MATA INDONESIA, JAKARTA – Penyakit refluks adalah gangguan yang terjadi akibat melemahnya cincin otot, yang bertindak sebagai katup di esofagus bagian bawah atau sfingter esofagus bagian bawah. Kondisi ini menyebabkan makanan dan asam lambung yang seharusnya berada di lambung naik kembali ke kerongkongan. Penyakit refluks yang sering kambuh dan dibiarkan dalam waktu lama dapat berubah menjadi penyakit kronis yang disebut penyakit refluks gastroesofageal. Mengapa gejala refluks asam memburuk di malam hari?
Pada siang hari, saat posisi tubuh lebih tegak, gravitasi akan membantu mengembalikan asam lambung, yang naik melalui LES, kembali ke lambung lebih cepat. Namun, berbeda saat tidur malam dimana ada sedikit air liur pada posisi terlentang dan proses menelan juga melambat, yang membuat refluks sulit untuk kembali ke perut. Anatomi dan gravitasi memainkan peran penting dalam frekuensi, durasi dan keparahan gejala refluks. Mengajarkan orang dengan refluks lambung posisi tidur yang benar membuat refluks lambung dapat dicegah, terutama pada malam hari.
Posisi tidur yang baik dapat mencegah asam lambung naik ke kerongkongan sekaligus melindungi tubuh dari efek berbahaya refluks asam lambung jangka panjang.
Karena posisi perut di sebelah kiri saat kita tidur miring ke kiri, maka posisi LES akan lebih tinggi, sehingga bisa mempersulit refluks asam lambung. Bahkan ketika asam lambung mencapai LES, gravitasi membuatnya lebih mudah untuk kembali ke perut mereka. Selain itu, gejala asam lambung yang terjadi saat posisi tidur miring ke kiri cenderung lebih ringan dan jarang dibandingkan dengan tidur terlentang atau miring ke kanan. Maka, tidur miring ke kiri merupakan posisi tidur yang baik dan optimal bagi penderita refluks asam dan GERD.
Selain itu, penelitian menunjukkan bahwa tidur dengan kepala lebih tinggi dari tubuh Anda juga memiliki manfaat sebagai berikut:
- Mengurangi tingkat refluks
- Membantu mengembalikan asam lambung kembali ke perut lebih cepat.
Baik tidur di sisi kiri tubuh atau tidur dengan kepala terangkat dapat mengurangi gejala refluks lambung. Namun, posisi tidur yang paling baik adalah menggabungkan keduanya, yaitu tidur di sisi kiri tubuh dengan posisi kepala lebih tinggi. Posisi tidur yang baik ini dapat mencegah refluks secara optimal. Hal ini karena posisi LES berada jauh di atas tingkat isi lambung, bahkan ketika perut sudah benar-benar penuh. Jika refluks berlanjut, posisi ini bisa mengembalikan asam lambung dengan cepat karena efek gravitasi.
Sementara itu, saat Anda tidur dalam posisi terlentang, kondisi LES yang buruk memfasilitasi refluks asam lambung ke kerongkongan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi tidur ini menyebabkan gejala asam lambung lebih sering muncul dan cenderung bertahan lebih lama. Tidak hanya itu, jika anda memiliki lemak perut, itu juga dapat meningkatkan keparahan gejalanya. Ini karena lemak mendorong perut dan memaksa isi perut kembali ke kerongkongan.
Saat kita tidur miring ke kanan, tubuh harus bekerja keras melawan gravitasi untuk mengembalikan asam lambung ke lambung. Ini membutuhkan proses yang lebih sulit dan juga lebih lama. Meski frekuensi kekambuhan pada posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan tidur telentang, namun posisi ini dapat menyebabkan LES lebih sering terendam asam lambung. Hal ini berpotensi melepaskan asam lambung ke dalam lapisan kerongkongan. Posisi tidur di sebelah kanan menyebabkan cairan asam lambung tetap berada di kerongkongan dalam waktu yang lama. Retensi asam lambung di kerongkongan dapat menyebabkan iritasi dan peradangan.
Hal ini dapat menyebabkan gejala yang lebih parah seperti sakit maag, nyeri dada, pendarahan, kesulitan menelan dan masalah serius lainnya. Jika Anda memiliki masalah asam lambung, cobalah tiga posisi tidur di atas untuk meminimalisir terjadinya asam lambung di malam hari. Selain memperhatikan posisi tidur, hindari juga makan sesaat sebelum tidur untuk mencegah naiknya asam lambung saat tidur.
Reporter : Syifa Ayuni Qotrunnada