MATA INDONESIA, NEW DEHLI – Kota Anuradhapura terletak di Sri Lanka. Kota ini tua dan dan telah berdiri sejak abad ke-10 SM. Anuradhapura dijadikan kota tujuan ziarah sejak abad ke-3 SM setelah sebuah pohon Bodhi didatangkan ke tempat itu oleh Sanghamitta.
Kota ini Suci dikenal sebagai Rajarata, yang artinya Tanah Raja. Sekarang kota ini masuk dalam daftar warisan UNESCO. Tak hanya itu, sebelum pandemi, ribuan peziarah yang beragama Buddha mendatangi kota ini. Di kota ini terdapat biara Buddha yang besar. Didirikan oleh Sanghamitta yang akhirnya menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan dan ibu kota keagamaan Sri Lanka pada abad ke-4 SM, dan bertahan hingga 1300 tahun.
Wilayahnya cukup luas 663 kilometer persegi. Dikelilingi oleh dinding pada keempat sisinya dengan masing-masing sisi memiliki panjang 26 km. Kota ini memiliki sistem irigasi untuk pengairan yang dapat mengairi seluruh wilayah kota dengan konsep yang sangat kuno dan sangat kompleks. Beberapa tempat penampungan air masih dalam keadaan baik, sehingga dapat dilihat sistem penataan kota yang khas dengan kota kuno.
Sebagai pusat ibadah, Anuradhapura sempat ditinggalkan oleh penduduknya pada abad ke-10 M. Saat itu terjadi invasi dari bangsa asing. Akhirnya, selama beberapa abad, kota ini tersembunyi dari dunia luar, dan baru ditemukan oleh pasukan Inggris yang datang ke Sri Lanka pada abad ke-19 M.
Terdapat banyak peninggalan yang ditemukan di Anuradhapura setelah sempat menghilang dari peradaban dunia. Salah satu peninggalan penting di kota suci ini adalah Pohon Sri Maha Boddhiya. Pohon ini dipercaya sebagai bagian dari pohon Bodhi tempat Budha Gautama mendapatkan pencerahan. Pohon Bodhi ini merupakan salah satu situs paling sakral di Sri Lanka dan dianggap sebagai tempat paling suci oleh seluruh penganut Buddha di Dunia.
Selain pohon Bodhi, terdapat sebuah stupa agung yang dibangun oleh Raja Dutugemunu, dinamakan Ruvanvelisaya. Stupa ini dikelilingi oleh 475 buah patung gajah di setiap sisinya, dan setiap raja yang berkuasa akan menambahkan satu patung gajang pada dinding yang mengitari stupa ini.
Hal yang menarik di kota ini adalah ukiran yang diyakini sebagai gerbang alam semesta. Ukiran itu bernama Sakwala Chakraya yang terletak di Ranmasu Uyana (Taman Ikan Emas), sebuah taman kuno seluas 40 hektare yang dikelilingi oleh tiga kuil Buddha.
Raj Somadeva, profesor ilmu arkeologi di Universitas Kelaniya Sri Langka mengatakan bahwa asal muasal ukiran itu belum diketahui dengan jelas. ”Fungsi serta apa pun yang terkait dengan ukiran itu tidak disebutkan dalam catatan sejarah mana pun,” kata Raj Somadeva.
Terlebih, ukiran itu tidak ada sangkutpautnya dengan keagamaan. Maka, para ahli tidak mendapat penjelasan yang benar soal keberadaan peta tersebut. Tentu, hal itu memicu banyak spekulasi di internet. Ada yang mengatakan bahwa alien pernah datang ke tempat tersebut. Kemudian, ada yang menduga bahwa ukiran itu sebagai gerbang menuju alam semesta. Lalu, ada juga yang menyebut ukiran itu menyimpan kode rahasia.
Raj Somadeva lebih meyakini bahwa ukiran itu merupakan peta pertama di dunia. Alasannya karena dugaan itu lebih masuk akal dan memiliki konteks religious.
Sementara Shereen Almendra, dosen senior desain lanskap di Universitas Moratuwa Sri Langka memiliki pendapat yang lebih dapat dipercaya. “Menurut saya, ukiran Sakwala Chakrayamerupakan salah satu proyek stupa besar yang saat itu dibangun. Terlebih ada tiga kursi yang diukir dalam peta tersebut, membuat saya berpikir bahwa itu adalah tempat untuk berdiskusi,” kata Shereen Almendra.
Sampai saat ini, tantangan besar dalam mengidentifikasi fungsi ukiran itu adalah kurangnya bukti untuk menentukan tanggal dan tahunnya. Sedangkan, Ranmasu Uyana serta stupa lainnya di Anuradhapura disebutkan berasal dari tahun 250 sebelum masehi.
Jadi, dugaan pintu gerbang alam semesta masih belum terungkap kebenarannya. Namun, berkat antusiasme serta informasi yang tersebar di media sosial membuat ukiran itu diperhatikan secara khusus.