78 Tahun Indonesia, Menurut Prespektif Kaum Aktivis Perempuan

Baca Juga

17 Agustus 1945 merupakan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia, ungkapan kebahagiaan di hari kemerdekaan ditunjukkan dengan banyaknya perayaan di tiap-tiap lingkungan masyarakat. Spirit kemerdekaan menjadi hal yang perlu dikobarkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan, tokoh perempuan dan laki-laki layak dijadikan sebagai pejuang dan patut ditiru dari sisi keberanian dan kegigihannya.

Namun dibalik euforia tersebut dengan kemerdekaan Indonesia tersebut tidak terlepas dengan beberapa kasus yang semakin marak dan tidak lepas dari perkembangannya seperti kekerasan seksual yang selalu di alami oleh kaum perempuan.

menurut Dewi RJ aktivis perempuan mengungkapkan bahwa “untuk menjadi negata yang aman dari kasus kekerasan seksual, di era digital saat ini kekerasan terus terjadi dimana saja dan setiap saat selalu ada, kasus kekerasan seksual contohnya seperti didalam ajang Mis Universi Indonesia tahun 2023 bahwa didalam ajang tersebut membuktikan bahwa perempuan tidak cukup aman bahkan didalam kehuidupan aktualisasi” Ungkap Dewi RJ

Bahwa menurut catatan komnas Ham menyebutkan terdapat 17 Agustus 1945 merupakan peristiwa bersejarah bagi bangsa Indonesia, ungkapan kebahagiaan di hari kemerdekaan ditunjukkan dengan banyaknya perayaan di tiap-tiap lingkungan masyarakat. Spirit kemerdekaan menjadi hal yang perlu dikobarkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tokoh-tokoh yang berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan, tokoh perempuan dan laki-laki layak dijadikan sebagai pejuang dan patut ditiru dari sisi keberanian dan kegigihannya.

Bahwa Dewi RJ mengungkapkan didalam 78 Tahun kemerdekaan Negara masih dalam kondisi darurat kekerasan seksual, perjuangan tidak pernah selesai” Ungkap Dewi RJ

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini