Mata Indonesia, Kulon Progo – Wilayah pesisir selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki potensi terjadinya gempa megathrust dengan kekuatan mencapai 8,8 skala Richter.
Gempa besar ini berisiko memicu tsunami dengan perkiraan ketinggian gelombang antara 18 hingga 22 meter.
Di Kabupaten Kulon Progo, setidaknya ada 11 kalurahan yang tergolong rawan dan diprediksi akan terdampak paling parah jika tsunami megathrust benar-benar terjadi.
Untuk mengantisipasi risiko bencana tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo telah menyiapkan sejumlah titik evakuasi aman bagi masyarakat yang berada di kawasan pesisir.
Daftar Kalurahan Rawan Tsunami di Kulon Progo
Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik, Pemadam Kebakaran, dan Penyelamatan BPBD Kulon Progo, Akhid Nur Hartono, menjelaskan bahwa 11 kalurahan rawan tsunami tersebut tersebar di beberapa kapanewon, yaitu Temon, Panjatan, Wates, dan Galur.
Pertama di Kapanewon Temon di antaranya Kalurahan Sindutan, Palihan, Jangkaran, dan Glagah.
Lalu Kapanewon Wates berada di Kalurahan Karangwuni.
Kapanewon Panjatan di antaranya Kalurahan Bugel, Garongan, dan Pleret.
Lalu di Kapanewon Galur berada di Kalurahan Banaran, Karangsewu, dan Brosot.
Wilayah-wilayah tersebut masuk dalam zona merah yang berpotensi mengalami dampak terburuk jika terjadi tsunami akibat gempa megathrust.
Kerusakan yang ditimbulkan diperkirakan dapat menghancurkan bangunan di jalur lintasan tsunami.
Titik Evakuasi Aman Tsunami di Kulon Progo
BPBD Kulon Progo telah menyiapkan beberapa lokasi evakuasi darurat yang aman dari potensi tsunami megathrust, di antaranya:
Stadion Cangkring, Lapangan Karangsari, Pengasih. Lalu di Lapangan Cubung dan di Girigondo.
Akhid memastikan bahwa titik-titik evakuasi tersebut berada di lokasi yang aman dan dapat digunakan masyarakat saat terjadi bencana.
Upaya Mitigasi dan Kesiapsiagaan Tsunami
Sebagai bagian dari mitigasi bencana, BPBD Kulon Progo secara rutin melakukan uji coba sistem peringatan dini tsunami setiap tanggal 26 tiap bulan.
Pengujian ini meliputi pengecekan sirine di beberapa lokasi seperti Glagah, Palihan, dan Jangkaran, serta pengamanan akses seperti penutupan pintu masuk barat dan timur underpass Bandara YIA.
BPBD Kulon Progo juga berencana menambah pengeras suara dan rambu evakuasi yang akan dipasang di masjid-masjid kawasan pesisir seperti Galur, Panjatan, dan Temon.
Langkah ini bertujuan agar masyarakat dapat segera mengetahui jalur evakuasi yang tepat jika tsunami terjadi.
Namun, Akhid mengungkapkan bahwa beberapa rambu evakuasi yang sudah terpasang mengalami kerusakan atau hilang, kemungkinan akibat terkena kendaraan besar atau tergerus oleh air laut.
BPBD Kulon Progo telah mengusulkan agar rambu-rambu yang akan dipasang ke depan terbuat dari bahan yang lebih tahan korosi seperti akrilik.
Masyarakat Diminta Tetap Waspada, Jangan Panik
Akhid menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat terhadap potensi bencana gempa megathrust dan tsunami, namun tidak perlu panik.
Menurutnya, jika terjadi megathrust, masyarakat memiliki waktu sekitar 20 menit untuk melakukan evakuasi sebelum tsunami datang.
“Masyarakat tidak perlu takut, yang penting selalu waspada dan mengetahui langkah-langkah penyelamatan diri saat terjadi gempa dan tsunami,” pesannya.
Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, menambahkan bahwa berdasarkan kajian BMKG, kawasan pesisir selatan DIY, khususnya Kabupaten Bantul dan Kulon Progo, termasuk wilayah yang paling rawan tsunami megathrust.
Sedangkan Gunungkidul dinilai relatif lebih aman karena dilindungi banyak tebing, meski tetap tidak sepenuhnya bebas dari risiko bencana.