4 Kisah Hantu Cantik Tanah Air, Berani Ketemu?

Baca Juga

MATA IDONESIA, JAKARTA – Jika mendengar kata hantu, beberapa orang mungkin langsung beranjak pergi karena ketakutan. Hantu digambarkan sebagai sosok yang menyeramkan.

Biasanya hantu yang paling ditakuti adalah perempuan. Banyak kisah tragis dialami wanita hingga meninggal dan menjadi arwah penasaran.

Eits, tapi ada juga lho hantu yang berparas cantik. Penasaran? Berikut kisah hantu cantik di Indonesia:

1. Si Manis Jembatan Ancol

Buat Kamu yang anak 90-an pastinya tidak akan merasa asing dengan ‘Si Manis Jembatan Ancol’ karena pernah diangkat ke layar kaca. ‘Si Manis Jembatan Ancol’ ini juga dibintangi beberapa artis ternama pada masanya, seperti Dewi Persik dan Kiki Fatmala.

Menurut cerita yang beredar, pada awal abad 18 ketika Jakarta masih dikenal dengan nama Batavia, seorang perempuan muda berusia 16 tahun bernama Maryam ditemukan terbunuh di kawasan Ancol.

Maryam dikenal sebagai gadis muda yang cantik dan molek. Kala itu, Maryam dilamar dan diajak untuk menikah oleh sang majikan yang merupakan seorang pedagang tua yang kaya raya. Ia hendak dijadikan selir.

Permintaan sang majikan ditolak oleh Maryam. Wanita ini pun kabur dari rumah, berusaha menjauh dari sang majikan. Sayang, rencana Maryam untuk melarikan diri rupanya tak berhasil.

Gadis cantik ini diperkosa secara bergilir dan kemudian dibunuh oleh para preman yang disuruh oleh majikannya. Padahal kala itu, sang majikan hanya menyuruh anak buahnya untuk mengejar dan menangkap Maryam yang lari dari rumah sang majikan karena tak ingin dinikahi.

2. Kandole

Hantu Kandole merupakan urban legend yang berasal dari Pulau Sulawesi di Indonesia, tepatnya di wilayah Sulawesi Tenggara. Makhluk ini berupa wanita cantik yang gemar menggoda para pria sebagai mangsanya.

Hantu kandole mulai banyak muncul sejak banyaknya pembantaian wanita yang dilakukan pada masa lalu. Korban pembantaian ini diperlakukan dengan tidak senonoh.

Sebelum dibunuh, mereka diperkosa dulu lalu mayatnya di buang di hutan yang terletak di kawasan Sulawesi Tenggara setelah dibunuh.

Ada pula yang mengatakan bahwa makhluk ini adalah jin penghuni hutan di Sulawesi Tenggara yang hidup berkelompok.

Ngerinya hantu yang mengubah dirinya berparas cantik ini menggoda para pria hingga tergila-gila padanya. Bahkan ada yang mengatakan mereka bisa dijadikan sebagai peliharaan para pria hidung belang.

3. Nyi Roro Kidul

Nyi Roro Kidul adalah sosok penguasa laut selatan yang digambarkan memiliki kecantikan abadi sepanjang masa. Selain cantik, sosok Ratu Kidul merupakan sosok agung yang dimuliakan dan dihormati dalam mitologi Jawa.

Masyarakat Jawa mengenal sebuah istilah “telu-teluning atunggal” yang berarti tiga sosok menjadi satu kekuatan yaitu Eyang Resi Projopati, Panembahan Senopati, dan Ratu Kidul. Ratu Kidul juga dipercaya menjadi “istri spiritual” raja-raja trah Mataram.

Nyi Roro Kidul digambarkan sebagai sosok yang anggun dan mempesona serta memiliki tatapan yang syahdu dan memukau. Wajah Nyi Roro Kidul menyiratkan sebuah sifat kebijaksanaan.

Nyi Roro Kidul, menurut deskripsi, adalah sosok yang memakai mahkota ratu dan memakai kain selendang di bahu. Nyi Roro Kidul biasa digambarkan dengan tata rias khas Jawa dengan sorot mata yang tajam dan menusuk.

Konon, tatapan mata Nyi Roro Kidul inilah yang biasa menjadi pusat mistis lukisan-lukisannya.

4. Kuntilanak

Kuntilanak adalah satu hantu perempuan yang paling terkenal di Indonesia. Sosok kuntilanak banyak didefinisikan sebagai hantu cantik dengan rambut panjang terurai dan memiliki suara ketawa khas.

Ada yang bilang, kalau Kuntilanak merupakan jin kafir atau setan yang berjenis perempuan. Seperti perempuan pada umumnya, kuntilanak pun merasa dirinya sangat cantik. Kuntilanak biasanya memiliki rambut yang panjang dan memakai baju warna putih.

