MATA INDONESIA, JAKARTA – Sosok Presiden BJ Habibie nampaknya akan selalu diingat dalam peristiwa Timor Timur (Timtim). Soalnya peristiwa 21 tahun silam itu, BJ Habibie dinilai bersikap bijak karena tidak menahan kemerdekaan Timtim, namun di sisi lain ia dianggap lemah sehingga melepaskan wilayah Indonesia. Padahal dia memiliki alasan cerdas.
Sebagai presiden ke-3 Republik Indonesia (RI), BJ Habibie diwariskan Timtim yang selalu penuh gejolak sejak berintegrasi dengan Indonesia 17 Juli 1976 sampai dengan 30 Agustus 1999.
Gejolak tersebut tetap timbul di antara partai pro-kemerdekaan dengan partai yang menginginkan Timtim tetap menjadi bagian Indonesia. BJ Habibie akhirnya memilih mengabulkan pengajuan referendum, agar masyarakat Timor Timur menentukan sendiri nasib bangsanya.
Kala itu, ada dua pilihan yang diajukan BJ Habibie dalam pelaksanaan referendum. Menerima otonomi khusus untuk Timor Timur dalam salah satu provinsi di Indonesia atau memisahkan dari Indonesia sebagai negara yang berdaulat.
Pada 30 Agustus 1999, referendum bagi rakyat Timor Timur digelar. Sebanyak 446.953 rakyat Timor Timur memberikan suaranya. Dari 438.968 suara yang sah, 78,50 persen di antaranya menolak opsi otonomi khusus yang artinya mereka memilih memisahkan diri dari Indonesia.
Akhirnya kala itu Presiden BJ Habibie memutuskan untuk melepas Timor Timur dari Indonesia. Bukan asal melepaskan begitu saja, tetapi BJ Habibie memiliki fakta dan juga alasan yang dinilai cerdas saat itu.
1. Alasan Pertama
Dengan penduduk sebanyak 700.000 orang, Presiden Habibie yakin Timtim menarik minat dunia. Sedangkan saat itu BJ Habibie mengatakan masih memiliki 210 juta rakyat Indonesia.
Jika saat itu ia terus membiarkan tentara asing mengurus Timtim, secara implisit mengakui TNI tidak bisa menjalankan tugasnya. Saat itu, Australia sudah mengirimkan militernya ke Timtim.
Sadar hal itu akan berakibat buruk bagi stabilitas negara, Presiden Habibie dengan tegas tidak mau mengambil risiko.
Habibie yang menjadi presiden karena Suharto mengundurkan diri bertekad menyelesaikan masalah Timtim sebelum Presiden ke-4 RI dipilih. Tujuannya supaya Presiden penggantinya bisa fokus menyelesaikan masalah nasional saat itu yaitu reformasi segala bidang.
2. Alasan kedua
Presiden Habibie telah menganggap Australia sebagai sahabat Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan 1945. “Saya yakin bila saya biarkan tentara Australia masuk ke Indonesia, saya tidak hanya akan menghina dan mempermalukan TNI, tapi juga bila Australia masuk, apa pun keputusannya nanti yang kalah akan menyalahkan Australia,” kata Habibie
Dua alasan itu membuat BJ Habibie menuai pujian dunia. Keputusannya dinilai cerdas karena tidak mengandalkan kekerasan dan pertumpahan darah.
Setelah melalui proses panjang, pada 20 Mei 2020 secara resmi Timor Timur merdeka, dan berganti nama menjadi Timor Leste. (Miskatul Nisa Kamilah)