Ribut D’Masiv, Rai Sindir Rian ‘Megalomania’?

Baca Juga

MINEWS, JAKARTA – Band D’Masiv sedang diterpa isu keretakan personelnya. Sang vokalis, Rian terlibat adu mulut dengan bassist Rai Dinata.

Seperti dilihat dari video yang beredar di akun gosip, keduanya tampak ribut di atas panggung. Bahkan Rai sempat mendorong Rian dan melepas bass yang digendongnya begitu saja.

Setelah itu, Rai terlihat memaki di media sosialnya. “F#k Megalomania,” tulisnya dalam InstaStories. Ia juga kembali menuliskan “Ang,” sejam setelah makian sebelumnya. Sayangnya, postingan tersebut sudah dihapus Rai.

Banyak yang bertanya-tanya, apakah sebutan Megalomania tersebut ditujukan kepada sang vokalis? Hingga saat ini, pihak Musica Studio selaku label dari band tersebut juga belum memberikan keterangan.

Lalu apa sih Megalomania itu? Berikut penjelasan lmiahnya! Menurut jurnal berjudul “THE MEGALOMANIAC TRAITS OF PERSONALITY: personality disorder, psychotic delusion or what? An ethological interpretation”, megalomania adalah seseorang yang memprioritaskan dirinya dan tidak sungkan untuk mengeliminasi sekitarnya untuk bisa mendominasi lingkungan yang dia tinggali.

Tujuannya tidak lain adalah untuk mempromosikan dirinya sebagai pelindung komunitas tersebut yang mana pada akhirnya akan mengarah kepada eksploitasi. Mereka yang penderita sindrom ini, dijalankan oleh perasaan egosentris akan superioritas dan kecenderungan untuk menyerang yang mereka anggap lawan. Alhasil, mereka susah untuk berpikir kritis dalam menerima kenyataan.

Banyak pakar melihat megalomania adalah narsisme dalam kondisi ekstrem. Penderita merasa sebagai sosok yang lebih berkemampuan, berkuasa, dan tinggi dalam berbagai hal. Masalah egosentris macam ini sebenarnya juga turut dirasakan oleh orang normal, namun hal itu dapat terjadi setelah mereka menemukan semacam bukti di dunia nyata yang memperkuat perasaan itu.

So, apa benar Rai sebut Rian ‘megalomania’?

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini