MATA INDONESIA, JAKARTA – Kita akan langsung membayangkan sosok yang pintar ketika berbicara seorang Bacharuddin Jusuf Habibie. Tetapi mungkin tidak banyak yang tahu bahwa Habibie sama seperti orang awam lainnya, suka bermain dan malas belajar.
Dia juga dikenal sangat menyintai merek mobil buatan Jerman, Mercedes-Benz sampai rela membeli rongsokannya yang puluhan tahun tersangkut di atas pohon. Berikut faktanya;
1. Masa kecil yang tidak istimewa.
Ternyata tidak ada yang menggambarkan perbedaan menyolok antara Habibie kecil dengan teman sebayanya. Anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan RA Tuti Marini Puspowardojo dikenal sangat senang memakan kue bernama barongko.
Itu adalah kue khas Sulawesi Selatan terbuat dari pisang yang diaduk-aduk sampai halus kemudian dibungkus dengan daun pisang. Selain itu dia gemar manyantap bubur Manado, berenang di sungai, menyanyi dan main layang-layang. Semuanya seperti kebiasaan anak-anak lainnya.
Kelebihan dia dari anak-anak seusianya saat itu adalah sifat periang dan selalu optimis. Dia juga sering mengaku tidak merasa lebih pintar, tetapi tidak lebih bodor dari yang lain. “I’m a sweet boy, not a problem maker child,” kata BJ Habibie pada suatu kesempatan.
2. Malas belajar menjelang ujian.
Kepandaiannya mulai tampak ketika SMA Dago Bandung. Prestasi lelaki yang lahir 25 Juni 1936 itu sangat menonjol di bidang ilmu-ilmu eksakta. Hebatnya dia tidak perlu belajar seperti siswa lainnya untuk meraih prestasi tersebut.
Meski malas belajar, namun nilai yang diraihnya selalu paling tinggi, meskipun ujian diadakan mendadak.
3. Hidup pas-pasan jadi mahasiswa di Jerman.
Kepandaiannya itu lah yang mengantarnya kuliah di ITB juga di Bandung pada 1954. Namun dia hanya menghabiskan waktu setahun di institut teknologi itu karena pada 1955 dia mendapat beasiswa belajar ke Jerman. Habibie belajar aeronautika (tentang pesawat terbang)
Selama menjadi mahasiswa di Jerman, ia dikenal aktif. Ia dipilih menjadi Ketua Perhimpunan Pelajar Indonesia di Aachen, Jerman.
Setelah menikah dengan Ainud, mereka memutuskan tinggal di Jerman. Di Aachen, mereka menyewa paviliun kecil dengan tiga kamar kecil. Biaya sewanya bahkan mencapai setengah gajinya.
Dengan kondisi keuangan yang serba seadanya, mereka harus hidup serba irit. Kemana-mana Habibie pergi naik bus, bahkan kadang ia harus jalan kaki sampai sepatunya rusak.
4. Beli rongsokan Mercedes-Benz klasik
Setelah hidup di Jerman Habibie sangat menggemari mobil-mobil Mercedez Benz yang memang buatan negeri itu. Namun, salah satu koleksinya yang amat klasik dan mahal Mercedes-Benz 300 SL Coupe justru diperoleh di Indonesia.
Mobil jenis sport yang dijulik ‘gullwing’ itu diperolehnya di hutan Sumatra. Saat ditemukan mobil itu berada di atas pohon dalam kondisi berkarat dan tak terawat, serta banyak komponen penting yang hilang.
Mercedes-Benz 300 SL akhirnya dibawa ke Jakarta dan dilakukan restorasi untuk mengembalikan kondisi mobil seperti ketika keluar pabrik.