MATA INDONESIA, NAYPYIDAW – Lebih dari 800 orang tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar sejak gelombang protes meletus di seluruh negeri setelah militer merebut kekuasaan dalam kudeta pada awal Februari.
Menurut laporan Kelompok Advokasi Asosiasi Bantuan untuk Narapidana Politik atau Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), militer Myanmar telah menangkap 4.120 orang, termasuk di antaranya influencer, mahasiswa, hingga pekerja seni.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan pemerintahan terpilih, Aung San Suu Kyi dan menahannya beserta para pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD).
Militer Myanmar juga menanggapi protes para pendukung pro-demokrasi di kota-kota besar dan kecil dengan kekuatan mematikan. Sementara itu terjadi peningkatan pertempuran antara militer dengan kelompok pemberontak etnis di daerah perbatasan dan pasukan milisi yang baru dibentuk.
Hingga Senin (18/5), sebanyak 802 warga sipil dilaporkan tewas dalam tindakan keras yang dilakukan oleh pasukan militer. Namun, AAPP mengatakan angka kematian warga sipil sebenarnya bisa jauh lebih tinggi.
“Ini adalah jumlah yang diverifikasi oleh AAPP, jumlah kematian sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi,” kata kelompok itu dalam laporan harian, melansir Reuters, Selasa, 18 Mei 2021.
Junta militer Myanmar sebelumnya memperdebatkan jumlah warga sipil yang tewas dan mengatakan puluhan anggota pasukan keamanan juga tewas selama aksi unjuk rasa berlangsung.
Beberapa pertempuran paling sengit sejak kudeta 1 Februari telah muncul dalam beberapa hari terakhir di Mindat, sekitar 100 km (60 mil) dari perbatasan India di negara bagian Chin saat tentara bertempur dengan milisi lokal.
Ribuan penduduk di kota perbukitan di barat laut Myanmar bersembunyi di hutan, desa, dan lembah pada Senin (17/5) setelah melarikan diri dari serangan militer, kata saksi mata.
Darurat militer diumumkan di Mindat pada pekan lalu sebelum tentara melancarkan serangannya, menggunakan artileri dan helikopter untuk melawan Pasukan Pertahanan Chinland yang baru dibentuk.
“Hampir semua orang meninggalkan kota. Kebanyakan dari mereka bersembunyi,” kata seorang pejuang sukarelawan yang mengatakan dia berada di hutan.