MATA INDONESIA, JAKARTA – Mustafa Kemal Ataturk dikenal sebagai Bapak Turki seperti arti dari nama belakangnya itu. Belakangan ini namanya menjadi polemik karena akan disematkan pada ruas jalan di Jakarta.
Mustafa Kemal Ataturk lahir 19 Mei 1881 di Salonika dengan nama Ali Riza Oglu Mustafa. Ayahnya, Ali Riza Efendi adalah letnan di unit milisi lokal selama Perang Rusia – Turki tahun 1977 hingga 1878.
Ibunya, Zubeyde Hanim bergabung pada komunitas petani di sebelah barat Salonika. Keluarganya termasuk kelas menengah.
Sang ayah meninggal saat Mustafa berusia tujuh tahun. Zubeyde pun pindah ke pertanian saudara tirinya di luar Salonika.
Mustafa dikembalikan ke Salonika untuk mendaftarkan di sekolah sekuler. Pada suatu saat Mustafa tertarik dengan seragam yang digunakan taruna militer di sekitar tempat tinggalnya.
Sejak saat itu, ia ingin menempuh karier di militer. Dia pun mengikuti ujian masuk sekolah menengah militer, di sana ia mendapat julukan “Kemal” dari guru Matematika yang artinya “yang sempurna”.
Selanjutnya di tahun 1895, ia betul-betul masuk ke sekolah militer di Monastir (sekarang Bitola, Makedonia Utara). Salah satu temannya bernama Ali Fethi bergabung dalam membentuk Republik Turki.
Setelah pendidikan militer berhasil dia lewati, Mustafa kemudian belajar di War College Istanbul pada bulan Maret 1899.
Di sekolah itu bukan hanya diajakan teori perang tetapi juga bagaimana melawan despotisme Sultan Abdulhamid II, sultan ke-34 Ottoman.
Selama bersekolah di War College, Mustafa memroduksi surat kabar klandestin untuk melawan pemerintahan yang sah. Kegiatan itu akhirnya terbongkar, tetapi ia tetap diperbolehkan untuk menyelesaikan sekolahnya dan lulus sebagai letnan dua pada tahun 1902 dan menduduki peringkat 10 besar dari 450 siswa.
Selepas itu Mustafa masuk ke Sekolah Staf Umum, menjadi salah satu perwira muda terkemuka Kekaisaran Ottoman dan lulus pada 1905 sebagai kapten dengan menduduki peringkat kelima terbaik.
Pada tahun 1915, Mustafa melibatkan diri selama hampir setahun kampanye Semenanjung Gallipoli. Dia menghentikan kekuatan pasukan Inggris dan Prancis yang ingin mengambil Istanbul, karenanya ia dipromosikan dari kolonel menjadi brigadir jenderal dan bergabung di perang Turki Timur, Suriah, dan Palestina.
Karena sosoknya sebagai seorang nasionalis dan refomis, Mustafa dikagumi beberapa tokoh Indonesia termasuk Soekarno dan Mohammad Hatta.
Saat Kekaisaran Ottoman mengalami kekalahan dalam Perang Dunia I, Mustafa pun memimpin Gerakan Nasional Turki.
Lalu, ia mendirikan pemerintahan sementara di ibu kota Turki, Ankara dan pasukan yang dikirim sekutu berhasil dikalahkan, yang kemudian disebut sebagai Perang Kemerdekaan Turki.
Sebelum mendirikan negara republik, Mustafa Kemal Ataturk menghapus Kekaisaran Ottoman.
Mustafa mengubah Turki menjadi negara modern, demokratis, dan sekuler. Ia menjauhkan pemerintahan dari agama, serta mengganti huruf Arab dengan huruf latin.
Dia menutup semua pengadilan dan sekolah agama, mencabut larangan alkohol dan mengadopsi kalender Gregorian.
Di tahun-tahun terakhirnya, ia menghabiskan banyak waktu di Istana Dolmabahce, Istanbul. Mustafa merupakan peminum berat namun sedikit makan, sehingga kesehatannya menurun. Karena itu, ia menderita sirosis hati namun terlambat didiagnosis.
Ataturk menahan rasa sakit itu hingga menghembuskan napas terakhirnya pada 10 November 1938 pukul 09:05 di Dolmabahce. Orang-orang Turki berduka, jenazahnya pun diangkut dari Istanbul ke ibu kota Ankara. (Annisaa Rahmah)