MATA INDONESIA, SYDNEY – Penandatanganan pakta pertahanan tiga negara, yakni Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Australia menuai sorotan, terutama negara-negara di kawasan Indo-Pasifik. Aliansi ini sekaligus menegaskan bahwa Australia memihak AS.
Yang tak kalah penting, pakta pertahanan yang dikenal dengan AUSKUS ini meningkatkan ketengangan antara Australia dan Cina. Publik juga secara luas menyoroti kekuatan armada angkatan laut kedua negara.
Selain itu, pakta pertahanan tiga negara ini memprovokasi Beijing dengan cara yang keliru ketika kekuatan Asia itu memperingatkan ketiga negara tersebut untuk menampilkan mentalitas Perang Dingin dan mengancam perdamaian di kawasan Indo-Pasifik.
Berdasarkan pakta tersebut, AS dan Inggris setuju untuk mendukung Australia dalam mengembangkan dan memperluas kapal selam bertenaga nuklir, sebuah langkah yang menurut Beijing sebagai pemicu potensial untuk mempercepat perlombaan senjata nuklir di antara kekuatan global.
“Cina melihat ini sebagai kembalinya ke politik berbasis ideologis Perang Dingin. Dan sepertinya pemerintah Cina mungkin ada benarnya. AUKUS menyarankan bahwa jaminan kehadiran AS dan Inggris di wilayah tersebut, dibantu oleh kedekatan Australia, akan mengarah pada “keamanan”,” tutur Dosen Senior di Canterbury Christ Church University, Sarah Lieberman.
Sementara analisis Eurasia Grup, Ali Wyne, perimbangan kekuatan militer akan lebih diperebutkan dengan AUKUS mengingat dinamika geopolitik. Perkembangan terakhir ini memicu keingintahuan atas dinamika kekuatan Angkatan Laut Cina dan Australia.
Memiliki tentara terkuat ketiga di dunia, Negeri Tirai Bambu berada di puncak kekuatan angkatan laut dengan lebih dari 777 kekuatan armada, dengan sekitar 350 kapal termasuk 130 kombatan permukaan utama, menurut laporan Pentagon tahun 2020. Ini juga terdiri dari 50 kapal perusak, 72 korvet, 123 kapal patroli dan 36 perang ranjau.
Kapasitas kapal selam negara itu sebanyak 79, menempatkan Cina di urutan pertama dunia. Angkatan Laut Cina tercatat telah mengembangkan 12 kapal selam nuklir selama satu setengah dekade terakhir, menurut laporan Departemen Pertahanan AS.
Kapal selam nuklir kelas Jin mampu meluncurkan rudal balistik dan dianggap sebagai pencegah nuklir berbasis laut pertama yang kredibel di Cina, melansir TRT World.
Negeri Kanguru berada di peringkat 19 di antara 140 tentara paling kuat di dunia. Sementara kekuatan Angkatan Laut Australia berada di urutan ke-47.
Armada Australia dilaporkan memiliki 48 unit angkatan laut yang mencakup enam perang ranjau, 3 kapal perusak, dan 13 kapal patroli. Ia tidak memiliki korvet di armadanya. Jumlah tersebut setengah dari jumlah kapal selam China dan saat ini tidak memiliki kapal selam bertenanga nuklir.
Dengan jumlah ini, Australia nyaris hanya mencakup 6 persen armada Cina. Namun, perjanjian AUKUS kemungkinan akan memberikan kontribusi signifikan bagi Australia karena AS dan Inggris akan fokus untuk menemukan cara yang memadai untuk mengirimkan setidaknya delapan kapal selam bertenaga nuklir.
Aliansi pertahanan AUKUS era Presiden Joe Biden secara luas dipandang bertujuan untuk melawan kebangkitan Negeri Tirai Bambu
Pakta pertahanan AUKUS ini sekaligus mengundang amarah Prancis. Pasalnya, Australia secara mengejutkan membatalkan kesepakatan kapal selam senilai 30 miliar Pounds dengan Prancis demi kapal selam bertenaga nuklir.