MATA INDONESIA, JAKARTA – Dituding anti dengan teknik komika tertentu, Ernest Prakasa akhirnya berikan klarifikasi alasannya sudah tidak mau lagi berkontribusi sebagai juri dalam Stand Up Comedy Indonesia (SUCI).
Melalui video berdurasi satu setengah menit, Ernest Prakasa menjelaskan secara singkat alasan sederhana yang membuatnya berhenti jadi juri SUCI.
“Alasan gue cabut kan sangat sangat sangat sederhana, gue merasa di panggung Stand Up Comedy Indonesia Kompas TV, tebak-tebakan itu tidak fair untuk kontestan lain yang tidak menggunakan,” ucapnya.
“Kenapa? Karena itu gampang. Karena itu adalah bagian dari kearifan lokal kita, bercandaan lokal kita, gampang gitu bikinnya,” sambungnya.
Ernest Prakasa merasa tebak-tebakan tidak adil digunakan dalam kompetisi SUCI, sementara dulu para komika berusaha keras membuat materi komedi.
“Apakah adil di saat komika lain, yang gue ingat zaman-zaman gue ikut SUCI, kayak apa effort kita bikin beat gitu, tiba-tiba disainginnya sama tebak-tebakan. Gue merasa itu tidak adil,” ungkapnya.
Karena merasa tidak sejalan dengan juri lain, Ernest Prakasa pun memutuskan untuk hengkang, dan tidak lagi menjadi juri SUCI.
Namun ada banyak orang menyalah artikan keputusannya, dan malah menudingnya memiliki dendam pribadi dengan salah satu komika yakni Gautama yang menggunakan teknik tebak-tebakan.
“Jadi, gue enggak punya dendam pribadi, gue enggak punya antipati terhadap teknik tertentu di dunia nyata. Dunia nyata tuh peraturannya cuma satu, kalau stand up jangan nyolong beat orang, sudah itu aja, lo pakai teknik apa kek, suka-suka gitu,” tegas Ernest.
“Tapi kalau di kompetisi, gue merasa tidak adil. Simple banget itu doang sebenarnya poinnya,” pungkas komika sekaligus sutradara tersebut.