MATA INDONESIA, JAKARTA – Peran pemimpin tentu sangat penting bagi kemajuan suatu negara karena setiap kebijakan yang dilakukan menjadi pendorong kemajuan dan kesuksesan tersebut. Peran penting ini berlaku di semua negara, termasuk Korea Selatan.
Untuk mengenal lebih jauh, berikut ini pemimpin Korea Selatan yang paling berjasa untuk negara semasa kepemimpinannya.
Presiden Park Chung-hee
Pria kelahiran 30 September 1917 ini merupakan mantan Jenderal Tentara Angkatan Darat Korea Selatan (ROK). Perannya sebagai presiden dari Negeri Ginseng dianggap sangat berjasa karena telah membangun perekonomian Korea Selatan melalui industrialisasi.
Park mulai menduduki jabatan sebagai presiden kala Korea Selatan tengah mengalami kesulitan ekonomi akibat Perang Korea tahun 1953. Ketika itu bahkan, Douglas MacArthur, seorang Jenderal Amerika Serikat memprediksi bahwa Korea Selatan akan membutuhkan 100 tahun untuk memulihkan kehancurannya.
Akan tetapi, hal itu dibantah oleh Park melalui berbagai kebijakannya. Diawali oleh memperbaiki hubungan dengan negara jajahannya Jepang, termasuk melakukan kerjasama dalam bidang perdagangan pada usia dua tahun jabatannya.
Melalui kerjasama tersebut, mendatangkan perjanjian yang mewajibkan Jepang untuk memberikan dana sebesar 300 juta USD dan pinjaman sebesar 200 juta USD untuk modal ekonomi Korea Selatan. Seoul juga memiliki hak untuk meminta bantuan dalam bidang teknologi langsung dari Tokyo.
Park juga berhasil mendapatkan keuntungan dari kebijakannya dalam pembangunan jalan tol sepanjang 428 kilometer dengan 353 jembatan dan 12 terowongan. Keuntungan dari jalan tol yang dikenal dengan Gyeongbu Expressway ini diyakini mencapai 287,4 miliyar won per tahun.
Berkat hal tersebut presiden yang dikenal diktator ini, berhasil memberikan transformasi bagi Korea Selatan, dari negeri agraris menjadi negeri industri yang terus berkembang dan menjadi negara maju sampai saat ini.
Presiden Kim Dae Jung
Kim Dae Jung merupakan Presiden ke-8 Korea Selatan. Kim mulai menjabat sejak 1998 hingga 2003. Di bawah kepemimpinannya, Korea Selatan berhasil keluar dari program Dana Moneter Internasional (IMF) dalam waktu yang lebih singkat dari yang diperkirakan.
Kim juga meningkatkan hubungan dengan Korea Utara. Melalui kebijakan “sinar matahari”-nya, yang memungkinkan warga Korea Selatan untuk mengunjungi kerabat di Utara dan melonggarkan aturan yang mengatur investasi Korea Selatan di negara itu.
Tahun 1998 pembicaraan langsung antara kedua negara dilanjutkan setelah jeda empat tahun. Dari 13 hingga 15 Juni 2000, Kim bertemu dengan penguasa Korea Utara Kim Jong Il. Menandai pertemuan pertama antara pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan dalam sejarah. Kedua negara juga sepakat untuk bekerjasama menuju reunifikasi.
Atas upaya Kim dalam kebijakan, ia dianugerahi penghargaan Nobel Perdamaian pada 13 Oktober 2000.
Reporter: Sheila Permatasari