Demi Selamatkan sang Putra, Ibu di AS Tinju dan Pukul Singa Gunung dengan Tangan Kosong!

Baca Juga

MATA INDONESIA, CALIFORNIA – Seekor singa gunung menyerang anak laki-laki berusia 5 tahun di California selatan, Amerika Serikat (AS). Demi menyelamatkan nyawa anak laki-laki tersebut, petugas satwa liar terpaksa menembak singa gunung itu.

Singa gunung seberat 65 pon (30kg) menyerang anak laki-laki itu ketika sedang bermain di dekat rumahnya pada Kamis (26/8) di Calabasas. Hewan tersebut bahkan menyeret tubuh kecil anak laki-laki itu hingga 45 yard dan melintasi halaman depan.

“Bocah itu menderita luka parah di bagian kepala dan tubuh bagian atas. Tetapi ia dalam kondisi yang stabil dan saat ini berada di rumah sakit di Los Angeles,” kata Kapten Patrick Foy, juru bicara departemen perikanan dan satwa liar California, melansir The Guardian.

“Pahlawan sejati dari cerita ini adalah ibunya karena dia benar-benar menyelamatkan nyawa putranya,” kata Foy menambahkan bahwa sang ibu sedang berada di dalam rumah ketika mendengar keributan di luar.

“Dia berlari keluar rumah dan mulai meninju dan memukul singa gunung dengan tangan kosong dan melepaskannya dari putranya,” kisah Foy.

Petugas satwa liar kemudian menemukan seekor singa gunung tengah berjongkok di semak-semak dengan telinga ke belakang dan mendesis ke arahnya, kata Foy.

“Untuk melindungi keselamatan publik, petugas satwa liat menembak dan membunuhnya di tempat,” kata departemen satwa liar dalam sebuah pernyataan.

Berdasarkan hasil tes DNA singa gunung tersebut bertanggung jawab atas serangan terhadap anak itu, demikian pernyataan itu.

Singa gunung lain yang terlihat di daerah itu dibius dan kemudian dilepaskan ke alam liar tanpa cedera setelah diuji untuk memastikan tidak terlibat dalam serangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini