Sistem Irigasi La Huerta, Peninggalan Umat Islam di Spanyol Ribuan Tahun Lalu

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – La Huerta. Tahukah kalian bahwa sistem irigasi dan lahan pertanian yang ada di Valencia, Spanyol merupakan peninggalan umat Islam? Bangsa Moor yang pernah mendiami daerah tersebut menciptakan dan mengolah sistem irigasi dan pertanian tersebut 1.200 tahun lalu.

Sistem irigasi dan lahan pertanian tersebut kini masih menjadi penunjang hidup di sana sekaligus menjadi panutan lahan pertanian berkesinambungan. Terdapat sebuah ladang di sekeliling kota Valencia yang luasnya 28 kilometer persegi yaitu di La Huerta.

La Huerta, Sistem irigasi Valencia diciptakan bangsa Moor yang beragama Islam dan menguasai kawasan ini 1.200 tahun lalu.
La Huerta, Sistem irigasi Valencia diciptakan bangsa Moor yang beragama Islam dan menguasai kawasan ini 1.200 tahun lalu.

La Huerta adalah pemasok buah dan sayur segar di pasar induk Mercado Central. Di kawasan La Huerta sebagian warganya memang mengolah ladang pertanian yang subur dan berkualitas. Bahkan para pedagang di pasar membeli semua bahan sayur untuk jualannya dari La Huerta. Ada kacang-kacangan, brokoli, bawang, paprika, daun bawang dan berbagai macam sayuran segar lainnya.

Semua sayuran itu adalah hasil panen dari ladang La Huerta setiap tahun. Kawasan tersebut memang dekat dengan kota terbesar ketiga Spanyol, namun jaluran irigasinya sangat baik. Ternyata jalur irigasi, selokan dan pintu air di La Huerta merupakan ciptaan dari umat Islam bangsa Moor yang 1.200 tahun lalu pernah menguasai tanah itu.

Sistem irigasi tersebut mengalirkan air dengan menggunakan gravitasi dari sungai Turia ke berbagai cabang pertanian di La Huerta. Tiap delapan kanal irigasi atau acequías. Cabang-cabang itu kemudian mendistribusikan air ke ribuan bidang lahan di seluruh ladang.

Siklus irigasi biasanya berlangsung satu pekan. Tapi apabila aliran sungai rendah maka siklusnya akan panjang. Jumlah air setiap bidang lahan ukurannya bukan menggunakan skala volume. Tetapi dengan seberapa baik aliran sungai. Satuan ukurnya disebut fila (yang berarti ‘baris’).

Sistem ini sangat efisien karena setiap lahan dapat menerima akses air yang jumlahnya sama dengan waktu yang juga sama. Bahkan di musim kering sekalipun, lahan tidak akan kekurangan pasokan air dengan sistem irigasi ini.

Terdapat berbagai jenis tanaman di lahan tersebut. Sistem irigasi yang bagus membuat hasil panen seluruh jenis sayur sukses. Ada varietas beras yang usianya berabad-abad di sekitar danau Albufera. Kemudian ada juga tanaman kacang chufa yang unik di bagian utara. Kacang chufa ini digunakan untuk membuat minuman lokal horchata.

Dikutip dari BBC, Clelia Maria Puzzo dari Organisasi Pertanian dan Pangan PBB (FAO) yang memasukkan La Huerta pada daftar warisan pertanian yang penting bagi dunia (GIAHS), November 2019 lalu. Sistem pengelolaan air yang ada di La Huerta membuat berbagai tanaman bisa hidup secara berdampingan.

Pengelola sistem irigasi ini adalah sebuah organisasi sosial yaitu Tribunal de las Aguas de la Vega de la València, atau Pengadilan Air di Dataran Valencia. Awalnya pembentukan pada tahun 960. Ini merupakan dewan yudisial tertua di dunia dan sudah mengatur selama lebih dari 1.000 tahun.

Pengadilan tersebut terdiri dari delapan orang petani dari masing-masing komunitas. Setiap hari Kamis, mereka berkumpul untuk menyelesaikan sengketa di luar Katedral Valencia. Air adalah satu-satunya topik dalam sidang.

Para penduduk terus beradaptasi terhadap jenis tanaman dari waktu ke waktu sehingga mereka dapat mengolah La Huerta sampai sekarang. Budaya adaptasi La Huerta, tidak hanya mengonservasi tapi juga memperbaiki kondisi kontemporer. Hal tersebut berpotensi menjadi solusi berkesinambungan bagi masalah-masalah pertanian modern.

Oleh karena itu, sejak Juli 2019, Valencia menjadi Pusat Dunia bagi Pangan Urban Berkesinambungan (CEMAS). Yaitu sebuah inisiatif dunia yang  bertujuan memastikan pangan berkesinambungan untuk generasi masa depan.

Pada dasarnya, pertanian di La Huerta untuk konsumsi sendiri dan pasar lokal. Selain sebagai bahan dagangan ke pasar induk, hasil pertanian di La Huerta biasanya untuk bahan baku restauran. Salah satunya adalah Tony Montuliu, seorang petani yang telah menggarap lahannya sejak usia 12 tahun. Ia menggunakan sayuran yang ia tanam sendiri untuk bahan baku hidangan di restorannya.

Reporter: Dinda Nurshinta

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini