MATA INDONESIA, LONDON – Para Menteri Luar Negeri anggota Kelompok Tujuh (G7) berkumpul di kota London, Inggris, untuk yang pertama kalinya dalam dua tahun terakhir. Pada pertemuan negara-negara kaya tersebut dibahas masalah seperti pemulihan ekonomi pasca-pandemi virus corona dan perubahan iklim.
Inggris yang memegang jabatan sebagai presiden bergilir dari kelompok G7, juga akan berupaya menyetujui tindakan tegas dari mitra G7 untuk melindungi demokrasi dari ancaman global, seperti yang ditimbulkan oleh Cina dan Rusia.
Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab dilaporkan akan memimpin pembicaraan di antara Kelompok Tujuh negara kaya tentang ancaman terhadap demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia.
“Kepemimpinan G7 di Inggris merupakan kesempatan untuk menyatukan masyarakat yang terbuka dan demokratis serta menunjukkan persatuan pada saat sangat dibutuhkan untuk mengatasi tantangan bersama dan meningkatnya ancaman,” tutur Dominic Raab, melansir Reuters, 4 Mei 2021.
Selain anggota G7, yakni: Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, serta Amerika Serikat, Inggris juga turut mengundang menteri dari Australia, India, Afrika Selatan, dan Korea Selatan pekan ini.
Pertemuan tatap muka pertama mereka dalam dua tahun dipandang oleh Inggris sebagai kesempatan untuk memperkuat dukungan bagi sistem internasional dalam menciptakan mekanisme sanggahan yang cepat untuk melawan misinformasi Rusia dan Cina.
Pada Senin (3/5), usai bertemu dengan Raab, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken mengatakan ada kebutuhan untuk mencoba membentuk aliansi global negara-negara yang menjunjung tinggi kebebasan.
Sementara diskusi pada Selasa (4/5), akan membahas mengenai kudeta di Myanmar. Anggota G7 mendesak tindakan yang lebih tegas terhadap junta militer dalam bentuk sanksi yang lebih luas, dukungan embargo senjata, dan lebih banyak bantuan kemanusiaan.
Berdasarkan laporan Lembaga Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) sebanyak 759 orang tewas di tangan aparat keamanan Myanmar sejak kudeta, dan lebih dari 4.500 orang ditangkap.
Pada sore hari, pembicaraan akan beralih ke Rusia, termasuk bagaimana menanggapi manuver pasukan di perbatasan Ukraina dan pemenjaraan kritikus Kremlin, Alexei Navalny.