Sempat Diolok-olok, Pemilik Nama ‘Anjay’ Skak Mat Netizen dengan Ungkap Makna Indah Namanya dalam Alquran

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Belakangan, jagat maya dihebohkan dengan adanya polemik kata ‘anjay’. Kata tersebut menjadi kian viral usai Lutfi Agizal membuat konten video soal arti kata anjay.

Seiring hebohnya polemik kata tersebut, seorang netizen bernama Anjay pun akhirnya ikut jadi sorotan. Kartu identitas pria bernama Anjay itu viral dan sempat jadi bahan olok-olok sebagian netizen.

Belakangan diketahui jika pria bernama Anjay itu berasal dari Pekanbaru, Riau. Ia memiliki nama lengkap Anjay Saiful Islam.

Sadar namanya menjadi sorotan hingga jadi bahan olok-olok, Anjay akhirnya buka suara lewat unggahan terbarunya di akun Instagram.

Anjay mengaku bangga memiliki nama unik tersebut. Ia juga bercerita mengalami banyak suka duka lantaran punya nama unik.

“ANJAY Punya nama Anjay memang banyak suka dukanya, tapi seru kok Banyak ekspresi yang bisa di ungkapkan hanya dengan mengataka satu kata ini,” tulis Anjay Saiful Islam, dikutip Sabtu, 5 September 2020.

Selain mencurahkan perasaannya, Anjay juga mengungkap makna sebenarnya di balik namanya. Diungkapkannya, Anjay berasal dari bahasa Arab yang bermakna ‘menyelamatkan’.

Pria kelahiran tahun 1999 itu juga mengatakan bahwa ada 23 kali kata anjay (dalam bahasa Arab) dan turunannya dalam Al Quran. Salah satunya dalam Surah Al Baqarah ayat 50.

“Jadi untuk kamu yang punya nama ‘Anjay’ sama kayak aku banggalah! Karna namamu punya arti yang dalam, baik itu di bahasa Arab atau bahasa Al-Quran,” tulis Anjay.

“Perkenalkan. Namaku Anjay Saiful Islam panggil aja Anjay dan aku bangga dengan nama yang telah diberikan oleh orang tua ku kepada ku,” katanya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Judi Daring Ancam Ekonomi Keluarga: Saatnya Literasi dan Kolaborasi Jadi Senjata

Oleh: Ratna Soemirat* Fenomena judi daring (online) kini menjadi salah satu ancaman paling serius terhadap stabilitassosial dan ekonomi masyarakat Indonesia. Di tengah kemajuan teknologi digital yang membawakemudahan hidup, muncul sisi gelap yang perlahan menggerogoti ketahanan keluarga dan moral generasi muda. Dengan hanya bermodalkan ponsel pintar dan akses internet, siapa pun kini bisaterjerumus dalam praktik perjudian digital yang masif, sistematis, dan sulit diawasi. Pakar Ekonomi Syariah dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Satria Utama, menilai bahwa judi daring memiliki daya rusak yang jauh lebih besar dibandingkan bentukperjudian konvensional. Menurutnya, sasaran utama dari perjudian daring justru kelompokmasyarakat yang secara ekonomi tergolong rentan. Dampaknya langsung terlihat pada polakonsumsi rumah tangga yang mulai bergeser secara drastis. Banyak keluarga yang awalnyamampu mengatur pengeluaran dengan baik, kini harus kehilangan kendali keuangan karenasebagian besar pendapatan mereka dialihkan untuk memasang taruhan. Satria menjelaskan, dalam beberapa kasus, bahkan dana bantuan sosial (bansos) yang seharusnyadigunakan untuk kebutuhan pokok keluarga justru dihabiskan untuk berjudi. Hal ini, katanya, bukan lagi sekadar persoalan individu, melainkan ancaman nyata terhadap ketahanan ekonominasional. Ia menegaskan, ketika uang yang seharusnya digunakan untuk makan, biaya sekolahanak, atau keperluan kesehatan malah dipakai untuk berjudi, maka kerusakannya meluas hinggapada tingkat sosial yang lebih besar. Masalah ini juga diperparah dengan munculnya fenomena gali lubang tutup lubang melaluipinjaman online (pinjol). Banyak pelaku judi daring yang akhirnya terjebak utang karena tidakmampu menutup kerugian taruhan. Satria menilai bahwa bunga pinjol yang tinggi justrumemperparah keadaan dan menjerumuskan pelakunya ke dalam lingkaran utang yang sulitdiakhiri. Dalam banyak kasus, kondisi ini menyebabkan kehancuran rumah tangga, konflikkeluarga, hingga perceraian. Efek domino judi daring, katanya, sangat luas dan tidak hanyamerugikan pelakunya saja. Selain aspek ekonomi, Satria juga menyoroti persoalan perilaku konsumsi yang tidak rasional di kalangan masyarakat. Ia menilai bahwa budaya konsumtif yang tinggi membuat masyarakatlebih mudah tergoda dengan janji palsu “cepat kaya” yang ditawarkan oleh situs judi daring. Contohnya, jika seseorang rela mengeluarkan uang untuk rokok meski kebutuhan rumah tanggaterbengkalai, maka godaan berjudi dengan iming-iming hasil instan menjadi semakin kuat. Menurutnya, perubahan pola pikir masyarakat menjadi kunci utama untuk membentengi diri daribahaya ini. Lebih jauh, Satria menegaskan bahwa penanganan judi daring tidak cukup hanya denganpendekatan represif, seperti pemblokiran situs atau razia siber. Ia menilai langkah tersebutmemang penting, tetapi tidak akan menyelesaikan akar masalah tanpa adanya peningkatanliterasi ekonomi dan kesadaran digital masyarakat. “Permintaan terhadap judi daring itu besar, sehingga selama ada permintaan, pasokan akan terus bermunculan,” ujarnya dalam wawancara. Pemerintah, katanya, harus berani menyentuh aspek edukasi publik dengan memperkuat literasidigital, keuangan, dan moral agar masyarakat memiliki ketahanan terhadap jebakan dunia maya. Upaya memperkuat literasi digital dan kesadaran publik kini mulai mendapat perhatian dariberbagai pihak, termasuk dunia akademik. Salah satu contoh nyata datang dari UniversitasLampung (Unila) melalui inovasi bertajuk Gambling Activity Tracing Engine (GATE...
- Advertisement -

Baca berita yang ini