MATA INDONESIA, JAKARTA – Kesatria Templar didirikan pada tahun 1119 ketika Hugues de Payens meminta pada Baldwin II, Raja Yerusalem, untuk membentuk kelompok guna melindungi peziarah yang sedang bepergian ke Yerusalem. Awalnya, kelompok ini beranggotakan 9 kesatria. Mereka disumpah dengan janji “Non nobis, Domine, non nobis, sed Nomini tuo da gloriam ”.
Para peziarah yang berkunjung ke Yerusalem menjadi sasaran empuk perampok karena membawa banyak uang. Melihat hal itu, para Templar membuat sistem bernama letter of credit dimana para peziarah dapat meninggalkan uang dan barang berharga mereka di beberapa cabang Templar dan dapat mengambilnya kembali di Yerusalem.
Bisnis keuangan Templar terus berkembang, mereka mengeluarkan pinjaman jalur kredit (cek) kepada pengusaha dan para bangsawan. Berkantor pusat di Pulau Siprus, Templar menjadi jasa pelayanan keuangan pertama yang dipilih oleh Raja di Eropa.
Salah satu alasan yang membuat Templar begitu sukses di bidang perbankan karena kredibilitas mereka sangat dipercaya. Hal ini disebabkan para kesatria Templar tidak dapat memiliki properti. Mereka juga tidak bisa menikah atau bertunangan, dan memiliki hutang yang belum dibayar.
Jika para kesatria melakukan pelanggaran, mereka akan menerima hukuman. Oleh karena itu, Templar sangat meminimalkan risiko terkait dengan kegagalan bank. Seperti bank Swiss, Templar menjadi lembaga keuangan paling tepercaya di Eropa. Mereka memperlakukan pelanggan mereka sebagaimana mereka memperlakukan Tuhan.
Misalnya, pada 1232, Henry III, Raja Inggris, menangkap seorang bangsawan bernama Hubert de Burgh. Cabang Templar di London menolak permintaan Raja untuk menyerahkan semua asset Hubert. Raja diberi tahu bahwa tidak ada yang bisa diserahkan, kecuali dengan persetujuan deposan.
Ini juga berlaku pada Louis IX dari Prancis. Ia ditangkap orang Mesir pada tahun 1250. Kemudian, Templar berusaha menggunakan tabungan pribadi Raja untuk menebus Louis.
Templar juga membuka diri dengan menyelenggarakan pengaturan pengiriman uang yang aman bagi pedagang Eropa. Harta yang dimilikinya kemudian diputar kembali dengan membuka jasa simpan pinjam. Para pedagang bisa meminjam pada Templar sejumlah uang dan mengembalikan dengan mencicil atau tunai pada saat yang disepakati. Tentu saja dengan suku bunga rendah. Dengan sendirinya Templar tidak saja dikenal sebagai ordo militer yang tangguh dalam perang salib, tapi juga dikenal sebagai pelopor sistem perbankan modern yang masih dipakai hingga sekarang.
Templar akhirnya menjadi jaringan yang paling kuat dan terkaya. Mereka mampu membeli dan mengelola pertanian, juga membangun katedral dan kastil. Selain itu, mereka bergerak di bidang manufaktur, impor dan ekspor. Pendapatan tahunan Templar melebihi satu negara Eropa.
Reporter: Diani Ratna Utami