Erwin Rommel, Jenderal Terbaik Jerman yang Memilih Mati demi Keluarganya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tak ada yang meragukan kehebatan Jenderal Erwin Rommel sebagai tokoh Nazi dalam Perang Dunia II. Seluruh pimpinan sekutu baik Amerika Serikat maupun Inggris mengakui kehebatan Rommel saat memimpin pasukan. Selain ahli strategis, ia adalah seorang Jenderal yang disegani seluruh pasukan Jerman, terkecuali pimpinan Nazi Adolf Hitler.

Namun kisah akhir Erwin Rommel yang mendapat julukan Rubah Gurun itu berakhir tragis. Ia terpaksa bunuh diri untuk menyelamatkan keluarganya. Rommel mendapat tudingan akan melakukan kudeta kepada Hitler, pimpinan Nazi.

Keluarga Militer

Jenderal bintang lima ini lahir pada 15 November 1981 dengan nama asli Johannes Erwin Wugen Rommel. Rommel merupakan anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Erwin Rommel Sr dan Helene von Lutz.

Ayah Rommel adalah seorang perwira rendahan dengan pangkat letnan di unir artileri Kerajaan Wuerremberg. Ini merupakan bagian dari Kekaisaran Jerman. Sedangkan ibunya merupakan seorang petinggi Parlemen Kerajaan Wuettemberg.

Erwin Rommel saat berusia 18 tahun
Erwin Rommel saat berusia 18 tahun

Pada umur 18 tahun, Rommel masuk ke sekolah militer di Danzig. Tak selang lama setelah ia masuk dunia militer, perang dunia satu pun pecah. Ia mengabdi kepada Jerman di garis depan. Rommel bertugas untuk bertempur di Prancis, Rumania, dan Italia. Ia merupakan salah satu pemimpin platon yang handal. Ia berhasil menerapkan strategi serangan cepat dengan mengepung musuh yang mirip dengan strategi Blitzkrieg Jerman di perang dunia II nanti. Atas jasa-jasanya selama perang dunia pertama, Erwin Rommel mendapat anugerah medali “Iron Cross” tingkat 2. Ia mendapat promosi menjadi Hauptmann (Kapten) hingga perang usai.

Setelah perang usai, Rommel memilih bekerja di sektor militer. Ia bertugas menyelesaikan demonstrasi dan kekacauan yang ada di Republik Weimar. Ia pun mengajar di sekolah militer.

Kelebihan Rommel, ia menghindari penggunaan kekerasan fisik saat menghadapi para tentara revolusi komunis. Ia juga lihai berdiplomasi agar para pemberontak mau tunduk terhadap pemerintah dengan mengingat kondisi Jerman saat itu sangat kacau dan anarkis karena kekalahan Jerman di perang dunia.

Pada tahun 1937 Rommel mempublikasikan bukunya tentang pengalamanya di perang dunia pertama dengan judul “Infanterie greift an” (Serangan Infanteri). Buku ini menjadi sangat laris di dunia dan menarik perhatian Adolf Hitler yang juga merupakan tentara di perang dunia I.

Setelah Hitler menjadi pemimpin tunggal Jerman, Rommel mendapat tugas melatih organisasi “Hitler Youth”(Hitler muda). Hitler pun memilih dia menjadi salah satu komandan di pasukan pengaman pribadi Hitler. Saat perang dunia II meletus, Rommel menjadi tangan kanan dan penasihat Hitler.

Perang Dunia II

Setelah invasi Jerman ke Polandia, Hitler menunjuk Rommel menjadi Jenderal untuk Divisi Panzer 7 yang terkenal dengan nama “Ghost Division” (divisi hantu). Hal ini karena mobilitas yang sangat tinggi. Keberadaan divisi ini sering tidak diketahui oleh pusat komando militer Jerman. Rommel lebih suka berada di garis depan bersama pasukannya.

Ia sering berada di tengah-tengah pertempuran membantu para tentaranya bahkan ikut menembakan senjata mesin ke musuh. Tidakannya ini hampir membunuhnya saat sekutu menyerang di Arras dan salah satu ajudan sang jendral mati terkena mortir beberapa meter di sebelahnya. Rommel dan divisi hantu pun menjadi sorotan publik. Ia terkenal di Jerman dan menjadi selebritas karena kesuksesannya menjadi pimpinan militer.

