Viral! Kisah Bocah 2 Tahun Asyik Bermain di Makam Orangtuanya, Panggil “Ibu… Ibu…”

Baca Juga

MATA INDONESIA, MALAYSIA – Sebuah postingan di Facebook yang menampilkan bocah berusia dua tahun kegirangan bermain di makam orangtuanya yang telah meninggal menjadi viral. Momen tersebut dibagikan oleh akun akun Facebook Azuan Shamsuddin pada 25 Desember 2019.

Dari unggahan Azuan, terlihat bocah laki-laki yang bernama Muhammad Arfan Ziqri itu asyik bermain pasir di makam ayah dan ibunya. Ia seperti tak menghiraukan jika itu adalah makam.

Bahkan menurut cerita Azuan, Arfan terlihat mengajak bicara ibunya yang telah dimakamkan. Arfan juga tak ingin meninggalkan makam orang tuanya.

“Petang ini bawak pergi ke kubur abi dan ibu, suka seolah-olah nak bercakap dengan ibu. Bila cakap ibu kat sini dia pun duk bu bu bu seolah memanggil. Taknak balik, suka duk main pasir situ, kat rumah tak main pasir pun. Allahu jelas nampak dia rindu, tarik tangan nak balik pun takmau. Nanti kita mai lagi ye Arfan,” tulis akun Azuan Shamsuddin.

“(Sore ini, dia pergi ke kuburan abi dan ibunya, Seolah-olah sedang berbicara dengan ibunya. Ia menyebut sini.. sini ibu bu .. ibu, seperti memanggil.
Saya tidak ingin kembali, saya suka bermain pasir di sini (menirukan Arfan yang berbicara). Allahu jelas terlihat dia rindu, bahkan aku menarik tangan dia untuk kembali saja dia tak mau. Nanti ya kita kembali lagi Arfan).”

Petang ni bawak pergi kubur abi dan ibu, suka seolah-olah nak bercakap dengan ibu. Bila cakap ibu kat sini dia pun duk…

Posted by Azuan Shamsuddin on Wednesday, December 25, 2019

Unggahan ini pun viral di media sosial. Beragam komentar hadir di kolom komentar postingan Azuan Shamsuddin itu.

Dilansir Mstar, Azuan mengajak Arfan untuk mengunjungi makam orangtuanya di pemakaman Islam Hilir Rengkang di Bachok.

“Saya datang bersama istri dan anak saya serta saudara kandung saya lainnya.”

“Sebelum pergi ke makam, saya menyuruhnya (Arfan) untuk ikut berkunjung ke makam orang tuanya,” kata Azuan.

Azuan juga menceritakan jika Arfan selalu memanggil ibunya.

“Sampai makam kosong tidak ada orang, Arfan terus saja memanggil ‘ibu .. ibu’. Seperti dia senang bertemu ibunya saat itu,” lanjut Azuan lagi.

Azuan juga menjelaskan jika keponakannya sebelumnya tak pernah bermain pasir di rumah, bahkan jarang. Ia menyebut jika bocah dua tahun lebih suka bermain mengelilingi kuburan ayahnya.

“Dia duduk, dia berdiri. Setelah itu dia berkeliling di sekitar kuburan ayahnya. Ia ditinggal saat masih kecil, biarkan dia mengutarakan perasaannya sesuai usianya,” kata dia.

“Aku melihat Arfan, meskipun tak menangis, saya tahu dia sangat merindukan ayah dan ibunya,” ucap Azuan Shamsuddin.

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini