Patut Ditiru, Inilah 6 Cara Tjokroaminoto Mengajar Murid-Muridnya

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – 17 Desember,  87 tahun sudah Raden Hadji Oemar Said Tjokroaminoto menghembuskan napas terakhirnya. HOS Tjokroaminoto adalah seorang pemimpin Sarekat Islam (SI), organisasi pertama di Indonesia.

Anak kedua dari 12 bersaudara ini lahir pada 16 Agustus 1882 di Ponorogo, Jawa Timur. Ia bukan berasal dari keluarga biasa. Ia merupakan keturunan langsung dari Kiai Ageng Hasan Besari, pemilik Pondok Pesantren Tegalsari Ponorogo, dan memiliki darah bangsawan keraton.

Ayahnya, R.M. Tjokroamiseno, adalah pejabat wedana Kleco, Magetan. Sementara kakeknya, R.M. Adipati Tjokronegoro, juga pernah menjabat sebagai Bupati Ponorogo.

Usai lulus sekolah, Tjokromaninoto bekerja selama tiga tahun sebagai juru tulis patih di Ngawi. Dan di tahun 1906, ia memutuskan untuk pindah dan menetap di di Surabaya, lalu bekerja di firma Inggris Kooy & Co sebagai sebagai juru tulis.

Ia juga melanjutkan pendidikannya di Burgerlijk Avondschool dan mengambil jurusan Teknik Mesin.

Pada tahun 1912, Tjokroaminoto mendirikan organisasi Sarekat Islam. Sebelumnya, Sarekat Islam bernama Serikat Dagang Islam, yang didirikan oleh Haji Samanhudi pada 16 Oktober 1905.

Dan akhirnya pada 10 September 1912, Tjokroaminoto pergi ke Solo menghadap notaris B. ter Kuile untuk membuat Sarikat Islam sebagai Badan Hukum dan menggantinya dengan anggaran dasar yang baru.

Empat hari kemudian, akhirnya SI mendapatkan pengakuan dan disahkan oleh Pemerintah Belanda. Tjokroaminoto juga terpilih menjadi ketua SI.

Di masa kepemimpinannya, ia memiliki sebuah trilogi berbunyi “Setinggi-tinggi ilmu, semurni-murni tauhid, sepintar-pintar siasat”. Trilogi ini ia ciptakan karena sesuai dengan keadaan Indonesia di masa itu yang sedang memperjuangkan kemerdekaan. Trilogi itulah yang menjadi modal bagi para pejuang untuk memerdekakan Indonesia.

Guru Para Tokoh Indonesia

Tjokroaminoto juga menjadi guru dari para tokoh-tokoh pemimpin besar Indonesia yang kala itu kos di rumahnya. Mereka adalah Soekarno, Muso, Semaoen, Kartowuwiryo, Alimin, dan Darsono.

Murid-murid HOS Tjokroaminoto, (ki-ka) Soekarno, Semaoen dan Kartosuwirjo
Murid-murid HOS Tjokroaminoto, (ki-ka) Soekarno, Semaoen dan Kartosuwirjo

Kegiatan pengajaran pun ia lakukan di rumah kos. Suksesnya para muridnya hingga menjadi pemimpin besar, tentu tidak lepas dari hebatnya sistem pengajaran Tjokroaminoto.

Ada pun cara pengajaran yang dilakukan Tjokroaminoto kepada murid-muridnya, antara lain:

  1. Menanamkan Nilai-Nilai Religi

Menjadi ketua SI yang berasal keluarga kiai, membuat Tjokroaminoto berpendapat bahwa pendidikan harus membuat para peserta didik menjadi muslim sejati yang memiliki jiwa nasionalis. Ini menjadi cara Tjokroaminoto untuk mengimbangi pendidikan Barat. Penanaman nilai-nilai religi dilakukan dengan cara mengajarkan para muridnya mengaji. Tak hanya sekedar mengaji, para murid juga diajarkan untuk memaknai ayat-ayat al-Quran. Bahkan di rumah kosnya, mengaji menjadi kegiatan rutin yang dilakukannya bersma murid-muridnya.

  1. Menanamkan Kedisiplinan

Kedisiplinan bertujuan untuk membentuk kepribadian yang baik. Kala itu, penanaman disiplin oleh istrinya, Soeharsikin. Sebagai orang yang mengurusi kos, Soeharsikin menerapkan aturan kepada anak kos mengenai jam makan.

Ia memberlakukan aturan-aturan yang bertujuan mendisiplinkan anak-anak kos, seperti makan malam rutin jam 9 malam. Dan jika terlambat maka anak kos tidak akan mendapat jatah makan. Dari sinilah disiplin anak-anak kos yang tak lain adalah murid-murid Tjokroaminoto terbentuk.

  1. Sikap Nasionalisme dan Kesadaran Kebangsaan

Pengajaran oleh Tjokroaminoto agar mereka menjadi individu cerdas yang tidak mudah menjadi bodoh oleh pemerintah Belanda. Yang pada akhirnya menjadi kaki tangan dari Belanda untuk menjajah bangsa sendiri.

Para murid setiap hari berdiskusi mengenai permasalahan bangsa guna membangun kesadaran tentang nilai-nilai kebangsaan. Kala itu Tjokroaminoto mengatakan bahwa tidak akan ada kemenangan tanpa kekuatan, dan tidak ada kekuatan tanpa ada persatuan.

Kemudian, Tjokroaminoto juga menanamkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, yang berarti jika seseorang cinta terhadap tanah airnya, maka secara otomatis ia akan menaruh kesetiaan yang besar terhadap bangsanya.

  1. Diskusi

Diskusi menjadi salah satu pengajaran yang dapat melatih para murid untuk menganalisis dan belajar memecahkan masalah. Di sini Tjokroaminoto rutin membahas masalah kebangsaan seperti nasionalisme dan patriotisme kepada muridnya. Bahkan tak jarang ia juga memberikan pertanyaan sulit kepada muridnya guna melatih mereka untuk berpikir kritis. Di sini para murid juga dapat memperdebatkan masalah tertentu menurut sudut pandang mereka.

5. Nilai-Nilai Seni

Pengajaran ini untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya bangsa melalui kesenian. Kesenian juga menjadi metode pembelajaran yang mendorong seseorang untuk mempelajari sesuatu yang terdengar dan terlihat oleh panca indera. Dalam kesenian, Tjokroaminoto sering mengadakan latihan tari wayang dan seni bela diri.  Selain itu, penanaman nilai seni juga dapat memacu kreativitas para murid.

  1. Sosial Dan Etika

Pintar namun tak beretika, tidak akan berarti apa-apa. Oleh karenanya Tjokroaminoto selalu mengajarkan pentingnya etika kepada murid-muridnya. Etika sangat berperan penting dalam pembentukan karakter seseorang dan secara tak langsung akan menumbuhkan rasa saling menghargai. Tjokroaminoto juga menanamkan nilai-nilai sosial agar murid-muridnya memiliki rasa peduli terhadap sesama.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Usai Pilkada Berjalan Demokratis, Masyarakat Harus Jaga Persatuan

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 telah dilaksanakan, pelaksanaan demokrasi tersebut berjalan dengan aman, lancar, dan demokratis sesuai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini