Nestapa Elizabeth Magie, Pencipta Permainan Monopoli yang Karyanya Tak Diakui

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Saat ini dunia telah mencatat dalam sejarah bahwa permainan monopoli lahir pada tahun 7 Februari 1935 dengan Charles Darrow sebagai figur di balik kesuksesannya.

Namun siapa sangka, sebelum Darrow mempublikasikannya, ternyata permainan papan ini awalnya milik Elizabeth Magie pada tahun 1903. Elizabeth Magie adalah seorang feminis sayap kiri yang berusaha menciptakan sebuah permainan untuk meringankan penyakit kesenjangan sosial pada eranya.

Mengutip dari The Guardian, pemain papan yang menggunakan peralatan seperti bidak, dadu, kartu, uang kertas, dan miniatur bangunan ini sebelumnya adalah sebuah permainan yang tidak memiliki nama resmi. Proses penyebarannya hanya dari teman ke teman saja.

Hingga suatu malam di akhir tahun 1932, sepasang suami-istri, Charles dan Esther Darrow, diperkenalkan dengan sebuah permainan papan real estate yang baru saja dipelajari oleh teman mereka yang bernama Charles Todd dan istrinya, Olive.

Dengan membuat formasi duduk melingkar, kedua pasangan tersebut pun terlihat sangat antusias saat menggulirkan dadu, membeli properti dan memindahkan bidak mereka. Todd yang menyadari bahwa temannya menyukai permainan tersebut kemudian membuatkan seperangkat permainan yang sama untuk Darrow, dan mengajarkan mereka beberapa aturan yang lebih maju.

Suatu ketika, Darrow yang tidak memiliki pekerjaan merasa putus asa untuk mencari uang demi menghidupi keluarga. Ia pun menghubungi Todd dan memintanya untuk menuliskan aturan permainan yang pernal ia tahu. Namun Todd merasa bingung karena dia belum pernah menuliskan aturan tersebut sebelumnya, terlebih lagi ia juga merasa tidak yakin akan menemukannya di tempat lain.

Darrow pun akhirnya membuat permainan versinya sendiri dan menawarkannya ke sebuah perusahaan produsen mainan bernama Parker Brothers. Hasil karya tersebut pun mendulang kesuksesan dan menjadi inovasi fenomenal dalam sejarah Amerika.

Darrow yang mulanya pengangguran kemudian dapat menghasilkan uang berjuta-juta dolar atas penjualan permainan papan yang diberi nama Monopoli tersebut. Para jurnalis pun terus berdatangan dan menanyakan tentang bagaimana cara Darrow  dalam memperoleh kesuksesan.

Kepada Germantown Bulletin, Darrow hanya mengatakan bahwa keberhasilannya adalah suatu hal yang aneh. Sedangkan surat kabar Philadelphia mengutip perkataan Darrow yang berbunyi, “Benar-benar tak terduga dan tidak masuk akal”.

Tiga dekade sebelumnya, yaitu tepatnya pada tahun 1903, seorang wanita keturunan imigran asal Skotlandia, Elizabeth Magie, memiliki suatu gagasan untuk membuat permainan yang sekiranya dapat meringankan beban masyarakat di sekitarnya. Saat itu wanita yang kerap disapa Lizzie ini melihat masalah-masalah besar merambat begitu luas di negaranya. Ketidaksetaraan pendapatan begitu besar dan para monopolis begitu kuat.

Sebelumnya ia sempat merasa tidak percaya diri. Bagaimana caranya seorang wanita tak dikenal dan hanya bekerja sebagai stenografer seperti dirinya dapat memiliki kesempatan untuk meringankan penyakit masyarakat dengan membuat suatu permainan papan sepele? Namun itulah Elizabeth Magie, seorang wanita yang tidak pernah berhenti mencoba.

Malam demi malam, setelah pekerjaannya di kantor selesai, Lizzie pun kembali untuk melanjutkan aksinya. Ia duduk di rumahnya sembari menggambar dan terus menggambar. Ia berulang kali memikirkan ide untuk menghasilkan karya yang terbaik. Dia ingin permainan papannya dapat mencerminkan pandangan politiknya yang progresif, itulah intinya.

Perjuang Lizzie mulai menemukan titik terang pada abad pada pergantian abad ke-20. Saat itu permainan papan buatannya menjadi semakin umum di rumah-rumah kelas menengah. Selain itu, banyak pula yang menjadikan permainan tersebut tidak hanya sebagai hobi tetapi juga sarana komunikasi.

Dari situlah Lizzie mulai belajar lebih keras. Dia mulai berbicara di depan umum tentang konsep baru miliknya, yang dia sebut sebagai Landlord’s Game atau Permainan Tuan Tanah.

