MATA INDONESIA, JAKARTA – Salah satu foto Perang Dunia II yang paling terkenal adalah aksi marinir AS saat mengibarkan bendera “Stars and Stripes” di puncak Gunung Suribachi, Pulau Iwo Jima. Namun, foto tersebut mendapat kritikan karena merupakan hasil rekayasa belaka.
Yang mengambil foto bersejarah itu adalah fotografer perang Joe Rosenthal pada 23 Februari 1945. Berkat foto ini ia menerima hadiah Pulitzer. Dalam foto itu terlihat lima prajurit Korps Marinir AS dan satu anggota korps rumah sakit AL mendirikan tiang bendera AS di puncak tertinggi Pulau Iwo Jima itu.
Setelah memotret pengibaran bendera itu, Rosenthal mengirimkan fotonya ke Guam untuk proses cuci dan cetak. George Tjaden dari Hendricks, Minnesota adalah teknisi studio foto yang mencetaknya.
Setelah melihat foto tersebut, redaktur foto dari AP berseru, “Ini dia foto terbesar sepanjang zaman!”. Ia segera mengirimkan foto tersebut melalui radiofax ke markas besar AP di New York pada pukul 07.00 pagi Waktu Perang Amerika Utara Bagian Timur.
Setelah kantor berita AP mengedarkannya, ratusan surat kabar dan majalah di seluruh dunia kemudian menggunakan foto tersebut. Yang menarik, proses edar dan cetak foto ini hingga tersebar ke seluruh dunia berlangsung sangat cepat, yaitu 17 jam.
Semua orang yang melihat foto ini terperangah. Selain artistik ada sisi romantisme kemenangan Amerika Serikat atas Jepang. Foto ini membuat rakyat Amerika terperangah dan kagum karena memperlihatkan sisi patriotis tentara AS.
Kabar foto ini mengundang decak kagum di Amerika dan dunia membuat Pemerintah AS menjadikan para pelaku pengibaran bendera ini untuk menjadi juru kampanye.
Rekayasa
Beberapa hari setelah foto ini tersebar ke seluruh dunia, Rosenthal kembali ke Guam. Ia sempat mendapat pertanyaan dari sejumlah media, apakah prajurit yang tampil dalam foto itu spontan atau kondisi berpose. Rosenthal pun menjawab bahwa foto prajurit ini adalah hasil rekayasa dia supaya mendapatkan foto yang bagus.
Salah satu wartawan koresponden majalah Time Robert Sherrod melaporkan kepada redakturnya di New York bahwa foto pengibaran bendera jepretan Rosenthal adalah hasil rekayasa. Isu ini akhirnya ramai ketika Majalah Time menceritakan soal latar belakang pembuatan foto ini dan radio majalah TIME, Time Views the News mengudarakan laporan yang menuduh “Rosenthal mendaki Suribachi setelah bendera sudah berkibar.
Setelah itu, giliran Rosenthal berulang kali mendapat tudingan bahwa fotonya sebagai hasil rekayasa atau menutup-nutupi peristiwa pengibaran bendera yang pertama. Salah seorang penulis tinjauan buku New York Times bertindak lebih jauh dengan menyarankan Hadiah Pulitzer Rosenthal agar dicabut.
Selama berpuluh-puluh tahun, Rosenthal berulang kali menyangkal dengan lantang segala tuduhan-tuduhan yang mengatakan peristiwa pengibaran bendera tersebut adalah hasil rekayasa. “Aku tidak tahu bagaimana meyakinkan setiap orang mengenai arti dari pengulangan yang terus menerus Aku lakukan selama 50 tahun,” ujarnya.
Cerita soal foto ini pernah difilmkan dengan judul Flags of Our Fathers yang disutradarai Clint Eastwood. Film ini berdasarkan buku yang dibuat James Bradley dan Ron Powers.
Berikut trailer film ini
Reporter: Muhammad Raja A.P.