Pada tahun 1941, Hitler menunjuk Rommel menjadi komandan tentara Jerman Afrika Korps di Afrika. Tujuannya membantu Italia yang saat itu terjepit oleh Inggris. Ia berhasil memimpin gabungan pasukan Jerman dan Italia mendorong Inggris keluar dari Libya dan sampai ke Mesir. Rommel menggunakan tanknya secara intensif di gurun dengan sangat efektif. Lawan-lawannya menjuluki Rommel sebagai “Desert Fox” (rubah gurun). Rommel juga menjadi pembebas oleh penduduk lokal dari jajahan Inggris.

Pasukannya memuja dan menghormati Rommel. Hal ini karena ia sering memperlakukan dan menghormati pasukannya dengan baik. Tawanan perang pun memuji Rommel karena mendapatkan perlakuan yang baik. Beberapa kali Rommel menolak perintah Hitler untuk mengeksekusi tawanan.

Jenderal Erwin Rommel membantu mendorong mobilnya yang terjebak pasir
Jenderal Erwin Rommel membantu mendorong mobilnya yang terjebak pasir

Kepemimpinan Rommel mulai teruji ketika Hitler menarik beberapa pasukan dari Afrika dan lebih fokus ke Rusia. Hitler yang ingin menghancurkan komunisme dan Uni Soviet hanya menganggap Afrika sebagai perang sampingan. Ia tidak memberikan sang jendral pasukan dan amunisi yang cukup untuk melawan Inggris. Saat itu Inggris perkasa karena memiliki jumlah pasukan dua kali lebih besar dari pasukan Jerman. Pada November 1942 pasukan Jerman terpaksa mundur karena serangan Inggris dan sekutu di Libya.

Normandia

Setelah mundur dari Afrika, Rommel mendapat tugas menjaga benteng Jerman di seluruh garis pantai Normandia untuk menghadapi serangan sekutu dari Inggris. Ia mengubah dan memperbaiki sistem pertahanan Jerman.

Ia menyusun strategi yang sempurna bila pasukan sekutu mendarat di pantai Jerman. Namun dia tidak mendapat tambahan Panzer dari Jendral lain. Malahan Hitler mengambil komando batalion panzer yang ada di Prancis yang hanya akan bergerak dengan perintah langsung dari sang Fuhrer. Hal ini merupakan kesalahan fatal. Pada 6 Juni 1944 saat pasukan sekutu mendarat di pantai Normandia, bantuan panzer yang dibutuhkan Rommel tidak datang karena tidak ada yang berani membangunkan sang diktator.

Beberapa hari setelah pasukan sekutu mendarat, Rommel tertembak oleh pesawat dan masuk rumah sakit atas lukanya. Di saat itu, banyak petinggi militer Jerman yang meragukan legitimasi Adolf Hitler dan yakin Hitler hanya membawa mereka kepada kekalahan. Rommel merupakan salah satu jendral yang berani membangkang Hitler secara terang-terangan. Ia menuliskan surat langsung kepada sang Fuhrer memprotes rasisme Nazi dan menolak untuk mendeportasi para Yahudi di Prancis.

Rommel juga tidak suka disebut sebagai Nazi karena ia tidak pernah masuk ke partai nasional sosialis tersebut dan mengusut perkara itu karena ia disebut sebagai Nazi sejati di propaganda Jerman.

Sang jenderal pun akhirnya tidak disukai Hitler. Meski Rommel tetap patuh dan taat saat mendapat tugas dari Hitler.

Pembunuhan Hitler

Nah, setahun sebelum peristiwa itu, pada akhir 1943, beberapa petinggi militer Jerman resah dengan kelakuan Hitler. Mereka kemudian berencana akan melakukan kudeta dengan cara membunuh Hitler. Dua perwira tinggi militer Jerman, Dr Goerdeler dan Jenderal Beck mendekati Rommel. Mereka meminta jenderal ini untuk menjadi pemimpin militer melawan Hitler.

