MATA INDONESIA, JAKARTA – Kerumunan simpatisan mantan pimpinan FPI Rizieq Shihab kembali menjadi sorotan. Terlebih dengan adanya kericuhan yang terjadi di luar Pengadilan Negeri Jakarta Timur, saat persidangan offline Rizieq berlangsung. Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi menegaskan bahwa fenomena kerumunan bisa memberikan tekanan.
“Permintaan mereka untuk sidang offline ini saya selalu curiga, ini memang kan andalannya kerumunan, tekanan mereka, militansi mereka ini terbentuk ketika kerumunan berjumlah besar,” kata Islah kepada Mata Indonesia News, Minggu 28 Maret 2021.
Islah juga menilai bahwa persidangan Rizieq secara offline atau tatap muka di Pengadilan Negeri Jakarta Timur, merupakan pertaruhan terakhir. Maka kerumunan pun tidak terhindarkan, bahkan memicu kericuhan.
“ini pertaruhan terkahir, sidang Rizieq makanya mereka berusaha minta offline dan alangkah sayangnya majelis hakim mengizinkan itu dan apa artinya dengan jaminan dari pihak pengacara,” kata Islah.
Pernyataan ini mengacu pada peristiwa kericuhan yang terjadi di luar Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Lima simpatisan Rizieq diamankan kepolisian karena memaksa masuk ke dalam gedung.
Kapolres Metro Jakarta Timur Komisaris Besar Erwin Kurniawan menegaskan bahwa simpatisan yang diamankan merupakan provokator.
“Dia provokasi kegiatan yang sifatnya ucapan atau pun dorongan dan sebagainya, kami ingin mengetahui, jangan sampai nanti akibat tindakan oknum ini memicu yang lain untuk berkerumun dan tidak menaati prokes,” kata Erwin.