Keberadaan kuntilanak tak jauh berbeda dengan hantu-hantu lain, yaitu di area yang gelap, lembap, dan tentunya jarang dikunjungi atau dilewati manusia. Lokasi semacam itu memang sangat memungkinkan menjadi tempat bersemayam hantu, bahkan jin sekali pun.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Hilirisasi Buka Lapangan Pekerjaan dan Arah Ekonomi

Oleh: Winna Nartya *) Dalam perdebatan publik, hilirisasi kerap direduksi menjadi larangan ekspor bahan mentahatau pembangunan smelter. Padahal, substansi kebijakan ini jauh melampaui industri berat. Staf Khusus Menteri Investasi dan Hilirisasi, Sona Maesana, menekankan bahwa hilirisasiadalah soal penciptaan nilai tambah yang berkelanjutan, kemandirian ekonomi, danpembukaan lapangan kerja, serta penentuan arah masa depan bangsa. Ia melihat, daripengalamannya di dunia usaha dan kini di ranah kebijakan, bahwa hilirisasi hanya akanbertahan bila ekosistem investasinya sehat dan ada keberpihakan pada pelaku lokal. Karenaitu, ia menilai sekadar mendirikan pabrik tidak cukup; pertanyaan kuncinya adalah siapa yang menikmati nilai tambahnya dan bagaimana rantai pasoknya melibatkan anak bangsa secaraaktif. Dalam pandangannya, hilirisasi mesti membuka pekerjaan lokal, mengikutsertakan UKM, dan menaikkan kelas pengusaha Indonesia melalui kemitraan yang nyata. Di ranah kebijakan, Sona Maesana menjelaskan pemerintah mendorong integrasi antarapelaku lokal dan asing, memberi insentif bagi investor yang membina industri lokal, sertamenata regulasi yang transparan agar tumpang tindih perizinan berkurang. Ia juga menilaikecepatan dan kepastian perizinan lebih penting daripada angka komitmen investasi di ataskertas, karena tanpa eksekusi yang jelas, angka hanyalah janji. Sebagai jembatan antarabahasa investor dan bahasa pemerintah, ia mendorong cara pandang baru: bukan sekadar“menjual proyek”, melainkan menumbuhkan kepercayaan jangka panjang. Ia pun mengingatkan bahwa hilirisasi tidak berhenti pada mineral dan logam; sektor digital, pertanian, farmasi, hingga ekonomi kreatif perlu masuk orbit hilirisasi melalui keterhubunganstartup kesehatan dengan BUMN farmasi, petani dengan pembeli industri lewat platform lokal, serta skema yang mengkomersialisasikan inovasi kampus.  Di tingkat kelembagaan, peta jalan hilirisasi diperkuat oleh kolaborasi antarpemerintah, industri, dan kampus. Himpunan Kawasan Industri (HKI) menandatangani nota kesepahamandengan Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM serta Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi, yang disaksikan Presiden Prabowo Subianto. Ketua Umum HKI, Akhmad Ma’ruf Maulana, menyampaikan bahwa kerja sama ini merupakan perwujudan AstaCita untuk mendorong kemandirian ekonomi, memperkuat keberlanjutan, dan mempercepatinovasi teknologi sebagai pilar pertumbuhan. Ia menegaskan peran HKI sebagai penghubungsektor industri, pendidikan, dan pemerintah untuk melahirkan daya saing berbasispengetahuan dan inovasi. Ruang lingkupnya meliputi penyelarasan kurikulum dengankebutuhan industri, kolaborasi riset untuk mempercepat hilirisasi dan menarik investasi, sertapeningkatan daya saing melalui pembentukan SDM industri yang unggul. Contoh konkret hilirisasi yang langsung menyentuh pasar tenaga kerja tampak di Aceh. Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Aceh, Cut Huzaimah, menyerukan penghentianekspor karet mentah karena pabrik pengolahan di Aceh Barat, yaitu PT Potensi Bumi Sakti, siap beroperasi menampung seluruh produksi lokal. Ia menilai pengolahan di dalam daerahpenting untuk mendorong hilirisasi, membuka lapangan kerja, dan menaikkan kesejahteraan. Pabrik yang berdiri di lahan 25 hektare itu memiliki kemampuan mengolah 2.500 ton karetkering per bulan, dan pemerintah daerah menilai stabilitas serta keamanan investasi harusdijaga agar manfaatnya langsung dirasakan rakyat Aceh. Di klaster pangan–petrokimia, hilirisasi juga dikuatkan melalui kemitraan strategis. DirekturUtama PT Pupuk Indonesia (Persero), Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa perusahaanmemperluas kerja sama dengan Petronas Chemicals Group Berhad untuk memperkuatketahanan pangan regional sekaligus mendorong hilirisasi pupuk dan petrokimia di Indonesia. Kolaborasi ini mencakup penjajakan sinergi pasokan urea dan amonia, transfer pengetahuan teknis dan operasional, serta penguatan tata kelola Kesehatan, Keselamatan, danLingkungan (Health, Safety, and Environment/HSE).  Jika ditautkan, tiga simpul di atas, yakni kebijakan investasi yang berpihak pada pelaku lokal, penguatan link–match kampus–industri, dan proyek pengolahan komoditas serta petrokimia, menggambarkan logika hilirisasi yang lengkap. Lapangan kerja tidak hanya muncul di pabrikutama, melainkan juga pada efek pengganda: logistik bahan baku, jasa pemeliharaan mesin, kemasan, transportasi, layanan digital rantai pasok, hingga jasa keuangan dan asuransi. Dengan kurikulum yang diselaraskan, talenta lokal tidak sekadar menjadi tenaga operasional, melainkan juga teknisi, analis proses, dan manajer rantai pasok....
- Advertisement -

Baca berita yang ini