MATA INDONESIA, TOKYO – Bagi masyarakat Jepang, Pertempuran Okinawa merupakan peristiwa yang sangat menyedihkan dan paling bersejarah. Bagaimana tidak, peperangan itu menyebabkan ratusan ribu orang meninggal dunia.
Tak hanya itu, perang yang berlangsung dari 1 April 1945-22 Juni 1945 ini adalah pertempuran besar terakhir Jepang melawan Amerika Serikat.
Tepat pada 1 April 1945, pasukan Amerika dibawah pimpinan Letnan Jenderal Simon Boliviar Buckner, meluncurkan serangan ke Pulau Okinawa.
Tidak tanggung tanggung, dalam misi tersebut Amerika mengkerahkan Armada Kelima Angkatan Laut dan 180.000 personel Angkatan Darat serta pasukan Korps Marinir AS. Invasi tersebut adalah bagian dari Operasi Iceberg, sebuah rencana menyerang dan menduduki Kepulauan Ryukyu, termasuk Okinawa. Benteng terakhir pertahanan Jepang. Melihat kondisi tersebut, Jepang mengerahkan pasukan sebanyak 67.000 tentara regular dan 9.000 tentara Angkatan Laut.
Sesampainya tentara Amerika Serikat di pesisir pantai Okinawa, pasukan Jepang menggunakan taktik Kamikaze yang membuat para sekutu kocar kacir. Bayangkan saja, strategi itu mengakibatkan 36 kapal Amerika Serikat tenggelam, 4.900 orang tewas, 4.900 orang terluka hingga 763 pesawat hilang.
Lalu, apa itu taktik Kamikaze? taktik itu merupakan rencana jitu pasukan Jepang yang sebelumnya digunakan untuk bertahan dari serangan Mongol pimpinan Kubilai Khan. Kamikaze memiliki arti “angin dewa”, dengan harapan pasukan mereka mampu mengalahkan militer sekutu. Pasukan yang sudah ahli dalam taktik ini mayoritas usianya dibawah 25 tahun. Hal itu karena mereka percaya bahwa anak anak muda memiliki fisik dan mental yang lebih kuat.
Pihak militer Jepang juga mengerahkan tentara berusia 14 hingga 17 tahun. Mereka semua merupakan siswa sekolah yang menjadi sukarelawan. Anak-anak muda ini terkenal dengan sebutan “Tekketsu Kinnotai” (Blood Imperial Corps). Sayangnya, setengah dari mereka terbunuh dalam serangan bom bunuh diri dan operasi gerilya tentara Amerika Serikat.
Pada saat pasukan Amerika mendarat di Okinawa, perang di front Eropa hampir berakhir. Pasukan Sekutu dan Soviet telah membebaskan sebagian besar Eropa dan hanya beberapa minggu kemudian memaksa Jerman menyerah tanpa syarat .
Namun, di Pasifik , bagaimanapun pasukan Amerika masih susah payah menaklukkan Kepulauan Jepang, satu demi satu.
Setelah melenyapkan pasukan Jepang dalam Pertempuran Iwo Jima yang brutal, mereka mengarahkan pandangan mereka ke pulau terpencil Okinawa, perhentian terakhir mereka sebelum mencapai Jepang.
Dedaunan yang lebat, bukit, dan pepohonan seluas 466 mil persegi di Okinawa menjadikannya lokasi yang sempurna untuk tempat terakhir Komando Tinggi Jepang untuk melindungi Tanah Air mereka.
Jika Okinawa jatuh, maka begitu juga Jepang. Orang Amerika tahu bahwa mengamankan pangkalan udara Okinawa sangat penting untuk meluncurkan invasi Jepang yang sukses.
Peperangan ini menurut sejumlah sejarawan adalah peperangan terbesar yang pernah ada dalam sejarah umat manusia. Kenekadan pasukan Jepang dengan strategi Kamikaze membuat AS pun bingung. Apalagi pimpinannya Letjen Simon Boliviar Buckner tewas karena serangan bunuh diri pasukan Jepang.
Barulah setelah melihat situasi ini, pasukan Amerika Serikat langsung menelusuri kawasan selatan pantai Okinawa dan membunuh siapapun tentara Jepang yang kebetulan bertemu dengan mereka.
Sejak saat itulah, perlawanan Jepang berakhir. Mereka kehilangan 120 ribu tentara saat mempertahankan pulau Okinawa. Bukan hanya itu, ada sekitar 7.000 tentara lainnya yang menyerah dengan cara bunuh diri.
Hal itu mereka lakukan karena tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pertempuran pun juga terasa sia sia karena tentara sekutu berhasil memborbardir mereka tanpa ampun. Bahkan, pimpinan Pasukan Jepang Jenderal Ushijima dan Jenderal Cho pun memutuskan untuk bunuh diri pada 22 Juni 1945. Kematian mereka berdua menjadi pertanda berakhirnya pertempuran Okiniwa.
Saat Jepang terhimpit dengan jatuhnya Okinawa, pada awal Agustus 1945 Amerika Serikat ‘memastikan kemenangan’ dengan menjatuhkan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki.
Akibat bom itu, Jepang lumpuh dan tak berdaya. Terlebih, pada 8 Agustus, Uni Soviet juga menyatakan memulai perang dengan Jepang.
Akhirnya, pada 10 Agustus 1945, pemerintah Jepang pun menyerah. Mereka menyampaikan kepada Sekutu akan menyepakati Deklarasi Postdam. Penyerahan diri Jepang pada 2 September 1945
Untuk mengenang peristiwa itu, pemerintah Okinawa mendirikan monumen bersejarah, Cornerstone of Peace di Mabuni pada tahun 1995. Di tugu itu terdapat ratusan ribu nama orang yang tewas pada perang Okinawa baik warga sipil maupun militeer. Adapun monumen atau museum lainnya yakni, Museum Bom Atom Nagasaki, Museum Perdamaian Hiroshima, Atomic Bomb Dome, Children’s Peace Monument, The Memorial Cenotaph, Student Mobilization Memorial Tower, dan Gates of Peace.
Reporter : R Al Redho Radja S