MATA INDONESIA, JAKARTA – Lima senjata api yang diamankan oleh anggota Koramil 1715-05/Batom dari kelompok separatis dan teroris (KST) Papua dipastikan bukan milik TNI-Polri. Dugaan sementara, senjata tersebut berasal dari Bougenville, Papua Nugini (PNG).
Pengamat intelijen dan keamanan Stanislaus Riyanta menilai bahwa hal tersebut patut diwaspadai karena pasokan senjata untuk KST Papua tidak hanya berasal dari Papua Nugini melainkan dari berbagai sumber dari luar negeri.
“Senjata yang beredar di Papua tidak hanya berasal dari Papua Nugini tetapi juga ada yang berasal dari Filipina,” kata Stanislaus kepada Mata Indonesia News, 11 September 2021.
Maka, ia menekankan supaya pemerintah RI bergerak cepat untuk menelusuri dan mengusut perdagangan senjata yang melibatkan KST Papua. Dalam hal ini, hal terpenting yang perlu diperiksa dan ditelusuri yaitu sumber pendanaan untuk mendapatkan senjata tersebut.
“Pemerintah perlu mengusut jaringan pembeli, penjual dan paling penting adalah sumber dananya. Penyandang dana ini yang harus ditindak tegas dan diungkap motif dan kepentingannya,” kata Stanislaus.
Pangdam XVII/Cendrawasih Mayjen TNI Ignatius Yoga Triyono menegaskan bahwa terungkapnya kasus tersebut karena adanya bantuan dari laporan warga. Alhasil, dua orang berhasil ditangkap yaitu Yulian Uropmabin dan Kapol Uropmabin.
“Selaku Panglima XVII Cendrawasih saya apresiasi terhadap kinerja keempat anggota Koramil 1715-05/Batom karena membuktikan komunikasi dengan masyarakat berlangsung baik sehingga kasus tersebut terungkap,” kata Yogo.
Adapun barang bukti yang diamankan yaitu dua pucuk senjata M16 yang salah satunya dilengkapi dengan GLM, satu mouser, satu pucuk senjata Double Loop, dua pucuk senjata laras panjang rakitan, 37 butir amunisi caliber 5,56 dan GLM, bendera bintang kejora, lima flash disk, satu solar cell, dan enam senjata tajam.