MATA INDONESIA, JAKARTA – Dia tidak berpikir popularitas, apalagi kekayaan karena tujuan hidupnya hanya berdakwah. Habib Ali bin Husein al-Attas bahkan lebih senang berdakwah bersama rakyat miskin dan mendorong Indonesia bersatu.
Itu sebabnya, dia lebih suka tinggal di kampung-kampung seperti Cikini yang tahun 1920 -an merupakan kampung kumuh tempat tinggal rakyat miskin.
Dia lebih banyak membagi ilmunya ke kelompok-kelompok kecil yang hanya berjumlah puluhan dan lebih banyak lagi kepada perorangan yang mendatangi rumahnya di Cikini.
Biasanya para muridnya datang ke rumahnya membacakan kitab, lalu sang Habib menjelaskan kandungan maknanya. Kalau pun menghadiri majelis taklim jumlah pesertanya hanya puluhan orang saja, tidak sampai ratusan seperti sekarang.
Dia juga tidak pernah memiliki kendaraan pribadi, terutama mobil. Meski begitu, mengunjungi murid-muridnya atau ke tempat majelis taklim menggunakan jasa becak.
Berdasarkan nasabnya, lelaki yang kemudian dikenal dengan sebutan Habib Ali Bungur itu adalah keturunan langsung Rasulullah, karena kakek moyangnya adalah keturuna dari Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah dengan Ali bin Abi Thalib.
Namun, sepertinya Habib Ali tidak pernah membusungkan dadanya sebagai keturunan langsung manusia suci tersebut.
Habib Ali yang lahir di Hadhramaut, 1 Muharram 1309 H atau 7 Agustus 1891 itu sangat mendorong terbentuknya Negara Indonesia yang bersatu, utuh serta berdaulat semasa hidupnya.
Dia tidak segan-segan menegur para pejabat yang mendatanginya dan selalu menyampaikan agar jurang pemisah antara pemimpin dan rakyat dihilangkan. Rakyat harus dicintai.