun pun menjadi tanah surgawi.

Puisi Khayyam itu penuh Kata-kata yang mengundang polemik di dunia. Omar sering menggunakan kata “anggur” dalam bait puisinya sehingga muncul berbagai ragam penafsiran.

Kata ‘Anggur’ tersebut bagi mereka berarti minuman yang memabukkan. Profesor Charles F Horne

FitzGerald menerjemahkan karya Omar Khayyam lebih menyerupai saduran yang memberikan kesan Umar adalah pemuja erotisme. Pengamat sastra menilai pandang FitzGerald tidak komprehensif terhadap karya Omar.

Selain itu, Fitzgerald juga telah keliru memahami tekanan yang diberikan Omar tentang kondisi Sufi yang mengalami “Kemabukan”, sebagaimana terkandung dalam bait berikut ini:

Aku tak bisa hidup tanpa anggur
Tanpa cangkir penuh dengan anggur, aku tak mampu membawa tubuhku
Aku hamba sang nnfas yang dikatakan Saki (Pemabuk)
“Minumlah secangkir lagi” — tapi aku tak bisa.

Bait itu jelas mengacu pada kondisi pencapaian di bawah bimbingan guru Sufi. Karya Khayyam versi Fitzgerald (bahasa Inggris) tidak pernah diperbaiki lagi, karena berbagai gagasan Sufi bisa dikenal generasi secara luas, harus ada kadar harmoni tertentu antara gagasan dan formulasi waktu.

Hal ini bukan berarti bahwa setiap orang bisa melihat kandungan mistik dalam karya Omar. Ia telah mengesankan Swinburne, Meredith dan banyak orang yang mencari pola pemikiran non konvensional. Namun, kandungan mistik itu adalah suatu ancaman bagi konvensi. (Azizah Putri Octavina)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Kondusifitas Kamtibmas Pilkada Papua 2024 Terjamin, Aparat Keamanan Mantapkan Kesiapan

PAPUA — Kondusifitas keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas) pada pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Papua 2024 terjamin, seluruh jajaran...
- Advertisement -

Baca berita yang ini