5 Mitos Besar tentang Muslim AS yang ‘Haram’ untuk Dipercayai

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Sudah bukan rahasia lagi jika di negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), banyak Muslim yang mengalami perlakuan diskriminatif, mulai dari pengucilan, kekerasa fisik, hingga dibuat mitos-mitos yang tak benar agar pihak lain memandang negatif terhadap Islam.

Dikutip dari patheos.com, berbagai mitos yang beredar ditujukan untuk melemahkan perkembangan Muslim yang terus meningkat di AS. Mitos-mitos itu di antaranya sebagai berikut:

1. Muslim AS Didominasi Orang Tua

Faktanya tidak demikian. Lebih dari setengah jumlah populasi Muslim AS merupakan generasi milenial. Jumlah Muslim milenial itu bahkan mengisi 32 persen total populasi orang dewasa di AS. Hebat kan!

2. Muslim AS Kebanyakan Lahir di Luar Negeri

Faktanya, justru Muslim yang saat ini menjadi warga negara AS merupakan kelahiran asli setempat. Lebih dari setengah total populasi Muslim AS saat ini merupakan generasi baru yang kelahirannya tercatat di berbagai wilayah AS.

3. Muslim AS Kebanyakan Orang Arab atau Asia

Faktanya, Muslim AS secara ras lebih beragam. Menurut penelitian ISPU-AMP tahun 2017, 25 persen Muslim AS adalah kulit hitam, 24 persen kulit putih, sedangkan Arab dan Asia sama-sama mendapat porsi 18 persen, 7 persennya ras campuran, dan 5 persennya lagi adalah Hispanik.

4. Islamofobia Hanya Dibuat-buat

Faktanya, justru kasus-kasus Islamofobia di AS telah mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2016 lalu, menurut sebuah penelitian, sebanyak 38 persen anak-anak Muslim AS mengalami perlakuan tidak baik di sekolah, sedangkan dari kelompok anak-anak Yahudi sebanyak 27 persen.

5. Muslim AS Tidak Cinta Tanah Air

Hal ini juga tidak benar. Faktanya, menurut penelitian dari Pew Research Center, 9 dari 10 Muslim AS mengkonfirmasi dirinya bangga sebagai warga negara AS dan mencintai negaranya. (Ryan)

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini