Curhat Mahasiswa STP Bandung yang Magang di Bali : Tamu dari Luar Negeri Lebih Sopan

Baca Juga

MATA INDONESIA, BANDUNG – Bagi semua mahasiswa di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung wajib menjalankan magang atau PKL di berbagai hotel yang telah menjalin kerja sama dengan pihak kampus. Beragam pengalaman pun tersaji dari para mahasiswa. Ada yang menyenangkan dan ada juga yang kurang mengenakkan.

Misalnya Evrilla Edenia, mahasiswa Semester VI jurusan Manajemen Divisi Kamar (MDK) yang baru saja selesai magang di Hotel Padma Resort Bali. Gadis manis ini mengungkapkan bahwa soal perhargaan dari tamu ada perbedaan yang mencolok antara tamu yang dari luar negeri dan lokal.

“Orang dari luar negeri kelihatannya lebih menghargai kita ketimbang orang lokal. Kalau orang asing mereka lebih sopan dan sering beri tip. Kalau orang lokal ya gak ada tip. Mereka mikirnya ya udah saya kan udah bayar (hotel). Kalau pun orang lokal kalau kasih tip palingan 5 ribu. Kalau orang asing biasanya kasih tip sekitar 10 dolar dengan alasan mereka tidak punya uang rupiah,” ujarnya kepada Mata Indonesia di Bandung, 1 September 2020.

Meski demikian, Evrilla mengakui bahwa tamu di hotelnya lebih dominan orang dari luar negeri. Sementara tamu lokal sangat jarang. Dalam sebulan saja, tamu lokal cuma ada satu orang.

“Mungkin karena harganya cukup mahal. Di atas 10 juta. Yang nginap di sana juga orang tertentu saja,” katanya.

Selama magang di sana, Evrilla diberikan kepercayaan untuk bertugas di front office dan executive lounge. Ia pun menyadari bahwa apa yang ia dapatkan selama di Kampus ada banyak perbedaan terutama dari sisi tekanan.

“Kalau di kampus yang menjadi tamu adalah teman kita sendiri sehingga tekanannya hampir tidak ada. jadi kalau ada kesalahan pasti masih ada toleransi karena masih sama-sama belajar. sementara di tempat magang, kalau tamunya gak suka ya dia akan bilang gak suka,” ujarnya.

Evrilla mengaku pernah dimarahi tamu atas kesalahan yang sebenarnya tidak diperbuatnya. Namun, ia tetap profesional untuk menghadapi komplain dari sang tamu.

Selain itu, ia pernah diminta untuk mencarikan wine yang ternyata di hotelnya tak ada. Demi memenuhi permintaan sang tamu, ia dan teman-temannya pun mencari minuman itu sampai dapat.

“Kita biasanya akan minta dia menunggu sebentar untuk kita carikan dulu. Selama barangnya masih bisa didapatkan di Bali kita akan usahakan untuk penuhi permintaannya. Karena dia juga bakal bayar kok, maka kita akan usahain sampai dapat, kenapa engak?,” katanya.

Pengalaman lain yang bikin miris adalah ia harus berhadapan dengan tamu yang mabuk berat di bar tapi menolak balik ke kamar. “Ya udah mau gimana lagi, kita yang seharusnya pulang jam 10 malam, kita tungguin sampai jam 2 malam,” kenangnya sambil tertawa.

Sementara Adinda Azzahra, rekannya yang kebetulan magang di Hotel Courtyard Marriott Bali juga punya pengalaman yang tak kalah seru.

Ia mengaku pernah dimarahi tamu VIP gara-gara baju. Ceritanya begini, waktu itu, sang tamu sedang berada di luar. Tiba-tiba ia telepon dan minta kemejanya disiapkan karena mau digunakan.

“Tapi waktu kita cek, ternyata gak ada kemejanya. Terus tamunya marah-marah ke kita. Kita jadi bingung ya ngejelasinnya gimana karena memang kemejanya gak ada. tapi tamunya tetap nyalahin kita,” katanya.

Adinda pun berpikir mungkin ini jadi kesempatan bagi sang tamu untuk complain atau dapat compliment. Akhirnya mengingat statusnya yang VIP, sang tamu pun diberikan compliment.

“Tapi pas dia mau check out dia malah minta maaf ke kita. Ternyata dia emang gak bawa kemeja itu. Ya gitulah, kadang karena status mereka tamu VIP dan sudah bayar mahal, mereka suka seenaknya juga,” ujarnya.

Dua gadis ini pun punya alasan yang hampir mirip soal alasan mengambil jurusan MDK. Kalau Evrilla tertarik ambil jurusan tersebut karena memiliki prospek yang cerah.

Ia pun mengaku mengenal jurusan MDK lewat keluarganya yang kebetulan banyak yang bekerja di hotel dan sudah pada berhasil. “Motivasi lainnya adalah orng yang kerja di perhotelan itu mereka penampilannya rapi dan kepribadiannya juga bagus. Jadi impactnya juga ke diri kita juga. Kita juga dilatih untuk hidup rapi,” katanya.

Hal senada juga diutarakan oleh Adinda. Ia mengatakan bahwa ia tertarik mengambil jurusan MDK karena sebagian besar keluarganya juga berkarier di hotel. Bahkan ada yang sudah jadi manajer pada sebuah hotel.

Ia pun bersyukur kalau ternyata ketatnya aturan dan sistem pendidikan yang keras mampu menempanya menjadi lebih kuat dan tangguh saat terjun ke lapangan.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Pilkada Serentak Diharapkan Jadi Pendorong Inovasi dalam Pemerintahan

Jakarta - Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 27 November 2024, diharapkan dapat mendorong inovasi serta memperkuat sinkronisasi...
- Advertisement -

Baca berita yang ini