Larangan Studi Tur Jabar Berdampak Signifikan, Desa Wisata Kulon Progo Putar Otak Sambut Libur Sekolah

Baca Juga

Mata Indonesia, Kulon Progo – Menjelang libur sekolah, sejumlah desa wisata di Kulon Progo telah mempersiapkan berbagai fasilitas dan program wisata secara maksimal.

Persiapan ini juga dilakukan untuk mengantisipasi dampak larangan studi tour yang diberlakukan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat.

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kulon Progo, Joko Mursito, mengungkapkan bahwa sebelum adanya kebijakan larangan studi tour dari Pemprov Jawa Barat, kunjungan wisatawan ke desa wisata di Kulon Progo cukup tinggi.

Ia menjelaskan bahwa tingginya angka kunjungan selama ini juga didukung oleh promosi yang masif dan komunikasi yang baik antara tamu dan pengelola desa wisata.

“Menurut laporan dari pengelola desa wisata di kawasan Perbukitan Menoreh, larangan studi tour ini sangat berpengaruh. Selama ini banyak wisatawan yang berasal dari Bogor, Bandung, dan Purwakarta yang sudah menjadi langganan,” jelas Joko, Minggu 16 Juni 2025.

Larangan Studi Tour Jawa Barat Berdampak Signifikan

Ketua Desa Wisata Widosari, Heri Susanto, mengakui bahwa kebijakan larangan studi tour dari Pemprov Jawa Barat berdampak besar pada tingkat kunjungan.

Selama ini, sekitar 60 persen wisatawan yang datang berasal dari Jawa Barat, sisanya dari Jakarta dan Tangerang.

“Pengaruhnya sangat terasa. Beberapa paket wisata live in yang sudah terjadwal pada Juni dan Juli terpaksa dibatalkan akibat kebijakan tersebut,” ujar Heri.

Strategi Promosi ke Jakarta dan Tangerang

Heri menjelaskan bahwa sebagian besar paket wisata live in yang ditawarkan Desa Wisata Widosari memang diminati oleh wisatawan sekolah dari Jabodetabek dan Jawa Barat.

Menghadapi kondisi ini, pihaknya kini mengalihkan fokus promosi ke Jakarta, Tangerang, dan sekitarnya.

“Kami juga menawarkan promo gratis untuk guru dan pengurus yang mengkoordinasi wisata live in. Ini menjadi bagian dari strategi kami untuk menyambut libur sekolah mendatang. Saat ini, sebagian besar pengunjung berasal dari Jakarta, Tangerang, Depok, dan Bogor,” tambahnya.

Selain paket wisata live in, Desa Wisata Widosari juga mengembangkan destinasi wisata lainnya seperti Puncak Widosari dan Rajendra Farm.

Destinasi ini cukup terjangkau dengan tiket masuk hanya Rp6 ribu dan biasanya ramai dikunjungi saat musim liburan sekolah.

“Destinasi dengan tiket Rp6 ribu ini menawarkan pengalaman wisata di kebun teh dan pemandangan dari Puncak Widosari. Biasanya, kunjungan meningkat signifikan saat libur panjang,” jelas Heri.

Heri pun menawarkan paket wisata live in di Desa Wisata Widosari, kisaran Rp370-790 ribu per orang, tergantung pada durasi, mulai dari dua hari satu malam hingga empat hari tiga malam.

Paket ini mencakup pengalaman tinggal di rumah warga, edukasi pertanian, dan kunjungan ke berbagai destinasi wisata.

Meski belum ada event khusus yang disiapkan untuk libur sekolah kali ini, Heri menambahkan bahwa Desa Wisata Widosari sedang menyiapkan jalur tracking gunung api purba yang akan diluncurkan pada Agustus mendatang, bertepatan dengan perayaan ulang tahun desa wisata tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stabilitas Papua Prioritas Bangsa, Separatisme OPM Tidak Bisa Ditoleransi

Oleh: Lanny Wonda*  Organisasi Papua Merdeka (OPM) merupakan ancaman nyata terhadap keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menggunakan senjata dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini