Film Mrs Harris Goes to Paris, si Buruk Rupa yang Berubah Menjadi Cinderella

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Tak banyak orang tahu dulu ada novel laris berjudul Mrs Harris Goes to Paris. Pengarangnya Paul Gaullico.

Novel ini menceritakan tentang seorang janda pembantu rumah tangga bernama Ada Harris. Ia jatuh cinta dengan gaun rancangan Dior setelah melihatnya di lemari pakaian kliennya. Demi menggapai mimpinya untuk memiliki gaun Christian Dior itu, dia bekerja keras, menabung, hingga membawanya ke petualangannya yang luar biasa ke Paris. Ternyata petualannya ke Paris ini berhasil mengubah hidupnya dan masa depan House of Dior.

Cerita novel ini kemudian menjadi sebuah film tahun 2022. Sutradaranya adalah Anthony Fabian. Film drama komedi berlatar tahun 1950-an ini mengambil adaptasio novel dengan skenario buatan Carroll Cartwright, Keith Thompson, dan Olivia Hetreed.

Film ini dibintangi juga oleh Isabelle Huppert, Lambert Wilson, Lucas Bravo, Ellen Thomas, Rose Williams, dan banyak lainnya. Mrs. Harris Goes to Paris diproduksi oleh Focus Features bekerja sama dengan House of Dior dengan Entertainment One, dan rilis di AS pada 15 Juli.

Cerita di film ini menarik. Karena menceritakan perjuangan dan keajaiban Ada Harris yang berhasil mengubah dirinya saat menggunakan pakaian rancangan Dior di Paris. Ia lebih percaya diri dan indentitas dirinya sebagai seorang janda dan pembantu rumah tangga pun berubah. Bagi penggemar fesyen, film ini luar biasa menarik karena menampilkan banyak busana rancangan Dior.

Pakaian Dior mengubah pola pikir Ada Harris dari seorang yang pemalu dan tidak percaya diri menjadi orang yang benar-benar berbeda. Ini mirip film-film yang mengadaptasi dongeng seperti Cinderella, The Red Shoes maupun The Six Swans. Intinya, karakter orang akan berubah seiring dengan penampilannya.

”Keajaiban itu kan sebenarnya tentang perubahan. Pakaian itu cara paling gampang untuk mengubah manusia. Bisamemperlihatkan, atau membuat lebih bagus atau kurang bagus dari apa yang sebenarnya.” kata Hilary Davidson, sejarawan fashion.

Menurut Hilary, pakaian itu seperti kulit kedua. Pakaian juga bisa mengubah pandangan seseorang.

Hilary juga melakukan riset tentang sepatu. Menurutnya, sepatu sama dengan pakaian.  ”Sepatu bisa membantu atau menghambat gerakan kita sehari-hari. Mau itu sepatu boots sampai Air Jordan.” katanya, “karena sepatu itu fondasi dari postur. Sepatu juga mempengaruhi cara kita berdiri dan menahan diri sendiri, struktur dari badan kita.”

Dongeng Modren

Fim Mrs Harris Goes To Paris membicarakan perkembangan kontemporer dalam dongeng.”Yang mengadaptasi film, produser, sutradara panggung, dan desainer semuanya sibuk mencocokkan dengan dongeng agar sesuai untuk semua umur. Para seniman pertunjukan, penjahit baju, dan fotografer. Iring-iringan yang meriah.Semuanya menggambarkan dunia dongeng di masa modern,” ujar Marina Warner, penulis buku ‘Once Upon a Time: A short History of The Fairy Tale’.

Dongeng adalah dasar yang penting dalam film-film Hollywood. Apalagi dongeng itu sangat bergantung pada plot atau karakter tertentu.  Contohnya film Miss Congeniality (2000) dan film The Devil Wears Prada (2006). Urutan ceritanya mirip dan kisahnya tentang wanita buruk rupa yang ternyata cuma butuh perubahan gaya rambut, make-up, dan pakaian agar bisa menjadi orang cantik.

Industri film banyak memakai konsep ini. Dulu di film Sabrina (1954), Audrey Hepburn pergi ke Paris dengan gaya remaja cupu lalu kembali sebagai wanita pintar dengan koper berisi baju Givenchy.

Di film Pretty Woman (1990), Julia Robert yang memerankan Vivian seorang pelacur, harus berpakaian dengan gaya mewah dan kembali ke toko yang menolaknya dulu untuk memperlihatkan kalau dia berubah.

Film-film seperti ini memenuhi narasi fantasi ”kalau kamu ingin terlihat sebagaimana kamu seharusnya terlihat.”

Pakaian bukan cuma tentang status atau kecantikan—walau rata-rata memang begitu, sih. Tapi pakaian berfungsi sebagai cara agar seseorang terlihat. Mereka menaikkan derajat pemakaianya agar menjadi orang-orang mengangumi dan menyukainya. Seperti Cinderella setelah ia berubah dan menjadi bangsawan karena gaunnya.

Lalu kenapa kisah pakaian yang mengubah karakter seseorang bisa awet dan tetap menjadi bahan cerita di novel dan film? Sebenarnya bisa jadi karena perilaku kita sendiri. Kita biasa mendapat penilaian dari apa yang kita pakai. Kalau ada orang ke pesta dengan celana training pasti akan mendapat tanggapan berbeda jika ia menggunakan pakaian formal dan rapih.

Jadi semua ini gambaran realistis tentang penilaian di dunia dan bagaimana pakaian mempengaruhi kita. Kisah ini juga bisa saja jadi sebuah cara industri fashion agar mereka menghasilkan uang. Apalagi mereka menjanjikan perubahan kepada pembelinya— sebuah cara marketing dan jualan. Pokoknya, kamu tinggal pakai baju yang cocok biar hidupmu jadi lebih indah selamanya.

Colleen Hill adalah kurator kostum dan aksesoris di Museum Fashion Institute of Technology. Dia pernah menyiapkan pameran bertajuk ‘Fairy Tale Fashion’ di tahun 2016. Dia kolaborasi berbagai brand besar high fashion seperti Alexander McQueen dan Zandra Rhodes. Lalu brand ini kemudian ia pararelkan dengan dunia dongeng.

Pameran ini memperlihatkan semua kemungkinan keajaiban dan estetika yang bisa ia dapatkan lewat pakaian. Mereka juga memamerkan perubahan sosial yang dijanjikan industri fashion.

“Dalam seluruh dongeng, pakaian itu paling terkait dengan status.” Hill menjelaskan. “Contohnya, Cinderella yang datang ke pesta dengan gaun emas lalu gaun silver, hal ini untuk memperlihatkan kalau dia seorang bangsawan.”

Ada banyak pengaruh dengan cara kita semua berpakaian sekarang. “Aku rasa ada banyak kejadian dimana kita beli sepatu yang ternyata tidak bisa kita pakai. Atau gaun yang terlalu ketat. Tapi kita berharap kalau barang ini cocok untuk kita.” kata Hill.

Penulis: Deandra Alika Hefandia

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Wujudkan Pemerataan Pendidikan, Akademisi Unsrat Dukung Keberadaan AMN

MANADO — Wakil Rektor I Bidang Akademik Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado, Prof. Dr. Ir. Grevo Soleman Gerung memberikan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini