Kisah Ian Brakenbury Channel, Si Penyihir Resmi Selandia Baru

Baca Juga

MATA INDONESIA, WELLINGTON – Namanya Ian Brakenbury Channel. Pekerjaannya adalah penyihir. Ia mendapat gaji dari Pemerintah Kota Christchruch Selandia Baru.

Selama 23 tahun ia bekerja menjadi penyihir, ternyata ia mendapat gaji sekitar Rp 160 juta pertahun. Sejak 1990-an, Perdana Menteri Selandia Baru Mike Moore menyebutnya sebagai ‘Penyihir Selandia Baru’.

Apakah benar ia penyihir? ternyata Ian Brakenbury Channel yang berusia 88 tahun itu populer sebagai ikon pariwisata selama lebih dari tiga dekade.

Ian Brakenbury Channel awalnya adalah pria kelahiran Inggris. Ia adalah mantan penerbang tentara dan lulusan Universitas Leeds dengan gelar kehormatan ganda di bidang psikologi dan sosiologi. Dia tiba di Christchurch pada 1974.

Penampilan Ian Brakenbury Channel Channel memang eksentrik. Pada awal kemunculannya ke publik di Christchurch, reaksi dewan kota justru ingin menangkapnya.

Penampilan Channel mirip penyihir. Ia memakai baju serba hitam dengan topi kerucut panjang serta janggut dan rambut panjang.

Namun dia terbukti sangat populer dan bertahan 10 tahun kemudian. Karena diacuhkan oleh Dewan Kota, Channel mengancam pergi. Lucunya ia sempat membaca mantera yang merugikan pertandingan rugby. Kejadian aneh ini membuat Dewan Kota akhirnya memintanya tetap tinggal.

Atas kesepakatan para anggotanya, Dewan Kota mengangkatnya sebagai ‘Penyihir Christchurch’. Ia pun kemudian berkeliling di sekitar kota, menyapa warga termasuk para turis. Menjenguk warga yang sakit dan kemudian memberikannya mantera penyembuh. Tak heran, Direktur New Zealand Art Gallery Association menjadikannya ‘karya seni hidup yang otentik’.

Ian Brakenbury Channel juga sering mengumpulkan banyak orang di tengah kota. Dia mampu memengaruhi masyarakat dari mulai menghukum politisi sampai menghentikan upaya pemerintah mengubah warna bilik telepon umum dari merah menjadi biru.

Bahkan dia pernah diminta menggunakan mantra untuk memengaruhi hasil skor pertandingan penting rugby antara Selandia Baru melawan Australia. Tak hanya itu, ia pernah dibawa ke Australia untuk melakukan tarian hujan.

Total gaji yang ia terima sejak menjadi ahli sihir resmi di Christchurch sekitar Rp 5 miliar. Dan ada klausul khusus yang menjamin gajinya bebas pajak. Situs daringnya menyebutkan bahwa ia memilki surat izin mengemudi dengan nama The Wizard, Si Tukang Sihir.

Di pusat kota, ia menempatkan dirinya sebagai tujuan wisata.Ia juga pernah melakukan ritual minta hujan di Selandia Baru dan Australia saat kedua negara ini dilanda musim kering berkepanjangan.

Lanskap pariwisata

Barulah, saat Dewan Kota dan Pemerintah Kota melakukan perubahan dalam konsep pariwisata untuk menarik para turis ke wilayahnya, pola penyihir sepertinya sudah tidak musim lagi. Harus berubah menjadi pola modren. Dewan Kota memutuskan untuk menyetop tunjangan Channel dan mengusirnya dari kota Christchurch.

Asisten Kepala Eksekutif Dewan Kota Christchurch Lynn McClelland yang mendapat tugas untuk menyampaikan keputusan itu mengaku sulit dan berat. Namun ia sadar hal-hal  terkait sihir, tidak lagi cocok dengan ‘lanskap promosi’ kota terbesar di pulau selatan Selandia Baru ini.

Program baru ini akan meningkatkan cerminan komunitas warga yang beragam dan menampilkan kota modern yang dinamis.

“Dewan berterima kasih atas kontribusi berharga dan khususSi Penyihir untuk kehidupan budaya kota kita. Dan dia akan selamanya menjadi bagian dari sejarah kita,” ujar McClelland.

Channel pun sempat menolak saat Dewan Kota menyuruhnya berhenti dan segera keluar dari kota itu. Namun akhirnya ia sadar dan memilih pensiun dan tetap tinggal di kota ini

Apakah Channel akan merapal mantra agar kota Christchurch mendapat malapetaka, ia hanya mengatakan lebih memilih mengirim doa-doa kebaikan. ”Saya ingin anak-anak mimpi indah, selalu sehat … dan berharap agar para birokrat lebih humanis,” katanya.

Reporter : Indah Suci Raudlah

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pusaran Konflik di Pantai Sanglen Gunungkidul

Mata Indonesia, Yogyakarta - Berangkat dari penutupan akses masuk Pantai Sanglen, Kemadang, Gunungkidul, yang dilakukan oleh Kraton Yogyakarta dan Obelix. Warga setempat, yang selama ini memanfaatkan lahan Pantai Sanglen untuk bertani dan mencari nafkah, merasa terpinggirkan. Mereka khawatir pengembangan pariwisata berskala besar akan mengabaikan kesejahteraan masyarakat lokal dan merusak lingkungan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini