Sudut Pandang Milenial terhadap Makna Pahlawan

Baca Juga

MATA INDONESIA, – Dalam buku sejarah, kita mengetahui bahwa pada 10 November 1945 terjadi peristiwa berdarah. Tentara Indonesia dan masyarakat Surabaya berjuang mati-matian dalam melawan pasukan Inggris.

Pertempuran tersebut menelan korban puluhan ribu jiwa yang sebagian besar rakyat sipil. Peristiwa ini dianggap berhasil dalam memukul mundur tentara Inggris. Indonesia berhasil mempertahankan kemerdekaan yang baru diproklamasikannya. Atas jasa dan semangat perjuangan tentara Indonesia dan warga Surabaya, maka pemerintah menetapkan 10 November sebagai hari pahlawan.

Para pejuang kemerdekaan adalah pahlawan yang telah berkorban nyawa demi membela kemerdekaan Indonesia. Dewasa ini, pahlawan memiliki perubahan penafsiran makna terutama bagi generasi milenial. Menurut kaum muda, pahlawan bukan semata hanya ditujukan kepada pejuang kemerdekaan saja.

Penulis artikel ini mengadakan survey kecil-kecilan terkait peringatan hari pahlawan. Sasaran survey ini adalah generasi milenial berusia 14 – 20 tahun. Penulis menyebarkan link google form ke berbagai platform. Melalui survey itu, penulis mendapatkan data terkait pandangan generasi milenial tentang pahlawan.

Berikut link survey tersebut : https://forms.gle/DdcbhfrWEzvzR3cDA

Setiap orang dapat menjadi pahlawan. Namun, terdapat kriteria-kriteria khusus untuk mengukur kualitas kepahlawanan seseorang. 47,1% responden menjawab seorang pahlawan harus memiliki sikap jujur. Responden beralasan bahwa kejujuran menjadi sesuatu yang langka di masa sekarang. Hal itu terlihat dari tingkat korupsi yang tinggi.

Penanganan terhadap terdakwa korupsi pun juga disorot. Pemberian hukuman terhadap koruptor dianggap tak memberikan efek jera bagi para maling uang rakyat itu. Generasi milenial membutuhkan sosok figur pahlawan yang dapat menjalankan pemerintahan dengan jujur. Tak hanya dalam pemerintahan, setiap bidang pun dibutuhkan orang-orang yang jujur. Responden menilai kejujuran akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat.

Kriteria lainnya yang mendapat suara terbanyak kedua adalah berani berkorban untuk orang banyak. 23,5 % responden memilih kriteria itu. Menurut responden, setiap orang yang dengan senang hati membantu orang lain adalah pahlawan. Tak harus melakukan hal-hal besar, bahkan orang yang menyingkirkan batu dari tengah jalan pun dapat disebut pahlawan. Berapa banyak orang yang nyawanya terselamatkan dengan tindakan sederhana itu?

Menurut kaum muda, pehlawan adalah setiap orang yang memiliki sumbangsih positif bagi masyarakat. Sumbangsihnya bisa beraneka ragam. Pada era globalisasi yang berkembang pesat seperti sekarang, sosok orang kreatif di bidang tekonologi dan informasi dapat menjadi pahlawan. 17,6 % responden sepakat dengan hal itu.

Responden menyebut nama Nadiem Makarim. Inovasinya dalam mengembangkan Gojek menjadi alasan. Responden menilai banyak orang yang mendapatkan manfaat dari inovasi tersebut. Banyak orang mendapatkan mata pencaharian baru sebagai ojek online. Banyak orang yang menafkahi keluarganya dengan menjalani profesi itu. Tak sedikit pula orang yang mendapatkan manfaat dari berbagai layanan yang disediakan aplikasi tersebut.

Nama lain yang disebut responden adalah sosok influencer muda, Jerome Polin. Youtuber ini telah menghasilkan konten-konten edukasi terkait matematika dan bahasa Jepang. Responden menilai konten-konten positif itu memberikan manfaat bagi orang banyak. Munculnya nama Jerome Polin memunculkan kesimpulan baru tentang penafsiran makna pahlawan bagi generasi milenial. Para konten creator bisa disebut sebagai pahlawan apabila mereka memproduksi konten-konten positif yang mengedukasi masyarakat.

Selain konten creator, generasi milenial menilai guru adalah sosok pahlawan. 35,3% responden berpendapat seperti itu. Menurut mereka, guru memiliki peran penting dalam mendidik dan mencetak karakter para penerus bangsa. Guru yang senantiasa memberikan tauladan, memotivasi, mengarahkan dan menginspirasi siswanya untuk meraih cita-cita adalah pahlawan. Responden menyebut beberapa nama guru mereka sebagai tokoh inspiratif yang layak dijadikan pahlawan dalam hidupnya.

Berdasarkan hasil survey di atas dapat ditarik suatu kesimpulan, bahwa generasi muda beranggapan bahwa pahlawan bukan hanya tokoh-tokoh yang pernah hidup di masa lalu. Bukan hanya orang-orang yang pernah memperjuangkan Indonesia secara heroik sehingga menjadi negara yang merdeka.  Pahlawan juga adalah tokoh yang mereka temui di masa sekarang.

Tokoh-tokoh tersebut senantiasa menyebarkan kebaikan melalui tindakan nyata yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat luas. Mereka mampu menginspirasi generasi muda untuk melakukan kebaikan serupa bahkan tindakan kebaikan yang lebih besar lagi. Para tokoh tersebut haruslah memenuhi kriteria pahlawan menurut generasi milenial, yakni jujur dan rela berkorban. Kedua sikap tersebut amat dibutuhkan dalam hidup bermasyarakat di zaman sekarang.

Persepsi generasi milenial terhadap makna pahlawan tersebut harusnya menjadi refleksi bagi semua orang. Sudahkah kita melakukan kebaikan? Sudahkah kita menjadi pahlawan bagi orang terdekat kita? Hari pahlawan harusnya menjadi pembangkit semangat kita untuk berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan begitu, jiwa kepahlawanan telah tumbuh dalam diri kita masing-masing.

Penulis: Moch Afan Zulkarnain

IG: @zulkarnainmochammad
FB: MochammadAfan Zulkarnain

 

34 KOMENTAR

  1. Guru adalah pahlawan. Jadi inget Pak Kris yg bayarin uang sppku 3 bulan. Beliau bilang, “ekonomi gak boleh jadi alasan tidak sekolah.” Sehat terus Pak Kris dimanapun Pak Kris berada

  2. Baca tulisan ini jadi inget sama guruku, Pak Yusup. Pak Yusup bantu aku dapetin beasiswa buat kuliah. Kata beliaunya dulu, sayang sekali kalau anak seperti aku tidak kuliah. Aku selalu terharu kalau inget Pak Yusup. Tuhan memberkati Pak Yusup selalu

  3. Haha ngakak ketika baca ada nama Jerome Polin. Tapi emang sih, konten kontennya bang Jerome selalu positif. Mungkin itu yg bikin generasi milenial terinspirasi. Makanya milih konten kreator kayak dia sebagai pahlawan. Sama persis dengan kesimpulan terakhir artikel ini,pahlawan adalah semua orang yg memberi manfaat untuk orang lain

  4. Setuju sama tulisan ini. Di era digital kayak sekarang, konten kreator juga bisa disebut pahlawan. Tapi syaratnya konten yg dihasilkan itu ada manfaatnya buat orang lain, bukan konten-konten yang malah menyulut emosi orang.

  5. Generasi milenial punya cara pandang sendiri terhadap apa itu pahlawan. Kalau aku setuju sama kesimpulan dari artikel ini. Pahlawan itu siapapun yg memberi manfaat pada orang lain.

  6. Baca artikel ini jadi inget sama ayah yg kerjanya sekarang jadi ojol. Yg ngembangin gojek atau grab itu emang pahlawan,sih. Nyelametin ayah setelah di PHK ?

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Siap Amankan Natal dan Tahun Baru, GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota.

Mata Indonesia, Gunungkidul - Ketua PC Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kab. Gunungkidul, Gus H. Luthfi Kharis Mahfudz menyampaikan, dalam menjaga Toleransi antar umat beragama dan keamanan wilayah. GP Ansor Gunungkidul Siagakan 300 Anggota untuk Pengamanan Nataru di Berbagai Wilayah di Kab. Gunungkidul.
- Advertisement -

Baca berita yang ini