Dianggap Pemborosan, Perayaan Lebaran Pernah Diusulkan Dilarang di Indonesia

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Perayaan lebaran dan ritual Syawalan masyarakat Indonesia pernah dianggap sebagai pemborosan sehingga Pemerintah Kolonial Belanda mengusulkan melarangnya.

Apalagi saat itu para pejabat daerah seperti bupati yang ikut memfasilitasi perayaan tersebut.

Maka, dua pejabat Hindia Belanda saat itu, Residen Semarang, Steinmetz dan De Wolff van Westerrode bersurat kepada Snouck Hurgronje.

Saat itu, tahun 1904, Snouck menjabat penasihat Pemerintah Kolonial untuk Urusan Agama Islam, Adat dan Orang Bumiputra.

Seperti dilansir Historia, Steinmetz dan De Wolff sangat mengkhawatirkan para bupati menggunakan uang negara Kolonial Belanda saat memfasilitasi perayaan itu.

Alasan tersebut mereka ajukan karena menganggap perayaan Lebaran dan ritual Syawalan sama dengan perayaan tahun baru masehi yang identik dengan hura-hura.

Pemerintah Kolonial Belanda bahkan menyebut Perayaan Lebaran kala itu sebagai perayaan “Tahun Baru Pribumi.”

Selain identik dengan melimpah ruahnya makanan, perayaan lebaran ketika itu juga diwarnai dengan membeli baju dan sepatu baru.

Namun Snouck tidak sepakat dengan seluruh usulan dua pejabat Pemerintahan Hindia Belanda tersebut.

Dia sepakat pemborosan keuangan perlu ditekan, tetapi Snouck justru menganjurkan Steinmetz dan De Wolff menghormati perayaan umat Islam itu.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Stok BBM Dipertahankan Rata-Rata 20 Hari untuk Menjamin Kebutuhan Jelang Nataru

Oleh: Anggina Nur Aisyah* Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru 2025/2026, pemerintah menegaskankomitmennya dalam menjamin ketersediaan energi nasional melalui kebijakan strategismenjaga stok bahan bakar minyak pada rata-rata 20 hari. Kebijakan ini menjadi buktinyata kesiapan negara dalam mengantisipasi peningkatan kebutuhan masyarakatselama periode libur panjang, sekaligus memperkuat rasa aman publik terhadapkelangsungan aktivitas sosial, ekonomi, dan keagamaan. Penjagaan stok BBM tersebutmencerminkan perencanaan yang matang, berbasis data, serta koordinasi lintas sektoryang solid antara pemerintah, regulator, dan badan usaha energi nasional. Perhatian Presiden Prabowo Subianto terhadap kesiapan menghadapi arus Natal dan Tahun Baru memperlihatkan bahwa sektor energi ditempatkan sebagai prioritas utamadalam pelayanan publik. Presiden memastikan bahwa distribusi bahan bakar berjalanoptimal seiring dengan kesiapan infrastruktur publik, transportasi, dan layananpendukung lainnya. Pendekatan ini menegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan energimasyarakat tidak hanya dipandang sebagai aspek teknis, melainkan sebagai bagian daritanggung jawab negara dalam menjaga stabilitas nasional dan kenyamanan publikselama momentum penting keagamaan dan libur akhir tahun. Langkah pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dengan mengaktifkan kembali Posko Nasional Sektor...
- Advertisement -

Baca berita yang ini