MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat ini gejala batuk selalu dikaitkan dengan Covid-19. Padahal, gejala seperti itu bisa saja lebih berbahaya, yakni penyakit Tuberkulosis atau TBC.
Gejala batuk tuberkulosis biasanya terjadi terus-menerus dan tidak kunjung sembuh. Tentu ini berbeda dibandingkan dengan gejala Covid-19. Penyakit paru-paru ini termasuk penyakit yang cukup serius dan bisa menular. Oleh karena itu, kamu wajib tahu gejala-gejalanya, agar bisa mendapatkan pengobatan lebih dini.
Tuberkulosis termasuk dalam 10 besar penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Bayangkan, data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan pada tahun 2015, Indonesia termasuk dalam 6 besar negara dengan kasus baru tuberkulosis terbanyak.
Hal ini membuktikan tuberkulosis bukan penyakit yang bisa dianggap sepele. Tuberkulosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini bisa menyebar dari satu orang ke orang lain melalui titik-titik air liur yang dilepaskan ke udara melalui batuk atau bersin.
Orang yang belum pernah mendapat vaksin TBC lebih mudah tertular penyakit ini. Walaupun seseorang bertubuh sehat, sistem kekebalan tubuh bisa gagal melindungi tubuh dari bakteri tuberkulosis yang masuk ke dalam tubuh. Kebanyakan orang tidak menyadari gejala TB atau bingung membedakannya dengan penyakit lain.
Gejala tuberkulosis dimulai secara bertahap dan berkembang dalam jangka waktu beberapa minggu hingga berbulan-bulan. Pada masa awal terinfeksi, gejala yang timbul hanya ringan bahkan sering tidak muncul gejala sampai penyakit ini berkembang.
Mendeteksi lebih dini gejala dari tuberkulosis yang ada pada tubuh dapat membantu untuk mengatasi kondisi ini lebih cepat. Perhatikan jika kamu mengalami kondisi batuk yang tidak berhenti dalam waktu 3 minggu. Selain itu, jangan sepelekan batuk yang disertai rasa nyeri pada bagian dada dan batuk bercampur dengan darah.
Dikutip dari Halodoc, Kamis 22 Juli 2021, untuk mengetahui lebih pasti bahwa gejala-gejala yang dialami adalah gejala tuberkulosis, kamu bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit. Dalam pemeriksaan fisik, dokter memeriksa kelenjar getah bening dan menggunakan stetoskop untuk mendengar suara paru-paru ketika kamu bernapas.
Cara yang paling umum digunakan untuk mendiagnosa tuberkulosis adalah dengan tes kulit. Pada proses tes kulit, kamu akan disuntikkan sejumlah kecil zat yang disebut PPD tuberculin tepat di bawah kulit lengan bagian dalam.
Setelahnya, dalam 48-72 jam, ahli kesehatan akan memeriksa lengan tempat suntikan. Jika benjolan menjadi keras dan berwarna merah, berarti kamu positif mengalami tuberkulosis. Selain tes kulit, tuberkulosis bisa didiagnosis melalui tes darah, X-ray dada, dan tes dahak.
Ada beberapa perawatan yang bisa dilakukan oleh pengidap tuberkulosis. Menurut American Lung Association, pengidap tuberkulosis harus lakukan pemeriksaan secara rutin agar kondisi tuberkulosis dapat diatasi dengan baik. Tidak hanya itu, mengonsumsi obat tuberkulosis secara rutin dalam waktu yang tepat dapat mencegah tuberkulosis tidak semakin parah.
Sebaiknya pengidap tuberkulosis selalu menjaga kesehatan tubuh agar bakteri penyebab tuberkulosis tidak menyebar. Caranya, selalu gunakan penutup mulut, seperti tisu atau sapu tangan untuk menutup mulut ketika batuk. Hindari juga penggunaan barang-barang pribadi dengan orang sehat agar bakteri penyebab tuberkulosis tidak menyebar.