Gara-gara Salah Prosedur, Puluhan TKI Terlantar di Kamboja

Baca Juga

MATA INDONESIA, INDRAMAYU – Sebanyak 43 warga Indonesia terlantar di Kamboja. Enam diantaranya berasal dari Kabupaten Indramayu. Warga yang terlantar ini adalah  calon Pekerja Migran Indonesia (PMI) atau TKI.

Terlantarnya para TKI ini muncul dari video yang viral di sosial media. Rekaman video itu dikirim oleh para TKI ini kepada Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI).

”Mohon bantuannya pak untuk orang Indramayu dan juga yang lainnya, kami di sini terlantar. Sudah gak ada lagi biaya buat penginapan, di sini kita juga gak tahu kedepannya kaya gimana, buat makan saja kita susah,” keluh salah satu calon TKI melalui rekaman video, Selasa 8 Maret 2022.

Koordinator Dept Advokasi SBMI Nasional, Juwarih mengatakan, berdasarkan laporan sementara, para calon TKI itu awalnya ditawari untuk bekerja di negara Polandia. Tapi sudah berapa tahun ternyata mereka tidak juga diberangkatkan.

Mereka pun lalu menanyakan soal kelanjutan keberangkatannya ke luar negeri kepada pihak perekrut. Namu tetap saja, saat itu mereka justru ditawari untuk bekerja dahulu ke Kamboja bilamana ingin cepat bekerja ke luar negeri.

”Mereka ditawarkan bekerja di sebuah kasino di Kamboja, karena mereka sudah terlanjur mengeluarkan uang dan ingin cepat bekerja, makanya mereka mau,” ujar dia.

Nahas, sesampainya di Kamboja, puluhan Calon TKI itu malah diamankan pihak KBRI  karena diduga berangkat tidak melalui prosedur.

Pihak KBRI menawarkan agar para calon TKI itu sementara waktu tinggal di sebuah penginapan, namun biaya penginapannya ditanggung mandiri.

”Sekarang mereka terlantar di Kamboja, katanya sampai kelaparan, itu kiriman video dari salah satu PMI,” ujar Juwarih.

Ketua SBMI Cabang Indramayu, Zaenuri mengungkapkan, pihaknya akan mempelajari dahulu soal aduan tersebut, sembari melengkapi data-data untuk mengetahui kronologi sebenarnya.

”Sejauh ini, sudah ada empat keluarga dari Calon TKI asal Kabupaten Indramayu yang mengadu ke SBMI Cabang Indramayu. Dan kami akan mengundang keluarga korban di Kamboja untuk tanda tangan surat kuasa,” ujarnya.

Sementara Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh sudah menanggani para TKI yang terlantar ini.

“Dalam sebulan terakhir, KBRI Phnom Penh telah menangani tiga kasus TKI  yang bekerja pada perusahaan kasino/judi daring yang berlokasi Kamboja. Kasus terakhir melibatkan 43 WNI/PMI dari kompleks Kingsa di Provinsi Kandal, yang mulai ditangani KBRI sejak 26 Februari 2022,” kata Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia (PWNI-BHI) Judha Nugraha, Selasa 8 Maret 2022.

Judha mengatakan, dari 43 TKI/PMI yang berada di kompleks Kingsa di Provinsi Kandal itu, 10 orang di antaranya telah pulang ke Indonesia. Sedianya terdapat dua orang lainnya yang juga telah memiliki tiket pulang. Namun, kepulangan mereka ditunda karena keduanya positif Covid-19. ”Sementara itu, sisanya masih menunggu terbitnya exit visa dari pihak Imigrasi Kamboja,” kata Judha.

Dalam upaya penanganan terhadap para PMI tersebut, KBRI Phnom Penh, kata Judha, telah melakukan beberapa langkah, antara lain dengan berupaya menghubungi pihak perusahaan. Namun, perusahaan tidak kooperatif.

Kemudian, KBRI juga berkoordinasi dengan otoritas setempat di Kamboja, antara lain dengan Kementerian Luar Negeri, Kepolisian, Imigrasi, dan kementerian serta lembaga terkait lainnya, untuk menyelamatkan para PMI.

Selanjutnya, KBRI di Phnom Penh juga memfasilitasi kepulangan para PMI tersebut kembali ke Indonesia dengan membantu pengurusan izin dengan otoritas setempat dan proses pemulangan.

Reporter: Rizal Kris 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini