Belum Divaksin, Presiden Brasil Makan Pizza di Trotoar Kota New York

Baca Juga

MATA INDONESIA, NEW YORK – Presiden Brasil, Jair Bolsonaro tidak diizinkan masuk restoran mewah di Kota New York lantaran belum divaksinasi Covid-19. Alhasil, Bolsonaro terpaksa menyantap pizza-nya di trotoar.

Ya, begitulah kira-kira makan malam pertamanya di Kota New York, Amerika Serikat (AS). Sebagaimana diketahui, pemimpin sayap kanan Brasil itu skeptis dengan efektivitas vaksin.

Sebelum berangkat ke New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB ke-76, Bolsonaro menegaskan bahwa sistem kekebalan tubuhnya cukup kuat untuk menangkis virus corona.

Kembali pada makan malamnya di trotoar, dua menteri Kabinet memposting foto sang presiden beserta para pembantunya sedang mengunyah irisan pizza. Pendukung Bolsonaro pun memuji kesederhanaan sang presiden yang tanpa canggung menikmati makan malam di trotoar dekat hotel Manhattan –tempatnya menginap.

Walikota New York, Bill de Blasio mengimbau para pemimpin dunia yang akan mengikuti Sidang Majelis Umum PBB, termasuk Bolsonaro, untuk divaksinasi sebelum menghadiri acara tersebut.

“Jika Anda tidak ingin divaksinasi, jangan repot-repot datang,” kata de Blasio pada konferensi pers, melansir Vancouver Sun.

Pekan lalu, Presiden Majelis Umum Abdulla Shahid memberi tahu 193 negara anggota bahwa sistem kehormatan vaksinasi Covid-19 PBB akan tetap berlaku untuk presiden, perdana menteri, dan diplomat. Mereka tidak diharuskan menunjukkan bukti imunisasi.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Berita Terbaru

Perjuangkan Kesejahteraan Buruh dan Petani, Dani Eko Wiyono Siap Maju Calon Bupati Sleman Melalui Jalur Independen

Mata Indonesia, Sleman - Alumni aktivis 98 sekaligus aktivis yang selalu menyuarakan aspirasi buruh/pekerja Daerah Istimewa Yogyakarta, Dani Eko Wiyono ST. MT ini bertekad maju bakal calon bupati Sleman dalam Pilkada Sleman nanti. Dani menilai, hingga saat ini, mayoritas kehidupan buruh masih sangat jauh dari kata sejahtera. Buruh masih dianggap hanya sebagai tulang punggung ekonomi bangsa tanpa diperjuangkan nasib hidupnya.
- Advertisement -

Baca berita yang ini