“Ini adalah demonstrasi praktis dari sistem perampasan tanah saat ini dengan semua hasil dan konsekuensinya. Sebutannya ‘Game of Life’ karena berisi semua elemen keberhasilan dan kegagalan di dunia nyata. Obyeknya sama dengan yang dimiliki umat manusia pada umumnya, yaitu, akumulasi kekayaan,” tulisnya dalam sebuah majalah politik.

Game Lizzie menampilkan permainan uang dan perbuatan serta properti yang dapat diperjualbelikan. Para pemain meminjam uang, baik dari bank atau dari satu sama lain, dan mereka harus membayar pajak. Dan itu menampilkan jalur yang memungkinkan pemain untuk melingkari papan sehingga berbeda dengan desain jalur linier yang biasanya ada pada gim saat itu.

Dari awal, Permainan Tuan Tanah bertujuan untuk memanfaatkan insting alami manusia dalam bersaing. Lizzie menciptakan dua perangkat aturan yang sebenarnya bertentangan namun dapat merefleksikan realita kehidupan.

Lizzie membuat perangkat anti-monopoli dalam permainannya yang menunjukkan bahwa semua orang akan mendapat penghargaan ketika menciptakan kekayaan. Ia juga menyisipkan perangkat monopoli yang memiliki tujuan untuk menciptakan monopoli dan menghancurkan lawan.

Setelah bertahun-tahun mengutak-atik, menulis, dan merenungkan kreasi barunya, Lizzie memasuki Kantor Paten AS pada 23 Maret 1903 untuk mengamankan tuntutan hukumnya atas Permainan Tuan Tanah.

Setidaknya dua tahun kemudian, dia menerbitkan versi permainan melalui Economic Game Company, sebuah perusahaan yang berbasis di New York dan menganggap Lizzie sebagai pemilik bagian.

Permainannya menjadi populer di kalangan intelektual kiri dan di kampus-kampus. Popularitas itu kemudian menyebar sepanjang tiga puluh tahun selanjutnya hingga akhirnya pun jatuh ke tangan Charles Darrow.

Secara total, game ini telah terjual ratusan juta kopi di seluruh dunia, dan Darrow menerima royalti sepanjang hidupnya. Magie sang penemu pertama juga mendapat bayaran dari Parker Brothers. Namun ia hanya menerima uang sebesar 500 dolar AS, tanpa adanya royalti.

Awalnya Magie tidak curiga dengan motif sebenarnya untuk pembelian gamenya. Ketika sebuah prototipe versi Landlord’s Game milik Parker Brothers tiba di rumahnya di Arlington, dia merasa senang. Namun ketika ia menyadari kebenarannya, ia sangat marah.

Pada bulan Januari 1936 dia memberikan wawancara kepada Washington Post dan Washington Evening Star. Dalam sebuah foto di Koran Evening Star, terlihat sekali wajah Lizzie sangat marah, terluka dan berusaha balas dendam dengan perusahaan yang telah mencuri idenya hingga menjadi laris tersebut.

Parker Brothers memiliki hak atas Landlord’s Game miliknya yang mendapat paten tahun 1924. Tapi mereka tidak menceritakan kisah penemuan gimnya sejak tahun 1904. Ketika Charles Darrow menuai imbalan dari kesuksesan permainan yang ia kenalkan, peran Lizzie Magie sebagai penemuan Monopoli malah tidak jelas nasibnya.

Pada tahun 1973, Ralph Anspach, seorang akademisi sayap kiri yang berada di bawah serangan hukum dari Parker Brothers atas penciptaan permainan Anti-Monopoli berusaha mempelajari dan meneliti kasus Lizzie. Kasus ini pun selanjudnya berlangsung selama satu dekade dan Anspach memenangkannya. Magie pun akhirnya memperoleh peran dalam sejarah penemuan permainan monopoli tersebut.

Tetapi Hasbro, perusahaan tempat Parker Brothers sekarang menjadi anak perusahaan, masih merendahkan status Magie. Mereka menanggapi komentar dengan pernyataan singkat “Hasbro memuji permainan resmi Monopoli untuk Charles Darrow”.

Bahkan pada situs web Hasbro tahun 2015 mencantumkan bahwa garis waktu sejarah permainan monopoli pada tahun 1935, bukan tahun 1903 saat Elizabeth Magie menciptakan mainan populer ini.

Reporter: Marizke

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Jelang Hari Buruh Sedunia, Polda DIY Serahkan Bantuan Sembako

Mata Indonesia, Yogyakarta – Memperingati Hari Buruh Sedunia, Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan, S.I.K., M.H., menyerahkan bantuan sembako kepada Koperasi Konsumen Persatuan Buruh DIY di Gedung Pertemuan Bumi Putera Yogyakarta, Pakualaman, Kota Yogyakarta, Selasa (30/4/2024).
- Advertisement -

Baca berita yang ini