MATA INDONESIA, JAKARTA – Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Semenanjung Korea terbagi menjadi dua bagian. Korea Selatan berdiri sebagai negara yang menganut sistem demokratis, sementara di bagian Utara berdiri negara yang menganut sistem komunis dengan pemimpin negaranya masing-masing.
Para pemimpin negara ini memiliki peran penting untuk kemajuan negara mereka, tak terkecuali Kim Il-Sung, pemimpin Korea Utara yang dianggap paling berjasa.
Kim Il-sung adalah pemimpin pertama Korea Utara yang ditunjuk langsung oleh Uni Soviet sebagai penguasa saat itu. Masa kepemimpinannya diawali sebagai Perdana Menteri Korea Utara pada 9 September 1948. Kemudian pada akhir 1972, Kim terpilih menjadi Presiden Korea Utara.
Kim dikenal sebagai Great Leader oleh warga Korea Utara, sekaligus mashyur sebagai presiden abadi negara tersebut. Hari ulang tahunnya bahkan dijadikan sebagai salah satu hari libur nasional di Korea Utara, yang disebut dengan Day of the Sun.
Kim dianggap sebagai kunci dari kemerdekaan Korea Utara, ia adalah pahlawan yang telah membebaskan Korea Utara dari penjajahan Jepang. Sejarah mencatat Kim berhasil merebut sebuah kota kecil yang dikuasai Jepang bersama dengan 200 pasukannya pada Juni 1937.
Sebelum menjabat sebagai presiden, Kim memimpin Partai Buruh Korea Utara pada 1946. Ia juga menjadi ketua sidang Panitia Rakyat Korea Utara yang nantinya menjadi Badan Administrstif di 5 provinsi.
Pasca-Perang Korea, Kim melakukan tiga hal untuk negaranya, yakni: membangun kembali basis politik, merekonstruksi sistem ekonomi, dan memperkuat militer.
Kim membangun kembali Partai Buruh yang hancur akibat dari Perang Korea dengan melakukan pelatihan dan pendidikan kembali bagi pejabat partai. Kim menyingkirkan lawan politik dan anggota Parta Buruh yang menurutnya mengacam posisi politiknya. Sebagai pemimpin, ia memastikan hanya ada satu partai politik yang dapat berkuasa di Korea Utara.
Kim juga memperkuat kemampuan tempur serta mengindoktrinasi politik untuk menanamkan kesetiaan mutlak pada dirinya dan Partai Buruh dalam sektor militer. Ia juga memperkenalkan filosofi Jusche yang kemudian diresmikan sebagai ideologi Korea Utara dengan mengusung semangat Chaju (penentuan nasib sendiri), Charip (kemandirian ekonomi), dan Chawi (menjaga kedaulatan propaganda).
Masyarakat Korea Utara juga selalu diingatkan tentang teror yang ada di luar negaranya, yaitu kekuatan imperalis Jepang dan Amerika Serikat yang dapat menghancurkan hidup mereka. Kim juga mewajibkan warga memasang fotonya di setiap rumah sebagai bagian dari sistem propagandanya.
Semua kebijakan dan upaya Kim untuk membentuk Korea Utara sebagai negara yang mandiri wajib dilakukan oleh seluruh masyarakat Korea Utara. Mereka juga tunduk kepadanya. Sejak saat itu, Korea Utara menjadi negara satu partai dibawah kekuasaan tunggal yang dapat diwariskan.
Reporter: Sheila Permatasari