Bsissa, Makanan Ribuan Tahun Afrika Utara antara Sahur dan Tradisi Yahudi

Baca Juga

MATA INDONESIA, TUNNIS – Makanan khas masyarakat Tunisia dan Libya cukup aneh namanya, Bsissa. Makanan ini sangat berizi dan sudah ribuan tahun menjadi makanan pokok orang-orang yang tinggal di kawasan Afrika bagian utara.

Biasanya bagi umat Islam, Bsissa adalah makanan saat sahur. Atau karena makanan ini awet menjadi bekal saat menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Sedangkan bagi orang Yahudi, Bsissa adalah makanan yang wajib disantap saat mengadakan pesta menyambut Paskah.

Bsissa bentuknya seperti bubuk berwarna coklat. Secara tradisional terbuat dari gandum durum (gandum makaroni) bakar yang gilingannya bersama dengan barli (jelai). Dan ada tambahan rempah-rempah biji adas manis, bunga lawang, dan marjoram (keluarga mint).

Supaya rasanya gurih. Bsissa sering ditambah dengan kacang-kacang tanah yang dibakar – seperti kacang arab (chickpea), kacang lentil, atau kacang fava. Dan tambahan lain seperti biji wijen, dan biji carob, untuk meningkatkan kandungan gizinya.

Ketika dicampur dengan minyak zaitun dan madu bahan ini akan menjadi krim kental dan dihiasi dengan kacang panggang.

Kandungan gizi di Bsissa membuat makanan ini mendapat julukan makanan super. Penduduk di Afrika Utara sadar bahwa Bsissa yang dibuat ibu mereka untuk sarapan sama baiknya – atau bahkan lebih baik daripada – protein shake yang kini tren.

Memiliki karbohidrat dan serat yang tinggi dan kompleks, bsissa mengandung 15 sampai 18 gram protein per 100 gram, dan dikemas dengan vitamin C serta mineral termasuk zat besi, kalium, seng, magnesium dan kalsium.

Bubur Bsissa
Bubur Bsissa

Kini makanan ini semakin banyak tersedia di menu restoran dan hotel yang berada di wilayah Libya dan Tunisia.

Namun, jauh sebelum tersaji oleh restoran modren, petani dan pengemudi karavan di Maghreb – yang membentang dari Libya di timur Afrika Utara hingga pesisir Atlantik Maroko – telah membawa karung Bsissa sebagai sumber nutrisi yang baik.  Bahkan saat mereka membawanya di tengah Gurun Sahara.

Bsissa biasanya tersaji dengan gaya makanan asli Afrika Utara, campuran minyak zaitun, atau dengan air dan buah-buahan. Terkadang Bsissa menjadi makanan kocok (meal-shake) yang rasanya lezat. Makanan ini namanya menjadi rowina.

Festival Makanan

Jika Anda berkunjung atau berwisata ke Tunisia, silahkan datang ke Desa Lamta. Terletak di sepanjang Teluk Hammamet bagian selatan, Tunisia, desa ini sangat cantik karena bangunan-bangunannya bergaya arsitektur eklektik (pengabungan gaya historis dari masa sebelumnya). Punya model pintu berwarna biru dan putih. Dari beberapa bangunan ini menjadi toko dan restoran yang menjual berbagai macam dan rasa Bsissa.

Bangunan di Desa Lamta
Bangunan di Desa Lamta

Di toko-toko dan restoran, seringkali banyak Bsissa dengan versi modren. Misalnya Bsissa bebas gluten.

Khairi Sassi, seorang pengusaha muda di Desa Lamta termasuk yang punya bisnis memproduksi Bsissa. Di toko kecil mereka, yang penuh dengan rak-rak berisi paket bubuk Bsissa, ayahnya Dalel sedang menyendok zrir. Ini semacam makanan penutup Tunisia yang terbuat dari biji wijen, kacang-kacangan seperti hazelnut, kacang pinus, dan mentega serta madu yang tersaji dalam pot plastik.

”’Kami semua bekerja bersama sebagai sebuah keluarga. Ibu, ayah, saudara perempuan dan saya,” kata Sassi.
Menurut Sassi, ibunya dulu bekerja di kantor. Karena bosan ibunya bersama ayahnya mendirikan toko ini.

Rumah Sassi terletak di lingkungan tepi laut kelas pekerja. Di lantai dasarnya ada toko kecil, modern, dan sangat bersih untuk membuat Bsissa. Aroma gandum panggang bersama dengan senyum hangat dan jabat tangan dari ibu Sassi, Zahia Bousrhi akan menyambut Anda jika mengunjungi toko ini.

