Karya Jalaluddin Rumi, Sang Perajut Syair Terindah

Baca Juga

MATA INDONESIA, BALK – Dalam islam, Sufi merupakan orang yang mendedikasikan dirinya dalam dunia Tasawuf. Sementara Tasawuf merupakan sebuah jalan untuk mendekat dan melekatkan hati kepada Tuhan, bukan hanya penekanan pada sisi syariat. Maulana Jalaluddin Rumi adalah tokoh sufi legendaris dalam dunia tasawuf. Ia dikenal sebagai sang ‘perajut’ syair terindah.

Jalaluddin Rumi yang nama aslinya adalah Jalaluddin Muhammad bin Husyain al-Khatibi al-Bahri, adalah seorang penyair sufi asal Persia, teolog Maturidi, sekaligus ulama yang lahir pada 6 Rabiul Awal 604 H atau 30 September 1207 di Baikh, Persia Raya.

Nama Rumi ia dapatkan karena julukan al-Rumi atau Romawi. Ia menghabiskan sebagian besar hidupnya di Kota Konya (sekarang bagian dari Turki), atau dahulu dikenal dengan sebutan Rum.

Keluarga Rumi juga bukan orang sembarangan. Sang ayah, Bahauddin Walad, masih memiliki darah keturunan dengan sahabat Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar. Ia juga seorang guru dan cendikia saleh yang terkenal di Balkh. Sementara ibunya berasal dari keluarga kerajaan Khwarazm.

Kebanyakan karya-karya Rumi dalam bahasa Persia. Namun ada pula karya dalam bahasa Arab, Yunani, dan Turki. Karya-karyanya yang telah diterjemahkan juga tak kalah popular. Terutama di Turki, Azerbaijan, Afghanistan, Bangladesh, Bhutan, India, Maladewa, Nepal, Pakistan, Sri Lanka, hingga Amerika Serikat.

Karya terbesar Rumi yang paling dikenal adalah Matsnawi-i-Ma`nawi, sebuah karangan bersajak yang berisi makna dan rahasia terdalam ajaran agama. Dalam karya ini pula Rumi menguraikan luasnya semangat kerohanian, bagaimana perjalanan manusia menuju dunia, dan bagaimana perjalanan manusia dari dunia menuju kebenaran hakiki (akhirat).

Tak hanya itu, dalam Matsnawi-i-Ma`nawi, Rumi juga mengkritik filsafat yang menurutnya telah melampaui batas. Karya ini menjadi sebuah revolusi terhadap Ilmu Kalam yang kala itu sempat kehilangan kekuatannya.

Karya ini memiliki enam jilid dengan total 2000 halaman. Pembuatan karya ini untuk memenuhi permintaan Husamuddin, salah seorang murid sekaligus sahabat Rumi.

Kala itu Husamuddin meminta kesediaan Rumi untuk menjelaskan rahasia-rahasia ilmu tasawuf dalam bentuk karya sastra. Akhirnya, Rumi bersedia. Pengerjaan karya ini memakan waktu yang sangat lama, yakni 12 tahun.

Di setiap jilidnya, Matsnawi-i-Ma`nawi memuat pendahuluan dalam bahasa Arab. Lalu di halaman-halaman setelah pendahuluan barulah dalam bahasa Persia.

Dalam Encyclopedia Britanica (vol. XIX, 1952) Matsnawi-i-Ma`nawi terdiri dari 40.000 bait. Sementara dalam buku berjudul Life and works of Rumi (1956), bahwa Matsnawi-i-Ma`nawi terdiri dari 25.000 bait prosa lirik.

