MATA INDONESIA, LONDON – Sebuah film menarik produksi Inggris dan tayang 2017 lalu. Judulnya Victoria and Abdul. Film ini menjadi kontroversi karena mengungkapkan hubungan dekat Ratu Victoria dengan pembantunya, Abdul Karim, seorang pria Muslim India.
Hubungan ini ditutupi oleh pihak Istana Buckingham selama lebih dari 100 tahun.
Film yang ditayangkan di Inggris itu diadaptasi dari buku karya Shrabani Basu, penulis asal India yang tinggal di London, Inggris. Bukunya berjudul Victoria & Abdul: The True Story of the Queen’s Closest Confidant terbit pada 2010.
Namun, buku itu mendapat komentar dari pihak Kerajaan Inggris yang membaca tulisannya. Mereka pun memberikan beberapa saran perubahan. Shrabani Basu sempat menuruti masukan itu untuk meluruskan beberapa fakta sejarah. “Tapi ketika mereka minta saya mengubah isinya, saya tidak melakukannya,” kata dia.
Pada saat yang sama, beberapa hari kemudian, seorang anggota keluarga Abdul membaca tentang buku Basu di surat kabar Pakistan dan memberitahukannya tentang berbagai catatan yang masih tersimpan di Karachi. Buku catatan itu mengisahkan 10 tahun kehidupan Abdul di Inggris hingga kematiannya pada 1909.
Basu kemudian langsung merombak bukunya untuk memasukkan sudut pandang Abdul.
“Saya awalnya tak percaya ketika ada yang mengaku ahli waris Abdul, tapi kemudian mereka membawa bukti-bukti yang sangat menyakinkan. Banyak sekali hal baru yang terungkap dari jurnal milik Abdul,” kata dia.
Basu juga mengatakan yang terpenting adalah kisah ini akhirnya diangkat dan diketahui banyak orang.
Menurut Basu, kisah Abdul penting karena ia mengubah pandangan Victoria tentang Islam.
“Abdul sangat berpengaruh dalam mengubah pandangan Victoria tentang Islam. Sayangnya, Ratu tidak punya kewenangan untuk menentukan kebijakan negara,” kata Basu.
Abdul pertama kali bekerja di rumah tangga kerajaan pada 1887, saat baru berusia 24 tahun dan Ratu Victoria berusia 68 tahun. Ketika itu, Ratu Victoria tengah merayakan kenaikan tahtanya. Pesta meriah itu disebut “golden jubilee“.
Basu menuliskan, saat itu Ratu menginginkan staf dari India untuk membantu jamuan makan malam untuk para kepala negara.
Abdul yang merupakan putra seorang staf rumah sakit di Agra, India, menjadi salah seorang dari dua pembantu yang dipilih.
Lalu hanya dalam waktu satu tahun, Abdul menjadi tokoh penting di kerajaan dan menjadi guru Ratu Victoria atau mushi yang mengajarkan Ratu bahasa Urdu, memasak kari dan memperkenalkan mangga serta kisah-kisah tentang India.
Ia pun menjadi anak kesayangan Victoria. Banyak orang dari pemerintahan dan anggota keluarga kerajaan yang iri dengan kariernya.
Di satu kesempatan, Perdana Menteri Inggris Lord Salisbury bahkan harus mengintervensi keputusan Victoria. Ratu ingin menganugerahkan Abdul gelar ksatria Inggris, tapi ditolak Salisbury.
Namun, akhirnya Abdul mendapat gelar ‘Companion of the Order of the Indian Empire’ dan gelar ‘Commander of the Royal Victorian Order’.
Seiring berjalannya waktu, Abdul dan Victoria menjadi sangat dekat. Hubungan mereka dianggap sangat kontroversial oleh anggota keluarganya, sehingga semua dokumen yang berkaitan dengan mereka berdua pun dibakar.
Menurut The Telegraph, putra Ratu Victoria, Edward VII, langsung meminta surat apa pun terkait Ratu dan Abdul dibakar. Abdul dan keluarganya juga diusir dari rumah yang diberikan ratu kepadanya dan dia dikirim balik ke India.
Putri Victoria, Beatrice, juga menghapus dan membuang semua acuan terhadap Abdul di jurnal-jurnal Ratu.