Zahia Bousrhi biasanya akan menunjukkan seluruh proses membuat Bsissa. Menuangkan gandum panggang panas ke dalam mangkuk logam besar dan bahan-bahan lain termasuk chickpea, kacang-kacangan, almond, dan rempah-rempah.

Setelah semuanya tercampur, bahan itu masuk ke penggilingan lokal untuk menjadi bubuk sederhana yang penuh rasa. Bousrhi menunjukkan sebuah rumah yang ia bangun di atas toko. Dia mengatakan ia tiga lantai itu dari hasil penjualan Bsissa.

Bsissa kemasan modren
Bsissa kemasan modren

Tak hanya keluarha Sassi, Bsissa telah menjadi penyelamat bagi para keluarga di Lamta yang telah berhasil mengembangkan industri rumahan.

Makanan ini tak hanya sekadar makanan bagi orang Tunisia. Dalam berbagai acara besar mulai dari pernikahan, kelahiran, pindah rumah, liburan dan acara-acara khusus lainnya, selalu menyajikan Bsissa.

Saoussen Baccar, salah satu pemilik toko makanan keluarga bernama Ayem Zmen yang terletak di pinggiran pantai La Marsa yang indah di Tunisia mengaku memproduksi Bsissa tak hanya sekadar menjual makanan pokok. Saoussen lebih mengedepankan tradisi yang sudah turun temurun.

”Ketika pasangan menikah, mereka memberi pengantin perempuan semangkuk Bsissa. Biasanya makanan ini kami hias dengan kacang panggang dan buah kering. Lalu, kami memberikan jenis Bsissa khusus untuk seorang perempuan saat bersiap melahirkan dan menyusui.”

Tradisi Yahudi dan Muslim

Orang-orang Yahudi Libya dan Tunisia memakan Bsissa saat merayakan sebuah pesta khas Magribi yang mengikuti festival musim semi Purim dan menandai musim Paskah.

Secara tradisional, ibu dari keluarga Yahudi akan mengaduk minyak zaitun ke dalam bsissa dengan kunci rumah. Ini  menandakan kekayaan dan perlindungan rumah.

Atau, terkadang, para perempuan memasukkan perhiasan emas mereka ke dalam makanan. Tradisi ini sebagai lambang perempuan Yahudi menyerahkan semua emas mereka untuk membayar Mishkan (atau tabernakel).

Nah, ketika Islam tiba di Afrika Utara pada abad ke-7 dan ke-8, Bsissa menjadi menu utama sahur saat bulan puasa.

Bsissa adalah hidangan yang tidak hanya bervariasi menurut agama, tetapi juga berbeda berdasarkan musim dan di bagian negara mana ia dimakan.

Saat Bsissa menyentuh lidah, rasanya pedas dengan tekstur halus dan lengket.

Terlepas dari beragam variasi di masing-masing daerah, Saoussen Baccar menciptakan campuran bsissa khasnya sendiri. Ia menggunakan berbagai makanan kesehatan, seperti Bsissa berbasis oat dengan kurma dan buah ara hingga bebas gula.

Dia paling bangga dengan Moringa Bsissa-nya. Bubuk moringa yang terbuat dari daun pohon yang mendapat julukan Pohon Ajaib, atau pohon kelor. Baru-baru ini, daun kelor menjadi sangat populer karena kandungan nutrisinya dengan tingkat kalsium yang tinggi. Sehingga Kelor menjadi alternatif nabati untuk susu.”Saya selalu melakukan penelitian jenis makanan sehat baru untuk diperkenalkan ke Tunisia,” katanya.

Bsissa milik Baccar kini sangat sukses, dan tokonya sejak tahun 1966 terlalu kecil dengan pelanggan yang mengantre untuk masuk.

Untuk memenuhi permintaan, dia dan suaminya telah membangun ruang makan baru yang akan buka pada bulan Februari 2022 ini.

Baccar menceritakan bagaimana pengunjung Tunisia yang mencoba Bsissa untuk sarapan menjadi ketagihan.

Dan kini permintaan untuk Bsissa sangat tinggi terutama dari luar negeri. Orang Tunisia yang tinggal di luar negeri seperti Prancis dan Australia sekarang mengemas dan menjual Bsissa sebagai makanan sehat yang bergaya.

Reporter: Intan Nuraini 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

ARPI DIY Desak Kejari Sleman, Menetapkan Tersangka Dugaan Korupsi Dana Hibah Pariwisata

Mata Indonesia, Kabupaten Sleman - Puluhan masa dari Aliansi Rakyat Peduli Indonesia (ARPI) DIY, kembali mendatangi Kantor Kejaksaan negeri (Kejari) Kabupaten Sleman pada hari Selasa tanggal 17 Desember 2024.
- Advertisement -

Baca berita yang ini