Sebenarnya masih ada lagi karya Rumi yang terkenal selain Matsnawi-i-Ma`nawi. Karya-karya tersebut antara lain:

  1. Diwan-Syamsi-i-Tabriz

Karya ini semacam sajak-sajak pujian. Mirip dengan qasidah dalam sastra Arab yang berbentuk nazam. Karya ini adalah karya sastra sufi dan keagamaan yang memuji akhlak, sifat, kepribadian, dan ilmu pengetahuan seorang tokoh. Tokoh tersebut adalah Syamsuddin Tabrizi atau Syams Tabrizi, yang tak lain adalah gurunya sendiri.

Ia membuat karya ini untuk mengungkapkan ketergantungannya terhadap Syams Tabrizi. Karena berkat bimbingan dari Syams Tabrizi, Rumi berhasil menjadi seorang sufi agung yang populer dengan syair-syair indahnya. Karya ini terdiri dari 43.000 bait puisi yang indah, dan sebagian besar isinya dalam bentuk ghazal.

Dalam karya ini pula, Rumi mengungkapkan gagasan dan pengalamannya mengenai cinta transendental di jalan tasawuf.

  1. Ruba`iyat

Ruba`iyat menjadi karya Rumi dengan sajak-sajak yang tak kalah agung dan indah dari karya-karya Rumi yang lain. Karya ini merupakan karya Rumi yang berbentuk nazam dan terdiri dari 3.318 bait puisi. Dalam Ruba`iyat, Rumi berhasil membuktikan bahwa ia tidak hanya menjadi penyair agung dalam sejarah sastra Persia, namun juga menjadi penyair agung dalam sastra dunia.

  1. Fihi Ma Fihi

Fihi Ma Fihi merupakan karya Rumi yang berisi percakapan Rumi dengan para sahabat dan muridnya. Karya ini merupakan karya Rumi yang berbentuk prosa.  Fihi Ma Fihi membahas mengenai tanggapannya terhadap berbagai persoalan yang berkenaan dengan keagamaan dan masalah sosial yang sering menjadi pertanyaan murid-muridnya.

Kitab ini juga berisi kumpulan materi perkuliahan hingga tanggapan atas permasalahan akhlak dan ilmu-ilmu Irfan dengan tafsiran Al-Qur’an dan Hadis. Karya ini menjadi bukti bahwa seorang sufi seperti Rumi juga giat membahas mengenai persoalan sosial, tidak melulu hanya persoalan agama.

  1. Makatib

Ini karya berisi kumpulan surat-surat Rumi kepada para sahabatnya, utamanya adalah surat Rumi kepada Syalahuddin Zarkub dan seorang menantu perempuannya. Makatib mengungkapkan kehidupan rohani Rumi sebagai penempuh ilmu suluk. Tak hanya itu, karya ini juga berisi kumpulan nasihat Rumi untuk murid-muridnya mengenai persoalan amali (praktis) dalam ilmu tasawuf.

  1. Majalis-i-Sab`ah

Karya Rumi yang berisi kumpulan nasihat dan khutbah Rumi di atas mimbar masjid. Nasihat-nasihat tersebut umumya menceritakan bagaimana pengembaraan hidupnya hingga akhirnya ia bertemu dengan sang guru, Syams Tabrizi.

Hingga kini, karya-karya Rumi telah menyebar ke Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Turki, Iran, Tajik, Pashtun, Yunani, hingga ke Subbenua India.

Dalam setiap karya puisinya, Rumi sering kali memulainya dengan kisah-kisah sebagai bentuk pernyataan ide dan pikirannya. Tokoh-tokoh yang ia tulis dalam karyanya pun bukan semata-mata untuk kesejarahan, namun juga bertujuan untuk menjadikannya sebagai imaji-imaji simbolik.

Reporter: Intan Nadhira Safitri

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Usai Pilkada Berjalan Demokratis, Masyarakat Harus Jaga Persatuan

JAKARTA - Pemilihan Kepala Daerah Serentak 2024 telah dilaksanakan, pelaksanaan demokrasi tersebut berjalan dengan aman, lancar, dan demokratis sesuai...
- Advertisement -

Baca berita yang ini