Menurut William Shirer dalam The Rise and Fall of the Third Reich (1960), Rommel awalnya sempat ragu untuk melawan Hitler, apalagi ia adalah jenderal kepercayaan pimpinan Nazi. Namun desakan kawan-kawannya atas nasib Jerman membuat Rommel setuju. Meski ia tidak tahu akan ada gerakan membunuh Hitler.

Menurut Russel Hart dalam Rommel and the 20th July Bomb Plot (2014), rencana pembunuhan ini terjadi saat Rommel istirahat karena kecelakaan.

Kolonel Claus von Stauffenberg muncul di Sarang Serigala (markas militer tingkat tinggi) dekat Rustenberg, Jerman Timur. Itu adalah tempat Hitler rapat dengan para jenderal. Saat Hitler rapat dengan para pemimpin militer, Kolonel Claus von Stauffenberg menghadap Hitler sambil membawa tas berisi bom.

Tas itu ia tinggalkan di bawah meja. Namun Hitler masih bernasib baik. Persis setelah ia keluar, tas itu meledak. Hitler hanya mengalami kecelakaan ringan, yaitu patah tulang.

Hanya dalam hitungan jam, Stauffenberg pun diringkus. Ia dan beberapa kawan sejawat militernya mendapat tuduhan berkhianat. Mereka pun di eksekusi mati. Pasukan Nazi mengantung mereka dengan kawat piano dan menembaknya.

Hitler pun curiga Rommel dalang pembunuhan ini. Ia sengaja membiarkan Rommel untuk istirahat karena kecelakaan yang dialaminya. Hitler juga harus hati-hati karena Rommel menjadi pujaan pasukan dan rakyat Jerman.

Barulah pada 14 Oktober 1944, Hitler memerintahkan dua jenderal kepercayaannya Wilhelm Burgdorf dan Ernst Maisel datang ke rumah Rommel.

Mereka berdua memberikan penawaran kepada Rommel. Apakah ia akan mendapat peradilan di Volksgerichtshof (pengadilan rakyat) atau bunuh diri. Pilihan sederhana yang keduanya berujung sama: mati. Hukuman bagi pelaku subversif atau kudeta adalah mati.

Menurut Richard Evans dalam The Third Reich at War (2009), jika memilih peradilan, keluarganya akan ikut menderita. Jika memilih bunuh diri, keluarganya akan hidup dan mendapat jaminan dari Hitler

Erwin Rommel memilih mati terhormat seperti penawaran Hitler. Dia pun ikut mobil Burgdorf. Di pinggir desa mobil berhenti. Di situlah Rommel keluar dari mobil. Racun sianida kemudian mengakhiri hidup jenderal yang besar jasanya untuk Jerman ini.

Meskipun pilihannya adalah pilihan yang sangat pedih untuk kasus yang sama sekali ia tidak terlibat. Rommel bersikap kooperatif. Ia tak mau keluarganya juga ikut tewas. Hitler menjamin istrinya akan mendapat tunjangan pensiunan dan anak-anaknya akan mendapat jaminan pendidikan dari Nazi.

Saat Rommel tewas karena bunuh diri, Hitler pun memberikan penghormatan kepada bekas anak buahanya itu. Erwin Rommel kemudian dimakamkan dengan penghormatan penuh di Herrlingen.

Setelah kematian, Rommel masih dianggap sebagai pahlawan nasional. Ia juga diakui sebagai salah satu jendral brilian di dunia dengan buku-buku karyanya. Sebuah museum di Jerman didedikasikan untuk mengenang hidupnya, ia merupakan satu satunya jenderal Jerman di masa Adolf Hitler yang kisah hidupnya dimuseumkan.

Reporter : Indah Suci Raudlah

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Flu Singapura Tak Ditemukan di Bantul, Dinkes Tetap Waspadai Gejala yang Muncul

Mata Indonesia, Bantul - Dinkes Kabupaten Bantul menyatakan bahwa hingga akhir April 2024 kemarin, belum terdapat kasus flu Singapura yang teridentifikasi. Namun, Dinkes Bantul tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. "Kami belum menerima laporan terkait kasus flu Singapura di Bantul. Kami berharap tidak ada," ujar Agus Tri Widiyantara, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Sabtu 4 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini