Jangan Ragu Putus, Bila Komunikasi dengan Kekasihmu Tidak Nyambung

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Ketika kamu merasa lelah dengan hubungan asmaramu, kamu mungkin berpikir bahwa putus adalah jalan keluar terbaik. Meski kamu memutuskan untuk mengakhiri kisah cintamu saat kamu tengah konflik dengan pasanganmu, bisa jadi kamu menyesalinya nanti.

Selain itu, putus dalam keadaan marah akan membuat hubunganmu bukan hanya hancur sebagai kekasih, tetapi juga sebagai teman. Untuk itu, sebaiknya tanyakan beberapa hal ini pada dirimu sendiri sebelum memutuskan untuk menyudahi hubungan asmaramu.

“Apa yang awalnya membuat saya tertarik dengan pasangan saya?”

Melansir Times of India, pikirkan kembali saat kamu pertama kali bertemu dengan pasanganmu, dan renungkan mengapa kamu tertarik dan jatuh cinta padanya sebelum memutuskan untuk meninggalkannya.

“Apa prioritas saya?”

Meskipun kamu tidak harus memiliki tujuan yang sama persis dengan pasanganmu, penting untuk memiliki setidaknya visi yang sama untuk masa depan. Ini dapat membantumu mengetahui apakah pasanganmu saat ini tepat untukmu atau tidak.

“Apakah saya merasa dicintai?”

Jika kamu merasa tidak dicintai oleh pasanganmu, maka itu bisa berdampak serius pada hubungan asmara kalian. Kamu tidak perlu memiliki bahasa cinta yang sama dengan pasanganmu, tetapi kalian berdua perlu tahu bagaimana mengekspresikan dan menerima cinta.

“Apakah kita memiliki masalah komunikasi?”

Tidak peduli seberapa besar kamu mencintai pasanganmu, kalian pasti memiliki pandangan yang bertentangan tentang cara untuk menyelesaikan masalah, itu mungkin menyelamatkan hubunganmu. Namun, jika kamu dan pasangan tidak dapat memahami hal yang sama, mungkin kalian lebih baik berpisah.

“Apakah saya perlu bekerja sendiri?

Bahkan jika pasanganmu tidak melakukan kesalahan, terkadang kamu mungkin mempertimbangkan untuk putus karena kamu merasa perlu menghabiskan waktu sendirian. Tidak ada yang salah dengan meluangkan waktu untuk melajang dan mengerjakan aspek lain dalam hidupmu. Ini akan membuatmu lebih percaya diri dan lebih sadar akan apa yang harus dicari.

“Apakah saya bahagia?”

Yang terpenting, sebelum putus dengan sosok yang telah menemanimu selama beberapa waktu, tanyakan pada diri sendiri apakah kamu benar-benar bahagia atau apakah kamu mendambakan lebih dari sebuah hubungan baru.

“Apa ruginya saya?

Pikirkan tentang apa yang dipertaruhkan setelah kamu putus dengan pasangan. Jika ada banyak kerugian dalam hal cinta, persahabatan, dan hubungan emosional, kamu dapat memikirkan untuk mencoba mempertahankan hubunganmu. Namun, jika itu mengorbankan kesehatan mental dan harga dirimu, baiknya kamu meninggalkannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Swasembada Pangan dan Energi Jadi Pilar Kedaulatan Ekonomi Nasional

Indonesia menempatkan swasembada pangan dan energi sebagai prioritas utama dalam strategi pembangunan nasional. Langkah ini bukan sekadar ambisi politik, melainkan kebutuhan mendesak untuk membangun fondasi kemandirian ekonomi yang berkelanjutan. Dengan potensi sumber daya alam yang melimpah dan dukungan geografis yang strategis, Indonesia memiliki modal kuat untuk mewujudkan cita-cita besar ini. Dalam evaluasi enam bulan awal kepemimpinannya, Presiden Prabowo Subianto memberikan apresiasi tinggi terhadap pencapaian luar biasa di sektor pangan dan energi nasional. Hasil produksi pangan telah berhasil melebihi proyeksi awal dengan capaian bersejarah berupa stok beras dan jagung terbesar yang pernah dimiliki Indonesia. Sementara itu, di sektor energi, peresmian operasional perdana sumur Forel dan Terubuk di wilayah Natuna berhasil menambah kapasitas produksi sebesar 20 ribubarrel minyak dan 60 juta standar kaki kubik gas harian. Prestasi ini membuktikan bahwa Indonesia memiliki kapasitas nyata untuk mencapai kemandirian di kedua sektorvital tersebut. Konsep swasembada yang sesungguhnya tidak terbatas pada pemenuhan kebutuhandomestik semata. Seperti yang ditegaskan ekonom INDEF Muhammad Rizal Taufikurahman, swasembada berarti kemampuan memenuhi kebutuhan dalam negeri sekaligus menghasilkan surplus untuk ekspor. Definisi ini menempatkan Indonesia tidakhanya sebagai konsumen, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir yang mampuberkontribusi pada pasokan global. Sektor pertanian telah membuktikan perannya sebagai tulang punggung ekonominasional. Sektor ini menjadi penyangga stabilitas sosial ekonomi masyarakat. Kontribusinya terhadap PDB menunjukkan bahwa investasi pada sektor ini akanmemberikan dampak berganda yang signifikan. Ketika produktivitas pertanianmeningkat, efeknya akan merambat ke sektor-sektor lain, menciptakan ekosistemekonomi yang lebih kuat dan...
- Advertisement -

Baca berita yang ini