Selama lebih dari 100 tahun, dokumen-dokumen ini tak berbekas sampai ditemukan oleh Basu yang melihat ada petunjuk di kediaman musim panas zaman Ratu Victoria, dan meneliti lebih lanjut hubungannya dengan Abdul.
Buku harian dan jurnal lainnya juga akhirnya ditemukan Basu ketika ahli waris Abdul mendatanginya usai peluncuran buku karangan nya pada 2010. Ternyata jurnal-jurnal tersebut masih ada dan dibawa oleh Abdul beserta keponakannya, Abdul Rashid, ke India setelah mereka dipecat usai Ratu Victoria meninggal pada 1901.
Dari jurnal itu tertulis kalau Abdul dan keluarganya akhirnya pindah ke Pakistan 40 tahun kemudian saat terjadi perpecahan.
Lalu mengapa hubungan Abdul dan Sang Ratu dianggap sangat kontroversial?
Menurut pakar sejarah, keluarga Victoria dan staf kerajaan memandang sebelah mata Abdul karena berasal dari India dan juga ditambah dengan kecemburuan mereka karena Ratu memperlakukan gurunya secara istimewa.
Abdul diajak ke Eropa, mendapat gelar, duduk di tempat khusus saat jamuan, dan sering mendapat hadiah.
Ratu juga memperlakukan khusus keluarganya dan membantu ayah Abdul mendapat pensiun serta meminta pers menulis tentangnya.
Abdul adalah satu-satunya pembantu yang masuk ke lingkaran dalam ratu sejak kematian ajudan asal Skotlandia, John Brown, yang banyak membantunya sejak suami Ratu, Pangeran Albert, meninggal pada 1861.
Sejarawan Carolly Erickson dalam bukunya Her Little Majesty juga menulis, “Bagi orang India berkulit gelap dan disejajarkan dengan pembantu kulit putih ratu merupakan satu hal yang tak bisa diterima, duduk di satu meja bersama mereka, dan bersama-sama dalam kehidupan sehari-hari merupakan suatu penghinaan.”
Sekretaris pribadi ratu, Fritz Ponsonsby, dalam satu suratnya yang berisi protes terkait Abdul menulis, “Ratu mengatakan yang terjadi adalah berprasangka karena rasis, dan bahwa kami cemburu dengan Munshi.”
Basu mengatakan hubungan Ratu Victoria dan Abdul lebih seperti hubungan ibu dan anaknya.
“Dalam surat-suratnya (kepada Abdul) selama bertahun-tahun setelah ia tiba di Inggris sampai kematiannya pada 1901, Ratu menandatangani surat dan menyebut sebagai ‘ibu yang mencintaimu’ dan ‘rekan dekatmu’,” kata Basu.
“Di surat-surat lain, ia menambah tanda ciuman. Sesuatu yang sangat jarang terjadi pada saat itu.”
Hubungan inilah yang membuat marah anak-anak Ratu Victoria. Lantas, apakah hubungan keduanya dapat dikatakan sebagai sebuah cinta? Basu masih ragu mengatakannya. Sebab saat itu, Karim sudah menikah dan Victoria tampak ingin sendiri.
Namun, gosip di Kerajaan waktu itu sempat memuncak ketika Karim dan Victoria bermalam bersama di salah satu rumah peristirahatan di dataran tinggi Skotlandia.
“Hubungan mereka sangat bergairah, tidak diragukan lagi. Hubungan mereka bisa dikatakan dalam berbagai lapisan, ada hubungan ibu-anak, ada hubungan pria India-perempuan Inggris, macam-macam,” ujar Basu.
“Saya cukup beruntung dapat mengungkap kisah cinta menakjubkan ini,” kata Basu.
Film Victoria and Abdul sendiri mendapatkan berbagai tanggapan.
“Sangat senang akhirnya cerita ini terungkap di balik upaya untuk menyembunyikannya,” kata salah seorang pengguna Tori @torilouiseclare melalui Twitter Victoria and Albert.
“Saya tak pernah menangis saat nonton film namun film ini membuat saya emosional,” kata pengguna lain Gabriel @gabrielcooper13.
Akan tetapi, tak sedikit pula yang menyebut film ini sama sekali tak mengangkat penderitaan akibat kolonialisme Inggris di India.
“Film ini perlu diboikot. Kebohongan. Inggris membunuh jutaan orang di India dari berbagai agama,” tulis Jay Bhatti.
Reporter: Indah Utami