5 Figur Penting dalam Perang Salib Pertama

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sadis. Itulah gambaran saat pasukan salib menyerbu dan merebut Yerusalem dari umat Muslim. Genangan darah nyaris setinggi lutut di beberapa bangunan. Perkosaan dan penjarahan dilakukan oleh pasukan dari negara-negara Eropa ini dengan buas dan brutal.

Pada awal abad ke-11 Masehi, di kawasan Eropa dan Timur Tengah terjadi sebuah perang besar dan berkepanjangan yang sering disebut dengan Perang Salib. Pada hakikatnya Perang Salib bukanlah perang yang didasarkan karena adanya konflik agama. Namun hanyalah perebutan kekuasaan antara Byzantium Romawi Timur dan kaum muslimin.

Perang Salib I yang dimulai pada 1096 Masehi merupakan hasil dari kampanye dan propaganda dari Paus Urbanus II dan Peters Amin. Mereka aktif dalam mengkampanyekan Perang Salib di kalangan keuskupan agung. Pada 1095, kampanye tersebut berhasil mengumpulkan tentara sebanyak 150.000 yang sebagian besar berasal dari Prancis dan Normandia. Mereka berangkat menuju Konstantinopel dan kemudian akan menaklukan Palestina.

Nah siapa saja tokoh-tokoh yang punya peran besar dalam Perang Salib pertama?

1. Paus Urbanus II:

Inilah sosok pencetus adanya Perang Salib. Ironinya, dia adalah seorang gerejawan, penerus dari Paus Victor III. Niat awalnya sebenarnya untuk mempersatukan gereja Ortodoks di Timur atau gereja Roma di Barat.

Seruannya dalam sidang Konsili Clermont pada 1095 yang dihadiri ribuan orang memprovokasi untuk membebaskan Yerusalem. Paus Urbanus II mengimbau umat Kristen untuk membantu Kaisar Romawi Timur melawan Dinasti Seljuk Turki dan merebut Tanah Suci. Ia juga menegaskan bahwa keikutsertaan dalam Perang Salib mampu menghapus dosa.

Seruan dari Paus Urbanus II disambut antusias oleh berbagai lapisan masyarakat Eropa. Para sukarelawan yang ikut berperang kemudian menjadi Tentara Salib. Pada gelombang pertama Perang Salib, terdapat 60.000 hingga 100.000 orang yang menanggapi panggilan Paus Urbanus II.

2. Godfrey of Bouillon

Ia adalah ksatria dari Prancis. Terkenal dengan nama Godefroi de Bouillon.  Memimpin pasukan Salib dan menjadi penguasa pertama di Yerusalem.  Godfrey dari Bouillon lahir sekitar tahun 1060 M. Ia anak dari Pangeran Eustace II dari Boulogne dan istrinya Ida yang merupakan putri Adipati Godfrey II dari Lorraine Bawah.

Kakak laki-lakinya, Eustace III, mewarisi Boulogne dan harta keluarga di Inggris. Pada 1096, Godfrey bergabung dengan Perang Salib Pertama dengan Eustace dan adiknya, Baldwin. Motivasinya tidak jelas. Ia tidak pernah menunjukkan pengabdian yang berarti kepada Gereja. Dan dalam kontroversi pelantikan dia mendukung penguasa Jerman melawan paus.

Sebelum berangkat ke Yerusalam, Godfrey menyewakan tanah dan istananya. Hal ini enunjukkan bahwa Godfrey tidak berniat tinggal di sana. Tetapi dia mengumpulkan dana yang cukup besar dan pasukan yang tangguh.

Godgrey adalah pemimpin yang rakus dan kejam. Setibanya di Konstantinopel, Godfrey malah bentrok dengan penguasa Konstantinopel Alexius Comnenus dan berniat mengambilalih tahta kekaisaran. Barulah setelah penguasa Konstatinipel membujuk, Godfrey membawa pasukannya untuk mengambil wilayah Nicea. Setibanya di kota yang indah ini, Godfrey bersama pasukan salib mengepung, merampas, menjarah dan memperkosa para wanita di kota tersebut.

