MATA INDONESIA, AUSTRALIA – Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang terjadi di Australia sejak September 2019 lalu telah memusnahkan sepertiga populasi koala di alam liar sehingga keberadaannya terancam punah. Kondisi tersebut akan diperparah dengan adanya keputusan untuk menyuntik mati sebagian koala yang sekarat di kota pesisir Portland, Negara Bagian Victoria, akibat adanya perambahan lahan perkebunan.
Mengutip dari AFP, Sebelumnya Departemen Lingkungan Victoria telah melakukan evakuasi terhadap 80 koala yang berada di wilayah bekas perkebunan di Portland. Dari hasil upaya penyelamatan tersebut, ditemukan sebagian koala luka-luka dan sebagian lainnya kelaparan akibat habitatnya dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
Dari sejumlah koala yang diselamatkan, terdapat beberapa dari mereka yang terluka sangat parah sehingga sulit untuk disembuhkan. Para petugas pun akhirnya dengan terpaksa memutuskan untuk menyuntik mati koala yang jumlahnya hingga mencapai lusinan tersebut.
Lembaga pecinta lingkungan, Friends of the Earth, mengatakan bahwa perambahan lahan perkebunan sebenarnya telah terjadi sejak bulan Desember 2019. Mereka mengatakan bahkan penduduk sekitar pernah melihat mayat koala dikuburkan secara massal dengan menggunakan buldoser.
Direktur Eksekutif Asosiasi Hasil Hutan Australia, Ross Hampton, memberikan tanggapan atas hal ini dengan mengatakan bahwa bukanlah perusahaan perkebunan atau kehutanan yang menjadi pelaku dari peristiwa tersebut.
Ia mengatakan pihak kontraktor yang membuka lahan di wilayah perkebunan sejak bulan November 2019 telah bekerja sesuai dengan panduan pemerintah. Mereka telah diimbau untuk menyelamatkan satwa liar terlebih dahulu sebelum melakukan penebangan pohon.
Hingga kini belum diketahui siapa oknum yang pertanggung jawab atas pembabatan hutan tersebut. Namun pihak Departemen Lingkungan Victoria berharap agar lembagaa pelestarian dapat menindak tegas siapa saja yang terlibat dalam aksi perusakan alam dan pemusnahan satwa di wilayah Portland tersebut. (Marizke)