Inilah Ikon Musik Indonesia, Indra ‘Jazz’ Lesmana

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Siapa musisi yang jadi ikon jazz di Indonesia? jawabanya Indra Lesmana. Tak ada yang meragukan kemampuan Indra, sebagai musisi dan penyanyi jazz maupun pop.

Lahir di Jakarta, 28 Maret 1966, bakat musiknya turun dari ayahnya, Jack Lesmana seorang gitaris, dan juga dari ibunya Nien Lesmana, penyanyi Jazz. Sejak kecil Indra sudah diajarkan musik terutama memainkan piano, gurunya adalah ayahnya sendiri.

Karier Indra dalam dunia musik dimulai saat usianya baru 10 tahun. Ia tampil bersama ayahnya di Bandung pada bulan Maret 1976 dengan instrumen kibor. Dua bulan kemudian, bertempat di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Indra bermain piano dalam sebuah konser jazz yang melibatkan musisi senior seperti Jack Lesmana, Benny Likumahuwa, dan penyanyi Broery Marantika. Tahun 1978, Indra mulai merekam dan merilis album pertamanya “Ayahku Sahabatku”. Sejak awal, gaya bermusik Indra telah banyak dipengaruhi oleh gaya John Coltrane, Miles Davis, McCoy Tyner dan Charlie Parker, yang dipelajarinya melalui rekaman mereka.

Indra memperoleh bea siswa untuk belajar piano Jazz di Australia. Di Australia selain belajar, sering tampil baik secara solo maupun bersama dengan ayahnya, atau kelompok lain. Bersama kelompok Nebula, sebuah Jazz fusion, membuat album rekaman. Di dalamnya terdapat karya berjudul Children of Fantasy, membuat namanya mencuat di negeri orang. Sehingga Down Beat, sebuah majalah Jazz berwibawa dari Amerika Serikat, mendaulatnya sebagai musisi jazz muda berbakat.

Bersama kelompok Nebula, ia juga merekam album dengan judul No Standing dan For Earh and Haven. Album tersebut direkam di Amerika Serikat dengan label Zebra MCA tahun 1984. Indra pernah pula bermain dengan Chick Corea dalam sebuah pertunjukkan kelompok jazz fusion tersebut di Jakarta. Bersama rekannya, Gilang Ramadhan (drums), Pra Dharma, Donny Suhandro, dan Tri Utami mendirikan Krakatau Band, sebuah kelompok band bergaya jazz fusion. Baginya jazz tidak hanya berhenti pada satu gaya, tetapi dia mencoba mengembangkan segala kemungkinan untuk penemuan baru dalam dunia musik. Bersama Dewa Bujana, Ron Reeves, Gilang dan Pra, Indra mendiri Jazz Progresive. Tahun 1994 tampil di North Sea jazz Festival, Belanda.

Indra pernah bermain dengan berbagai pakar musik, baik lokal maupun intemasional. Antara lain dengan Bubi Chen dan Benny Likumahuwa. Ia juga pernah membuat album di MCA Record. Dukungannya musisi internasional, Jimmy Haslip, Michael landau, Airto Moreira, Charlie haden, Vonnie Colaiuta, Chick Corea, Ebergard Weber, Jan garbarek, Mark Murphy dan Paul Wilson. Berbagai kelompok lokal lain yang pernah melibatkannya, ia pemah bergabung atau sebagai pendirinya adalah GIF, EXIT, Andromeda, Indra Lemana Trio dan Indra Lesmana Vision.

Indra menjadi ikon jazz Indonesia dan menjadi musisi paling aktif dengan lebih dari 200 komposisi original, dan hampir 50 album, dengan 18 album solonya. Selain itu, Indra pun menjadi memproduseri beberapa album artis kenamaan tanah air, seperti Titi DJ (album Ekspresi), Sophia Latjuba (album Hanya Untukmu, Tiada Kata), Ermy Kulit (album Saat yang Terindah). Indra juga menggarap album soundtrack Rumah Ketujuh, yang produsernya adalah kakaknya, Mira Lesmana

Indra juga pernah menjadi salah satu juri Indonesian Idol pada tahun 2004-2008 dan 2014. Serta menjadi perwakilan juri Indonesia pada kompetisi Asian Idol pada tahun 2007.

Pada tahun 2008, Indra Lesmana diundang untuk tampil di acara Asia-Pacific Weeks di kota Berlin, Jerman. Tampil bersama dua sahabat lamanya, Gilang Ramadhan dan Pra Budidharma, trio ini berhasil memukau para penonton di House of World Culture, Berlin.

Pada tahun 2011, album Love Life Wisdom album karya LLW (Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, dan Sandy Winarta) berhasil masuk peringkat ke-18 sebagai Most Downloaded Albums di iTunes.

Pada bulan Desember 2011, Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, dan Sandy Winarta yang tergabung dalam band LLW tampil di Blue Note Tokyo, sebuah klub jazz prestisius di Tokyo, Jepang. Mereka menjadi perwakilan Indonesia pertama yang tampil di klub jazz kelas satu tersebut. LLW tampil bersama penyanyi Dira Sugandi dan rapper Kyriz.

Pada Mei 2012, Everette Harp, saksofonis asal Los Angeles, Amerika Serikat, dan Indra Lesmana Quartet, yang terdiri dari Indra Lesmana, Barry Likumahuwa, Sandy Winarta, dan Denny TR, melakukan tur Asia. Khususnya ke tiga negara: Malaysia, Indonesia, dan Jepang. Di Malaysia, mereka tampil di Kuala Lumpur International Jazz Festival. Di Indonesia, dua malam penampilan mereka di Red White Jazz Lounge, di Kemang, Jakarta Selatan penuh penonton. Sedangkan di Jepang, empat penampilan mereka dalam dua hari di Blue Note Tokyo meraih simpati besar dari para penonton.

Bercerai dengan aktris dan model Sophia Latjuba, Indra Lesmana kemudian menikah dengan Hanny Trihandojo. Berdua mereka memulai sebuah perusahaan rekaman bernama Inline Music pada tahun 2000. Sejak berdirinya, Inline Music telah memproduksi beberapa album dari beberapa musisi ternama seperti Monita Tahalea dan grup Java Jazz.

Pada tahun 2010, Indra juga membuka Red White Jazz Lounge, sebuah klub jazz di kawasan Kemang, Jakarta. Klub jazz ini menyuguhkan penampilan musik jazz 5 malam dalam seminggu. Pada tahun 2011, Indra juga mulai kembali mengajar kelas privat improvisasi jazz.

Reporter: Viery Andhika Ramadian

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Webinar Inspiratif Universitas Alma Ata: Peluang dan Tantangan Karir di Dunia UI/UX di Era Digital

Mata Indonesia, Yogyakarta - Menghadapi era digital, Universitas Alma Ata berkomitmen mendorong mahasiswanya untuk membangun karir di dunia UI/UX dengan menggelar webinar bertajuk “Membangun Karir di Dunia Desain UI/UX: Peluang dan Tantangan di Era Digital” pada Sabtu (21/12/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini