FBI Peringatkan Atlet AS yang Berlaga di Olimpiade Beijing Tidak Membawa Ponsel, Ada Apa?

Baca Juga

MATA INDONESIA, WASHINGTON – Federal Bureau of Investigation (FBI) atau Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) menyarankan para atlet AS yang akan berlaga di ajang Olimpiade Beijing, Cina untuk tidak membawa ponsel pribadi.

Peringatan ini juga berlaku untuk mereka yang akan bertanding di gelaran Paralimpiade yang akan digelar pada Maret. FBI mengkhawatirkan serangan siber dan spionase, yang dapat mencakup ransomware dan malware, pencurian data, dan serangan penolakan layanan terdistribusi.

“Besarnya dan popularitas Olimpiade membuat acara tersebut menjadi target yang diharapkan bagi mereka yang memiliki niat jahat. Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 2020 menjadi target lebih dari 450 juta serangan siber yang pada akhirnya tidak berhasil,” demikian keterangan FBI, melansir npr.org.

Sementara itu, tuan rumah Cina menuntut Paman Sam untuk mengakhiri campur tangan di Olimpiade Beijing yang akan dihelat pada 4 Februari 2022.

“FBI hingga saat ini tidak mengetahui adanya ancaman siber tertentu terhadap Olimpiade, tetapi mendorong mitra untuk tetap waspada dan mempertahankan praktik terbaik di jaringan dan lingkungan digital mereka,” sambung keterangan biro tersebut.

FBI juga menandai risiko dari aplikasi yang harus digunakan setiap atlet untuk melacak kesehatan mereka. Dikarenakan pandemi Covid-19 yang masih berlangsung, para atlet di pertandingan tahun ini diharuskan mengunduh aplikasi My 2022 untuk melacak kesehatan mereka saat berada di Beijing atau untuk menggunakannya di browser web.

Dalam buku panduan Komite Olimpiade Internasional untuk peserta Olimpiade, organisasi tersebut menyatakan bahwa semua atlet yang bepergian ke Beijing dari luar negeri diharuskan mengunduh dan menggunakan “Sistem Pemantauan Kesehatan” aplikasi selama 14 hari sebelum keberangkatan ke Cina dan selama mereka tinggal.

FBI memperingatkan bahwa aplikasi tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan potensial bagi peserta, seperti halnya program lain yang umum digunakan seperti dompet digital.

“Aplikasi semacam itu dapat digunakan oleh penyerang untuk mencuri informasi pribadi atau memasang alat pelacak, kode berbahaya, atau malware,” sambung biro tersebut.

Peringatan FBI menggemakan temuan laporan yang dikeluarkan pada Januari oleh para peneliti di The Citizen Lab, sebuah kelompok yang berbasis di University of Toronto. Analisis mereka menemukan bahwa aplikasi My 2022 berpotensi disusupi oleh peretas, selain meningkatkan kekhawatiran sensor.

Pengguna juga diharuskan untuk memberikan informasi sensitif pada aplikasi, tetapi di mana informasi tersebut akan berakhir dan siapa yang dapat melihatnya tidak jelas, menurut laporan tersebut.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Presiden Jokowi Sampaikan Dukacita atas Wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi

Mata Indonesia - Presiden Joko Widodo menyampaikan dukacita yang mendalam atas wafatnya Presiden Iran Ebrahim Raisi yang meninggal dunia akibat kecelakaan helikopter pada hari Minggu (19/05) lalu. Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam keterangannya di hadapan awak media di Kabupaten Agam, Provinsi Sumatra Barat, Selasa, 21 Mei 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini