Duh! Terlanjur Viral, Kisah Haru Abah Tono Ternyata Cuma Modus Tipu-tipu

Baca Juga

MATA INDONESIA, JAKARTA – Jagat maya belum lama ini digegerkan dengan viralnya video tentang seorang kakek miskin. Dalam video, kakek yang dipanggil Abah Tono itu mengaku hanya berpenghasilan Rp 1.500 sampai Rp 2.000 per hari.

Kisah Abah Tono itu tak pelak membuat banyak netizen merasa iba. Bahkan tak sedikit netizen yang sampai mengulurkan tangan memberi bantuan untuk Abah Tono.

Namun alangkah terkejutnya netizen, setelah belakangan diketahui jika kisah haru Abah Tono adalah palsu dan hanya sebuah modus tipu-tipu.

Seorang netizen dengan akun Instagram @marwa_husna membongkar modus tipu-tipu yang dibuat Abah Tono. Lewat sebuah postingan di Instagramnya, @marwa_husna menjelaskan jika sebenarnya Abah Tono tidak hidup susah seperti yang digambarkan dalam video viral.

Setelah dicek petugas dan kepala desa setempat, terbukti bahwa Abah Tono hidup berkecukupan. Ia sedang membangun rumah dua tingkat, memiliki kontrakan, punya 2 motor dan punya anak yang mapan.

“PENTING GUNANYA CEK DAN RICEK
Yaa Allah paaak tegajugaa bapak bikin para emaks jadi Baper.
Dari group logistik 212 …………………………………………………
Ini videonya di Kec. Katapang, Kab. Bandung.

Namanya yaitu Bapak Tono usia 70 th. Perihal viral video beliau yang sehari mendapatkan uang hanya Rp. 1.200-2000/sehari
Setelah dicek oleh petugas dan kepala desa setempat terdapat bukti bahwa ybs sedang membangun rumah dua tingkat, memiliki kontrakan, motor 2 buah dan anak yg mapan.
Banyak media serta relawan datang, setelah melihat kondisi ybs tidak jadi memberikan bantuan.
Pekerjaan sehari-harinya adalah mengurus kebun orang di daerah sulaiman, pulangnya suka jalan kaki sambil bawa karung & di jalan suka di kasih uang sama orang-orang yg merasa kasian kemudian menjadi keenakan karena suka mendapatkan uang banyak, kisahnya,” tulis @marwa_husna, dikutip Minggu, 10 Mei 2020.

Modus tipu-tipu yang dilakukan Abah Tono ini tentu saja membuat banyak membuat netizen geram. Mereka yang tadinya merasa iba kini berbalik menyindir dan mem-bully si Abah di media sosial.

“Lebih baik membantu sodara atau tetanngga sktr kita sndr yg jelas3 lebih membutuhkan,” tulis @lilyburkon.

“Iye awal mula lihat videonya pengen nangis kasian.. Ternyata lbh sukses dr pd aku maaak ??,” kata @dwiindah.sss.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia

Sistem Kontrak Kerja jadi Masalah Generasi Muda, GMNI Singgung Keadilan Ketenagakerjaan di Indonesia Kondisi ketenagakerjaan saat ini menghadirkan berbagai tantangan signifikan yang berdampak pada kesejahteraan pekerja, terutama dalam menghadapi ketidakpastian kerja dan fenomena fleksibilitas yang eksploitatif atau dikenal sebagai flexploitation. Sistem kontrak sementara kerap menjadi salah satu akar permasalahan, karena tidak menjamin kesinambungan pekerjaan. Situasi ini semakin diperburuk oleh rendahnya tingkat upah, yang sering berada di bawah standar kehidupan layak, serta minimnya kenaikan gaji yang menambah beban para pekerja. Selain itu, kurangnya perlindungan sosial, seperti jaminan kesehatan yang tidak memadai, serta lemahnya penegakan hukum memperkuat kondisi precarization atau suatu kerentanan struktural yang terus dialami oleh pekerja. Di sisi lain, keterbatasan sumber daya negara juga menjadi penghambat dalam mendorong pertumbuhan sektor ekonomi kreatif yang potensial, di mana banyak pekerja terjebak dalam tekanan produktivitas tanpa disertai perlindungan hak yang memadai. Dalam konteks ini, generasi muda, termasuk kader-kader Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), menjadi kelompok yang paling rentan terhadap dinamika pasar kerja yang semakin eksploitatif. Generasi ini kerap menghadapi kontradiksi antara ekspektasi tinggi terhadap produktivitas dan inovasi dengan realitas kerja yang penuh ketidakpastian. Banyak dari mereka terjebak dalam sistem kerja fleksibel yang eksploitatif, seperti tuntutan kerja tanpa batas waktu dan kontrak sementara tanpa jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, kondisi precarization semakin mengakar. Bagi kader GMNI, yang memiliki semangat juang dan idealisme tinggi untuk memperjuangkan keadilan sosial, situasi ini menjadi ironi. Di satu sisi, mereka harus tetap produktif meskipun kondisi kerja tidak mendukung, sementara di sisi lain mereka memikul tanggung jawab moral untuk terus memperjuangkan aspirasi kolektif para pekerja. Kondisi ini tidak hanya memengaruhi kesejahteraan individu, tetapi juga dapat mengikis potensi intelektual, semangat juang, serta daya transformasi generasi muda dalam menciptakan struktur sosial yang lebih adil. Oleh karena itu, peran negara menjadi sangat penting untuk merumuskan kebijakan yang konkret dan menyeluruh. Kebijakan ini harus memastikan pemenuhan hak-hak dasar pekerja, termasuk perlindungan sosial yang layak, serta penegakan regulasi yang konsisten untuk mengurangi ketimpangan dan menghentikan eksploitasi dalam sistem kerja fleksibel. Tanpa langkah nyata tersebut, ketimpangan struktural di pasar tenaga kerja akan terus menjadi ancaman bagi masa depan generasi muda dan stabilitas tatanan sosial secara keseluruhan.
- Advertisement -

Baca berita yang ini