Kelakuan pasukan Salib pertama memang tak lepas dari kelakuan Godfrey. Sepanjang perjalanan ke Yerusalem, beberapa kota dijarah tanpa ampun.

Termasuk saat pasukan Salib ini merebut Yerusalem. Ia memerintahkan pasukannya untuk menjarah dan membunuh orang-orang Yahudi dan ulama-ulama tanpa ampun.

Setelah berkuasa, awalnya tahta kerajaan akan diberikan kepada Raymond dari Toulouse. Namun ia menolak. Akhirnya Godfrey setuju untuk menjadi penguasa namun menolak sebutan raja. Godfrey akhirnya mendapat gela Advocatus Sancti Sepulchri (Pelindung Makam Suci).

Setelah kematiannya, Godfrey menjadi subjek legenda dan lagu-lagu pujian. Sebagian besar karena tinggi badannya, rambut pirangnya, dan ketampanannya.

3. Baldwin I of Boulogne

Baldwin I adalah penerus kakaknya, Godfrey. Agaknya jarang melihat adik meneruskan kakaknya. Ia ikut kakaknya ke Yerusalem untuk menjadi bagian dari Pasukan Salib. Namun saat menuju ke Yerusalem, Baldwin I sempat jadi tahanan di Hungaria.  Beruntung ia bebas dan melanjutkan perjalanan menuju Konstantinopel pada 1096.

Berbeda dengan kakaknya yang brutal dan buas, Baldwin I relatif lebih baik. Ia menjalin hubungan baik dengan sejumlah bangsawan di Armenia. Sehingga ia dan dan pasukannya tak pernah kehabisan makanan. Saat penyerbuan Yerusalem yang brutal, Baldwin dan pasukannya menahan diri dan mereka memilih keluar.

Ia kemudian menjadi pemimpin di Edessa, sebuah wilayah antara Konstatinopel dan Yerusalem. Ia berhasil membujuk warganya untuk pindah ke Agama Katolik Roma.

Saat kakaknya meninggal, Baldwin I segera bergegas ke Yerusalem dan akhirnya terpilih menggantikan kakaknya sebagai raja.

4. Raymond IV of Toulouse

Dari sekian banyak pemimpin Pasukan Salib, hanya Raymond IV yang taat beribadah. Ia percaya bahwa ia membawa pasukannya menuju Tanah Suci dengan janji akan masuk surga bersama Yesus Kristus. Hal ini membuat ia bertahan di Yerusalem hingga meninggal. Ia pun membawa keluarganya saat melakukan perjalanan dari Roma menuju Yerusalem. Sayangnya di tengah perjalanan, istri dan anaknya meninggal karena kelelahan.

Ia menolak saat mendapat tawaran menjadi raja Yerusalem dan memiih tinggal di menara dekat Gerbang Jembatan dan Kastil Emir. Ia menemukan  panah suci saat penyaliban Yesus. Penemuan ini tentu menjadi dukungan moral untuk pasukannya.

5. Robert II, Pangeran Flanders

Robert II mendapatkan gelar pangeran sebelum berangkat dengan pasukan Salib pertama. Pangeran Robert II ini adalah salah satu panglima andalan Godfrey dan Raymond. Berkat strateginya, mereka berhasil mengepung kota Nicaea dan ikut menjarah bersama Godfrey.

Ia pun termasuk orang yang menggunakan strategi saat mengepung Yerusalem. Bersama pasukannya ia menggunakan mesin pelontar batu untuk menghajar dinding kota Yerusalem.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Survei Elektabilitas Bakal Calon Walkot Jogja yang Bertarung di Pilkada 2024, Sosok Ini Mendominasi

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menjelang Pilkada 2024 di DIY, sejumlah lembaga survei sudah bergeliat menunjukkan elektabilitas para bakal calon Wali Kota dan juga Bupati. Termasuk lembaga riset Muda Bicara ID yang ikut menunjukkan hasil surveinya. Lembaga yang diinisiasi oleh kelompok muda ini mengungkap preferensi masyarakat Kota Jogja dalam pemilihan Wali Kota Jogja 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini